Perhelatan akbar empat tahunan tersukses sepanjang sejarah telah usai. Qatar telah memenuhi janjinya untuk menyelenggarakan Piala Dunia yang luar biasa. Hajatan besar ini telah memberikan peluang emas bagi penduduk dunia untuk mengenal dan belajar lebih dekat kekayaan nilai-nilai budaya Qatar sebagai negara Islam. Qatar menjadi negara Arab dan negara Islam pertama yang dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Negara yang paling demokratis di Timur Tengah ini melakukan terobosan yang berani dan jauh berbeda dalam penyelenggaraan Piala Dunia dibandingkan sebelum-sebelumnya. Qatar kerap menyertakan budaya Arab dan Islam selama ajang Piala Dunia 2022. Seremoni pembukaan diawali dengan lantunan ayat suci Al Quran. Pembacaan ayat suci ini mendapat sambutan hangat dari khalayak, dan banyak orang yang terharu menyimak ayat suci Al Quran diperdengarkan.

Para pendukung tim kesebelasan terbaik yang lolos ke putaran final Piala Dunia 2022 dan datang dari berbagai belahan dunia disuguhi kalimat-kalimat hadits di sejumlah lokasi dan terpampang di sepanjang jalan di Doha, ibu kota Qatar. Kalimat-kalimat tersebut berisi kata-kata, perbuatan, dan kebiasaan dari Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan betapa pentingnya berakhlak mulia dan berbuat baik.

Selama Piala Dunia 2022, Qatar memperkenalkan paviliun dan Blue Mosque di Katara Cultural Village di Doha dalam rangka mempromosikan ajaran Islam dan budaya Arab. Paviliun ini dilengkapi dengan papan elektronik berisikan pengetahuan tentang Islam dalam bahasa Inggris. Tersedia pula booklet tentang Islam dan Al-Quran dalam 30 bahasa.

Qatar juga menyediakan barcode yang dapat dipindai di setiap bus dan kereta komuter menuju stadion Piala Dunia dan sejumlah tempat. Ketika dipindai, QR Code tersebut menuntun orang membaca Al Quran, ajaran-ajaran dan pengetahuan tentang Islam.

Sebagai negara Islam, Qatar memberlakukan aturan ketat terkait minuman yang mengandung alkohol, yaitu dengan melarang konsumsi alkohol di dalam negeri termasuk selama berlangsungnya perhelatan Piala Dunia 2022 ini.

Qatar juga melarang kegiatan menjual dan membeli bir selama Piala Dunia, baik di dalam maupun luar stadion selama tiga jam sebelum pertandingan dan satu jam setelah pertandingan. Namun Qatar menyediakan lokasi khusus bagi penggemar sepakbola yang ingin menikmati segelas bir.

Aturan larangan minuman beralkohol dan kenaikan harga minuman beralkohol di ajang Piala Dunia 2022 ini pada awalnya diprotes banyak pihak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sejumlah penggemar sepakbola manca negara terutama kaum wanita justru merasa lebih aman dan nyaman dengan diberlakukannya aturan ini.


Permohonan maaf, terima kasih dan budaya bersih

Kejutan besar dipertontonkan oleh tim nasional Jepang di Piala Dunia 2022 saat mengalahkan dua negara juara dunia sepakbola yaitu Jerman dan Spanyol dengan skor yang sama yaitu 2-1. Hasil ini membawa Jepang maju ke babak 16 besar.

Namun yang paling dikenang oleh para penikmat sepakbola yang menyaksikan langsung di Qatar maupun yang menonton di siaran televisi di seluruh belahan dunia bukan hanya dua kemenangan besar itu, tetapi perilaku ksatria pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, yang berjalan ke depan tribun pendukung Jepang lalu melakukan gerakan membungkukkan badan dengan sudut 90 derajat.

Moriyasu menjadi teladan yang paling tegar menerima kekalahan Jepang atas tim nasional Kroasia di tengah kesedihan para pemain dan pendukung Jepang. Dalam budaya Jepang, gerakan yang dilakukan Moriyasu adalah cara membungkuk (ojigi) yang paling dalam yaitu gerakan seikerei atau membungkuk dengan sudut 90 derajat.

Seikerei adalah gerakan membungkuk untuk mengungkapkan permohonan maaf, penghormatan dan rasa terima kasih. Selain gerakan seikerei ada gerakan keirei yaitu membungkuk dengan sudut 30 derajat dan gerakan eshaku yaitu membungkuk dengan sudut 15 derajat. Gerakan seikerei Moriyasu kemudian dilakukan pula oleh seluruh pemain dan official Jepang sebelum menuju ke kamar ganti.

