Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB., mengaku pihaknya masih terus melakukan upaya untuk menciptakan kesetaraan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan di daerah tertinggal.
"Pembangunan kesehatan area rural merupakan topik yang sangat relevan dan selaras dengan kondisi Indonesia saat ini," kata Ari Fahrial Syam dalam keterangannya di Depok, Kamis.
Prof Ari mengatakan melalui program pemerintah yang tercantum dalam SKB antara Mendikbudristek RI dan Menkes RI tentang Academic Health System (AHS) diperlukan input baru dari sejumlah pihak dengan latar belakang dan pengalaman berbeda. Hal itu bisa dijadikan acuan bagi praktisi kesehatan dalam negeri.
Baca juga: Sukarelawan FKUI-ILUNI-RSCM bantu penanganan korban bencana di Cianjur
"Guna mendukung penguatan kesehatan global, dibutuhkan SDM kesehatan berkualitas untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara dengan melakukan integrasi sistem pendidikan dan kesehatan melalui AHS," ujar Ari.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH., mengatakan bahwa pemerataan dokter dan dokter spesialis di Indonesia bukan pekerjaan yang mudah.
"Butuh sinergi berbagai pihak guna membahas kontribusi terbaik yang bisa diberikan, salah satunya terkait pelaksanaan konsep AHS yang mengakomodasi integrasi pendidikan dan pelayanan kesehatan melalui kolaborasi lintas sektor universitas, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah daerah," katanya.
Baca juga: Guru Besar FKUI mendapat penghargaan Bossscha medal Leiden-Delft-Erasmus
Menurutnya, AHS dapat memfasilitasi interkonektivitas pemangku kepentingan sektor kesehatan guna menyelenggarakan kerja sama di bidang pendidikan kedokteran, riset translasional terkait isu kesehatan prioritas, pelayanan kesehatan terintegrasi, dan pengembangan inovasi terkait penguatan kesehatan komunitas.
"Keterlibatan kampus amat penting dalam memastikan sumber daya paling tepat menunjang sistem yang berjalan. Sokongan riset dan inovasi universitas juga dibutuhkan demi memastikan pihak yang terlibat, pemda dan rumah sakit pendidikan, memberi kontribusi sesuai persoalan yang ada," ujarnya.
Pada acara The Alliance of Academic Health Centers International (AAHCI) Southeast Asia Regional Meeting 2023, Ari Fahrial mengatakan AAHCI hadir sebagai ajang untuk saling bertukar informasi dan gagasan dari para pakar dan praktisi kesehatan dunia demi mengakomodasi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Baca juga: FKUI berdayakan warga eks penderita kusta ikuti program berkelanjutan di Kampung Sitanala
Tahun ini, FKUI menjadi tuan rumah AAHCI Southeast Asia (SEA) Regional Meeting 2023 yang bertema Partnership for Preparedness: Improving Response and Recovery in the Soeuteast Asia Region and Globally dengan 27 pakar sebagai pembicara dan fasilitator.
Mereka berasal dari sembilan negara anggota, yakni Indonesia, Amerika Serikat, Thailand, Filipina, Sri Lanka, Singapura, Uni Emirat Arab, Australia, dan Malaysia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Pembangunan kesehatan area rural merupakan topik yang sangat relevan dan selaras dengan kondisi Indonesia saat ini," kata Ari Fahrial Syam dalam keterangannya di Depok, Kamis.
Prof Ari mengatakan melalui program pemerintah yang tercantum dalam SKB antara Mendikbudristek RI dan Menkes RI tentang Academic Health System (AHS) diperlukan input baru dari sejumlah pihak dengan latar belakang dan pengalaman berbeda. Hal itu bisa dijadikan acuan bagi praktisi kesehatan dalam negeri.
Baca juga: Sukarelawan FKUI-ILUNI-RSCM bantu penanganan korban bencana di Cianjur
"Guna mendukung penguatan kesehatan global, dibutuhkan SDM kesehatan berkualitas untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara dengan melakukan integrasi sistem pendidikan dan kesehatan melalui AHS," ujar Ari.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH., mengatakan bahwa pemerataan dokter dan dokter spesialis di Indonesia bukan pekerjaan yang mudah.
"Butuh sinergi berbagai pihak guna membahas kontribusi terbaik yang bisa diberikan, salah satunya terkait pelaksanaan konsep AHS yang mengakomodasi integrasi pendidikan dan pelayanan kesehatan melalui kolaborasi lintas sektor universitas, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah daerah," katanya.
Baca juga: Guru Besar FKUI mendapat penghargaan Bossscha medal Leiden-Delft-Erasmus
Menurutnya, AHS dapat memfasilitasi interkonektivitas pemangku kepentingan sektor kesehatan guna menyelenggarakan kerja sama di bidang pendidikan kedokteran, riset translasional terkait isu kesehatan prioritas, pelayanan kesehatan terintegrasi, dan pengembangan inovasi terkait penguatan kesehatan komunitas.
"Keterlibatan kampus amat penting dalam memastikan sumber daya paling tepat menunjang sistem yang berjalan. Sokongan riset dan inovasi universitas juga dibutuhkan demi memastikan pihak yang terlibat, pemda dan rumah sakit pendidikan, memberi kontribusi sesuai persoalan yang ada," ujarnya.
Pada acara The Alliance of Academic Health Centers International (AAHCI) Southeast Asia Regional Meeting 2023, Ari Fahrial mengatakan AAHCI hadir sebagai ajang untuk saling bertukar informasi dan gagasan dari para pakar dan praktisi kesehatan dunia demi mengakomodasi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Baca juga: FKUI berdayakan warga eks penderita kusta ikuti program berkelanjutan di Kampung Sitanala
Tahun ini, FKUI menjadi tuan rumah AAHCI Southeast Asia (SEA) Regional Meeting 2023 yang bertema Partnership for Preparedness: Improving Response and Recovery in the Soeuteast Asia Region and Globally dengan 27 pakar sebagai pembicara dan fasilitator.
Mereka berasal dari sembilan negara anggota, yakni Indonesia, Amerika Serikat, Thailand, Filipina, Sri Lanka, Singapura, Uni Emirat Arab, Australia, dan Malaysia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023