Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor Atang Trisnanto mengingatkan masyarakat perlu mengendalikan pengeluaran saat Lebaran 2023 di saat ekonomi mulai pulih namun belum penuh. 

"Kondisi ekonomi yang mulai pulih dan membaik pasca pandemi perlu kita syukuri, namun, meski ekonomi mulai pulih, masyarakat harus tetap bijak dalam masalah konsumsi," kata Atang kepada ANTARA di Kota Bogor, Minggu. 

Atang mengimbau masyarakat tidak menghambur-hamburkan uang selama Ramadhan dan Lebaran 2023, mengingat situasi ekonomi setelah libur Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023 masehi belum dapat terlihat positif atau negatif bagi kondisi keuangan semua lapisan. 

"Kita harus tetap mengendalikan pengeluaran dan tidak euforia dengan belanja yang tidak perlu. Kita belum tahu situasi berikutnya," katanya. 

Atang berpendapat peningkatan pendapatan selama Ramadan baik melalui tunjangan hari raya (THR) atau insentif dan rejeki lain harus diikuti dengan upaya menabung. Masyarakat cukup mengeluarkan uang untuk kebutuhan pokok dan mendesak untuk membatasi konsumsi yang tidak perlu, apalagi berlebihan.

Pendapat Atang sejalan dengan pakar ekonomi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah Imam Prayogo, yang membenarkan bahwa perilaku konsumen dalam berburu barang atau komoditas berpengaruh pada sentimen harga di pasaran.

Perilaku berbelanja masyarakat Indonesia yang cenderung berbondong-bondong dan memborong barang pada momen tertentu, menjadi pemicu hukum pasar berlaku.

Harga komoditas barang akan melesat naik ketika permintaan tinggi yang berakibat barang menjadi langka. Kestabilan dan kewajaran harga pasar ditentukan, salah satunya oleh perilaku berbelanja warga, maka jangan menjadi langganan korban permainan harga.

Karena itu, mahasiswa program doktor pada Fakultas Ekonomi Undip itu menyarankan agar masyarakat bijak dalam berbelanja.

Ia mengatakan membeli kebutuhan pokok, tidak perlu memburu diskon, sebab diskon pada dasarnya harga standar yang semula dinaikkan, bahkan beberapa barang diskon hampir memasuki habis masa pakai.

Igo, yang merupakan ahli manajemen risiko, melihat fenomena berburu diskon masyarakat pada momen tertentu menjadi kemenangan kapitalis. Di mana seolah perputaran ekonomi tumbuh karena daya beli meningkat. Padahal, ada atau tidak adanya diskon, stok barang yang menjadi komoditas bahan pokok persediaannya tercukupi.

Hal ini karena, dalam memproduksi bahan pangan, ada fix cost dan variable cost. Produksi bahan pangan pastinya diproduksi setiap hari, sehingga persediaan akan bahan pangan selalu ada.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023