Ada hal yang hampir tidak diketahui banyak orang, bebrapa saat setelah itu Moriyasu kembali ke lapangan dan sekali lagi melakukan gerakan membungkuk seikerei di dalam stadion yang nyaris kosong. Moriyasu menunjukkan rasa terima kasih dan kerendahan hatinya kepada Al Janoub Stadium, tempat yang baru saja dipakai oleh kesebelasan Jepang dan kesebelasan Kroasia bertanding.

Para pemain dan official Jepang setelah bertanding, dalam kondisi menang ataupun kalah, tidak bergegas kembali ke hotel tempat mereka menginap, tetapi tetap melakukan kegiatan rutinnya yaitu membersihkan kamar ganti sebagaimana kondisi semula sebelum mereka bertanding.

Jersey yang bekas digunakan dilipat dan ditumpuk di samping meja dengan sangat rapi. Makanan dan minuman yang tersisa juga disusun dengan rapi di atas dan di samping meja. Kondisi ruang ganti pemain Jepang sungguh terlihat bersih dan rapi.

Sebelum meninggalkan ruang ganti, mereka membuat origami berbentuk burung bangau (tsuru) sebanyak sebelas buah, sesuai dengan jumlah pemain satu kesebelasan, yang diletakkan di atas meja. Burung bangau adalah simbol harapan panjang umur, keberuntungan, kehormatan dan penghargaan menurut kepercayaan tradisional bangsa Jepang.

Di sebelah origami burung bangau tersebut diletakkan selembar kertas dengan tulisan satu kata berbahasa Jepang, yaitu arigatou, dan satu kata berbahasa Arab, yaitu syukron, yang berarti terima kasih.

Sejak pertandingan pertama babak penyisihan di Grup E ketika menang melawan Jerman hingga pertandingan terakhirnya di Piala Dunia 2022 melawan Kroasia, pendukung tim nasional Jepang selalu konsisten membersihkan sampah setelah pertandingan berlangsung. Bahkan mereka lakukan sambil menangis ketika tim Jepang kalah dari Kroasia di pertandingan terakhirnya

Sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna biru yang mereka bawa. Sampah yang diambil bukan hanya yang ada di area sekitar mereka duduk, namun juga di area sekeliling mereka. Japan Football Association menyediakan 8.000 kantong sampah untuk membantu para pendukung tim Jepang mengumpulkan sampah.

Bangsa Jepang dikenal dengan kedisiplinan dan kebersihannya. Aktifitas bersih-bersih yang dilakukan di Piala Dunia 2022 oleh pemain, official, dan pendukung timnas Jepang merupakan hal yang wajar bagi mereka. Budaya ini mereka sebut atarimae, yaitu hal yang memang lumrah dan bukan sesuatu yang istimewa. Kegiatan yang sama mereka lakukan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, di sekolah, di jalan-jalan, di stasiun dan di berbagai tempat di Jepang.

Sejak kecil bangsa Jepang dididik dan diajarkan untuk meninggalkan suatu tempat dalam kondisi yang lebih bersih dari sebelumnya. Tekad para pemain dan official tim nasional Jepang adalah meninggalkan stadion dalam keadaan lebih bersih dari waktu mereka datang.

Hal ini secara konsisten dilakukan sejak keikutsertaan Jepang dalam Piala Dunia 1998 Perancis. Karakter beradab ini merupakan hasil didikan ratusan tahun dan sudah menjadi darah daging bangsa Jepang.

Tim nasional Jepang akhirnya gagal maju ke babak delapan besar karena kalah adu penalti oleh Kroasia. Namun mereka memenangi hati ratusan juta orang dari berbagai belahan dunia. Akhlak mulia yang ditebarkan sejak masa kecil, dituai di Piala Dunia 2022 ini.

Melakukan hal yang baik dalam kondisi menang atau senang adalah sesuatu yang tidak sulit dan semua orang bisa. Namun melakukannya ketika kalah dan dalam kondisi sedih tentu bukan hal yang mudah, dan tidak semua orang bisa. Tetapi orang Jepang tetap melakukan hal tersebut dengan konsisten.


