Komunis dan Indonesia
Secara umum komunis merupakan sebuah ideologi Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, yang kemudian menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik. Dalam sejarahnya, Indonesia merupakan salah satu kekuatan besar komunisme dunia, melalui kelahiran PKI pada tahun 1920. Dalam perkembangannya, Kelompok Komunis Indonesia menimbulkan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa. Saat ini para tersangka pengikut komunisme telah diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru serta mendapatkan pembatasan dalam melakukan ikhtiar hidup mereka.
Dalam kurun 45 tahun keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah memicu dua kejadian besar yakni, pemberontakan PKI 18-19 September 1948 di Madiun dengan tokoh utamanya Musso dan Gerakan 30 September 1965 atau Kudeta Dewan Revolusi 1 Oktober 1965 yang diotaki oleh DN Aidit sebagai Ketua atau Pimpinan CC PKI. Selama masa pergerakannya gerakan PKI sering melakukan aktifitas infiltrasi di kalangan Sarekat Islam, dengan tujuan merusak nama maupun kemuliaan organisasi tersebut melalui pembentukan Sarekat Rakyat, yang sebelumnya muncul SI-Putih dan SI Merah.
Sejak orde lama sampai orde baru aksi PKI selalu mengakibatkan korban jiwa yakni pada tahun 1927, 1946, 1948, 1962, 1964, 1965 bahkan sampai 1972. Disisi lain kelompok PKI sering mnegkritisi maupun menuduh orang lain atau lembaga tertentu, termasuk melakukan teror politik yang menjadi faktor bubarnya Masyumi dan PSI pada tahun 1960.
Pergerakan PRD dan Pasca Reformasi
Pasca reformasi, faham komunis sudah berubah menjadi "Kiri Baru" yang cenderung bersifat sosialis, namun untuk pergerakannya telah digantikan oleh Partai Rakyat Demokratik (PRD). PRD merupakan bentuk eksistensi keberadaan PKI selain gerakan atau kelompok bawah tanah yang disupport jaringan Komunis Internasional (komintern).
Secara umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) tidak memiliki wakil langsung di parlemen tetapi memiliki peran dalam sejarah politik Indonesia sejak era Orde Baru. Mengingat partai ini sebelumnya dikenal sebagai partai gerakan yang aktif melakukan kaderisasi, penggalangan massa, dan berjuang dengan metode ekstraparlementer.
Berdasarkan historinya, PRD sebelumnya bernama Persatuan Rakyat Demokratik, yang kemudian mengalami perpecahan dan menyatakan diri sebagai partai pada pada 22 April 1996, diprakarsai sejumlah intelektual muda, dengan budiman Sudjatmiko sebagai Ketua Pertama PRD. Partai ini mendapat dukungan utama dari salah satu organisasi onderbouwnya, yakni Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Sejak awal pendirian, PRD sudah menunjukkan sikap oposisi terhadap pemerintahan otoriter Orde Baru. Terkait hal ini, saat PRD bernama Persatuan Rakyat Demokratik, organisasi ini merupakan massa lintas buruh seperti, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI), Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKKER), Serikat Tani Nasional (STN), dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
Pasca Reformasi PRD secara aktif menggalang aksi protes dan demonstrasi mengkritik berbagai kebijakan yang dinilai neoliberal sreta mengkampanyekan kedaulatan nasional maupun Gerakan Nasional Pasal 33 (GNP33). Saat ini, PRD dinilai telah berupaya untuk bergerak menggapai kursi di Lembaga Legislatif. Hal ini ditunjukkan melalui upaya sosisalisasi PRD terhadap masyarakat luas di tingkat daerah. Hal tersebut juga dikuatkan melalui pernyataan Agus Jabo Priyono (Ketua Umum PRD) yang menyatakan kesiapan PRD untuk menjadi salah satu kontestan Pemilu 2019 pada Kongres PRD ke-8 di Hotel Acacia, Jakarta.
