Bogor (Antara Megapolitan) - Program plastik berbayar yang diluncurkan 21 Februari 2016 lalu di 22 kota di Indonesia mulai menunjukkan arah positif, dengan berkurangnya jumlah penggunaan kantong plastik di sejumlah ritel.
"Program masih berjalan, sempat berhenti pada bulan Mei karena berakhirnya masa uji coba, kini kembali dilanjutkan. Saat ini penggunaan kantong plastik di sejumlah ritel sudah berkurang," kata Koordinator Media Asosiasi Pengusah Ritel Indonesia (Aprindo) Nur Rachman kepada Antara di Bogor, Selasa.
Menurutnya, sejumlah ritel yang mendukung program plastik berbayar melaporkan adanya kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan tas belanja daripada membayar kantong plastik senilai Rp200 per kantong.
"Berapa persen angka penurunannya saya tidak memiliki data saat ini, ada di arsip Aprindo," kata nya.
Rahman mengatakan, awal mula program plastik berbayar dijalankan sempat terjadi pro dan kontra tetapi tidak menurunkan jumlah pembeli di sejumlah ritel yang ada.
"Sempat ada yang protes terutama konsumen, karena mereka harus membayar plastik yang tadinya gratis," katanya.
Tetapi, lanjutnya, seiring sosialisasi dan kampanye yang masif, masyarakat mulai sadar dan bersedia membayar atau beralih menggunakan tas belanja berkali pakai.
Rachman menambahkan, dengan penerapan kantong plastik berbayar ini, ritel tidak ingin mencari keuntungan dari biaya yang dikeluarkan masyarakat. Tetapi mengedukasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran menggunakan tas belanja sendiri mendukung gerakan peduli lingkungan "go green".
"Bukan ingin komersialisasikan plastik, tujuannya agar masyarakat datang dengan kesadaran membawa kantong belanja sendiri, punya tas go green," katanya.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik. Karena saat ini jumlah timbunan sampah kantong plastik terus meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir dimana sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut, hampir 95 persen kantong plastik menjadi sampah. Sementara kantong plastik sulit diurai oleh lingkungan.
Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang menjadi penghasil sampah plastik terbesar yang dibuang ke laut.
Pemerintah Kota Bogor, bersama 21 pemerintah kota di Indonesia berkomitmen untuk menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar guna mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik. Penerapan ini akan diujicobakan pada 21 Februari 2016 lalu.
Komitmen ini disampaikan dalam rapat bersama sejumlah kepala daerah yang dilaksanakan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 21 Januari 2016. Sebelumnya, 17 kota yakni Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon dan Papua sudah berkomitmen. Saat ini bertambah lima kota yaitu, Jayapura, Pekanbaru, Banda Aceh, Kendari dan Yogyakarta yang menyatakan komitmen menerapkan kantong plastik berbayar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Program masih berjalan, sempat berhenti pada bulan Mei karena berakhirnya masa uji coba, kini kembali dilanjutkan. Saat ini penggunaan kantong plastik di sejumlah ritel sudah berkurang," kata Koordinator Media Asosiasi Pengusah Ritel Indonesia (Aprindo) Nur Rachman kepada Antara di Bogor, Selasa.
Menurutnya, sejumlah ritel yang mendukung program plastik berbayar melaporkan adanya kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan tas belanja daripada membayar kantong plastik senilai Rp200 per kantong.
"Berapa persen angka penurunannya saya tidak memiliki data saat ini, ada di arsip Aprindo," kata nya.
Rahman mengatakan, awal mula program plastik berbayar dijalankan sempat terjadi pro dan kontra tetapi tidak menurunkan jumlah pembeli di sejumlah ritel yang ada.
"Sempat ada yang protes terutama konsumen, karena mereka harus membayar plastik yang tadinya gratis," katanya.
Tetapi, lanjutnya, seiring sosialisasi dan kampanye yang masif, masyarakat mulai sadar dan bersedia membayar atau beralih menggunakan tas belanja berkali pakai.
Rachman menambahkan, dengan penerapan kantong plastik berbayar ini, ritel tidak ingin mencari keuntungan dari biaya yang dikeluarkan masyarakat. Tetapi mengedukasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran menggunakan tas belanja sendiri mendukung gerakan peduli lingkungan "go green".
"Bukan ingin komersialisasikan plastik, tujuannya agar masyarakat datang dengan kesadaran membawa kantong belanja sendiri, punya tas go green," katanya.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik. Karena saat ini jumlah timbunan sampah kantong plastik terus meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir dimana sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut, hampir 95 persen kantong plastik menjadi sampah. Sementara kantong plastik sulit diurai oleh lingkungan.
Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang menjadi penghasil sampah plastik terbesar yang dibuang ke laut.
Pemerintah Kota Bogor, bersama 21 pemerintah kota di Indonesia berkomitmen untuk menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar guna mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik. Penerapan ini akan diujicobakan pada 21 Februari 2016 lalu.
Komitmen ini disampaikan dalam rapat bersama sejumlah kepala daerah yang dilaksanakan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 21 Januari 2016. Sebelumnya, 17 kota yakni Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon dan Papua sudah berkomitmen. Saat ini bertambah lima kota yaitu, Jayapura, Pekanbaru, Banda Aceh, Kendari dan Yogyakarta yang menyatakan komitmen menerapkan kantong plastik berbayar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016