Ancaman Komunisme dan Trend Saat ini
Komunisme merupakan bahaya laten yang perlu selalu diwaspadai karena pergerakannya tidak eksis seperti kelompok ekstrem kanan ataupun kelompok terorisme. Mereka cenderung bergerak bersifat tenang atau bawah tanah, dengan cara merangkul masyarakat, terutama buruh maupun petani melalui berbagai advokasi yang salah satunya berkaitan dengan masalah sosial seperti sengketa lahan.
Hal ini tentunya mengkhawatirkan karena kita tidak pernah tahu tujuan utama atau grand design dari pergerakan kelompok ini, sehingga sudah seharusnya kita sebagai warga Negara peduli ancaman ideologi. Mengingat, saat ini banyak beredar kaos dengan lambang PKI/Komunis (Palu Arit) di kalangan masyarakat tetapi mirisnya masyarakat justru menggunakan kaos dengan atribut komunis secara bangga karena ketidak tahuannya. Hal ini tentunya menunjukkan minimnya pengetahuan kita akan sejarah, mengingat banyaknya inseiden dengan korban jiwa yang cukup banyak akibat aksi kelompok PKI (Komunis), terutama bagi kelompok agamis ataupun kontra faham komunis.
Mengingat Partai Rakyat Demokratik (PRD) merupakan partai dengan history pergerakan yang mengacu pada faham Komunis, sudah seharusnya kita mengkritik, mencermati ke arah mana tujuan dari partai ini. Selain itu, kita sebagai masyarakat juga harus mendukung pemerintah agar setiap Partai dan Ormas harus berdasarkan ideologi Pancasila karena itulah dasar Negara Indonesia.
Mari kita meningkatkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Nasionalisme kita melalui berbagai kegiatan positif, yang dimuali dari pemahaman ancaman Negara dari sisi ideologi, mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila serta mentaati hukum secara disiplin, demi kemajuan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.
*) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gunadharma Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Secara umum komunis merupakan sebuah ideologi Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, yang kemudian menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik. Dalam sejarahnya, Indonesia merupakan salah satu kekuatan besar komunisme dunia, melalui kelahiran PKI pada tahun 1920. Dalam perkembangannya, Kelompok Komunis Indonesia menimbulkan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa. Saat ini para tersangka pengikut komunisme telah diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru serta mendapatkan pembatasan dalam melakukan ikhtiar hidup mereka.
Dalam kurun 45 tahun keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah memicu dua kejadian besar yakni, pemberontakan PKI 18-19 September 1948 di Madiun dengan tokoh utamanya Musso dan Gerakan 30 September 1965 atau Kudeta Dewan Revolusi 1 Oktober 1965 yang diotaki oleh DN Aidit sebagai Ketua atau Pimpinan CC PKI. Selama masa pergerakannya gerakan PKI sering melakukan aktifitas infiltrasi di kalangan Sarekat Islam, dengan tujuan merusak nama maupun kemuliaan organisasi tersebut melalui pembentukan Sarekat Rakyat, yang sebelumnya muncul SI-Putih dan SI Merah.
Sejak orde lama sampai orde baru aksi PKI selalu mengakibatkan korban jiwa yakni pada tahun 1927, 1946, 1948, 1962, 1964, 1965 bahkan sampai 1972. Disisi lain kelompok PKI sering mnegkritisi maupun menuduh orang lain atau lembaga tertentu, termasuk melakukan teror politik yang menjadi faktor bubarnya Masyumi dan PSI pada tahun 1960.
Pergerakan PRD dan Pasca Reformasi
Pasca reformasi, faham komunis sudah berubah menjadi "Kiri Baru" yang cenderung bersifat sosialis, namun untuk pergerakannya telah digantikan oleh Partai Rakyat Demokratik (PRD). PRD merupakan bentuk eksistensi keberadaan PKI selain gerakan atau kelompok bawah tanah yang disupport jaringan Komunis Internasional (komintern).
Secara umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) tidak memiliki wakil langsung di parlemen tetapi memiliki peran dalam sejarah politik Indonesia sejak era Orde Baru. Mengingat partai ini sebelumnya dikenal sebagai partai gerakan yang aktif melakukan kaderisasi, penggalangan massa, dan berjuang dengan metode ekstraparlementer.
Berdasarkan historinya, PRD sebelumnya bernama Persatuan Rakyat Demokratik, yang kemudian mengalami perpecahan dan menyatakan diri sebagai partai pada pada 22 April 1996, diprakarsai sejumlah intelektual muda, dengan budiman Sudjatmiko sebagai Ketua Pertama PRD. Partai ini mendapat dukungan utama dari salah satu organisasi onderbouwnya, yakni Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Sejak awal pendirian, PRD sudah menunjukkan sikap oposisi terhadap pemerintahan otoriter Orde Baru. Terkait hal ini, saat PRD bernama Persatuan Rakyat Demokratik, organisasi ini merupakan massa lintas buruh seperti, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI), Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKKER), Serikat Tani Nasional (STN), dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
Pasca Reformasi PRD secara aktif menggalang aksi protes dan demonstrasi mengkritik berbagai kebijakan yang dinilai neoliberal sreta mengkampanyekan kedaulatan nasional maupun Gerakan Nasional Pasal 33 (GNP33). Saat ini, PRD dinilai telah berupaya untuk bergerak menggapai kursi di Lembaga Legislatif. Hal ini ditunjukkan melalui upaya sosisalisasi PRD terhadap masyarakat luas di tingkat daerah. Hal tersebut juga dikuatkan melalui pernyataan Agus Jabo Priyono (Ketua Umum PRD) yang menyatakan kesiapan PRD untuk menjadi salah satu kontestan Pemilu 2019 pada Kongres PRD ke-8 di Hotel Acacia, Jakarta.
Ancaman Komunisme dan Trend Saat ini
Komunisme merupakan bahaya laten yang perlu selalu diwaspadai karena pergerakannya tidak eksis seperti kelompok ekstrem kanan ataupun kelompok terorisme. Mereka cenderung bergerak bersifat tenang atau bawah tanah, dengan cara merangkul masyarakat, terutama buruh maupun petani melalui berbagai advokasi yang salah satunya berkaitan dengan masalah sosial seperti sengketa lahan.
Hal ini tentunya mengkhawatirkan karena kita tidak pernah tahu tujuan utama atau grand design dari pergerakan kelompok ini, sehingga sudah seharusnya kita sebagai warga Negara peduli ancaman ideologi. Mengingat, saat ini banyak beredar kaos dengan lambang PKI/Komunis (Palu Arit) di kalangan masyarakat tetapi mirisnya masyarakat justru menggunakan kaos dengan atribut komunis secara bangga karena ketidak tahuannya. Hal ini tentunya menunjukkan minimnya pengetahuan kita akan sejarah, mengingat banyaknya inseiden dengan korban jiwa yang cukup banyak akibat aksi kelompok PKI (Komunis), terutama bagi kelompok agamis ataupun kontra faham komunis.
Mengingat Partai Rakyat Demokratik (PRD) merupakan partai dengan history pergerakan yang mengacu pada faham Komunis, sudah seharusnya kita mengkritik, mencermati ke arah mana tujuan dari partai ini. Selain itu, kita sebagai masyarakat juga harus mendukung pemerintah agar setiap Partai dan Ormas harus berdasarkan ideologi Pancasila karena itulah dasar Negara Indonesia.
Mari kita meningkatkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Nasionalisme kita melalui berbagai kegiatan positif, yang dimuali dari pemahaman ancaman Negara dari sisi ideologi, mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila serta mentaati hukum secara disiplin, demi kemajuan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.
*) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gunadharma Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016