Sujud syukur dan bakti kepada ibu

Tim nasional Maroko menorehkan sejarah dengan menjadi negara pertama benua Afrika dan juga semenanjung Arab yang berhasil melaju ke babak empat besar atau semi final Piala Dunia secara spektakuler. Raihan ini menjadi hasil terbaik yang selama ini diraih Maroko. Tiga negara besar juara dunia dan Eropa yang bertabur bintang mereka taklukkan, mulai dari Belgia, Spanyol hingga Portugal.

Namun bukan hanya tiga kemenangan mengejutkan tersebut yang dikenang oleh pecandu sepakbola dunia, perilaku mulia pelatih, para pemain dan official kesebelasan Maroko sebelum, selama, dan sesudah bertanding di Piala Dunia 2022 patut diteladani.

Di setiap kemenangan yang diraih, Maroko memperlihatkan akhlak yang indah. Mereka memiliki cara selebrasi khusus untuk merayakannya. Pelatih, para pemain dan seluruh official melakukan sujud syukur di depan tribun pendukung dan simpatisan tim Singa Atlas ini. Youssef En-Nesyri, penyerang yang mencetak gol penentu kemenangan atas Portugal, juga melakukan sujud syukur ketika merayakan golnya.

Sujud syukur menjadi ritual yang tidak pernah ditinggalkan pemain tim Maroko ketika mencetak gol dan menyelesaikan setiap pertandingan, walaupun hasil pertandingan yang diraih berakhir seri atau kalah. Sujud yang digelar di lapangan secara serentak tersebut adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan dan bentuk rasa terima kasih kepada pendukung tim Maroko.

Berdoa dalam berbagai kesempatan menjadi kebiasaan baik para pemain dan official tim Maroko. Sesaat sebelum digelar adu penalti melawan Spanyol pada babak 16 besar, pelatih dan para pemain serta official Maroko membentuk lingkaran di Education City Stadium dan bersama-sama membaca Al Fatihah, surat pertama dalam kitab suci Al Quran.

Setelah itu seluruh pemain berkumpul di tengah lapangan dan penjaga gawang Maroko, Yassine Bounou, bersiaga di sisi lapangan. Bounou berhasil menyelamatkan gawang timnya tanpa kebobolan satu gol pun pada adu penalti ini. Tim Maroko maju ke perempat final Piala Dunia 2022.

Striker Abderrazak Hamdallah dan Zakaria Aboukhlal, pencetak gol kedua Maroko saat menang melawan Belgia, adalah pelantun merdu dan penghafal Al Quran. Bahkan Aboukhlal kerap menjadi imam shalat di masjid dan khatib shalat Jum’at.

Federasi Sepakbola Kerajaan Maroko The Royal Moroccan Football Federation mengambil keputusan yang tepat ketika membolehkan pelatih dan para pemain untuk memilih dan mengajak anggota keluarga tercinta ikut serta ke Qatar. Kehangatan keluarga besar membuat penginapan tempat pemain Maroko bermalam menjadi semarak dan memotivasi seluruh pemain untuk bertanding dengan penampilan terbaik mereka.

Para orang tua dan anggota keluarga menjadi akrab satu sama lain dan hal itu membuat dukungan untuk anak-anak mereka di lapangan makin kuat. Tidak heran ketika tim Maroko memenangkan sebuah pertandingan, perayaan kemenangan makin terasa hangat dan meriah terlihat di tribun maupun di lapangan.

Pelatih kepala tim Maroko, Walid Redragui, ketika usai pertandingan menghampiri ibunya yang berada di tribun yang cukup ramai dengan penonton. Redragui memeluk dan mencium kening sang ibu, yang kemudian dibalas dengan pelukan dan kecupan yang tak kalah hangat oleh ibunya. Pemain belakang tim Maroko, Achraf Hakimi, juga melakukan hal yang sama. Ia selalu mendatangai ibunya yang ada di tribun begitu pertandingan selesai. Hakimi lalu memeluk dan mencium sang ibu. Mereka meyakini bahwa doa ibu sangat berperan dan ikut menjadi penentu kemenangan.

Lain lagi cara penjaga gawang Bounou merayakan kemenangan timnya. Ia membawa anaknya turun ke lapangan Al Thumama Stadion usai pertandingan melawan Portugal. Penjaga gawang tangguh ini memakaikan sarung tangannya ke anak laki-laki kesayangannya tersebut. Gelandang serang tim Maroko, Sofiane Boufal, bahkan mengajak ibunya turun ke lapangan untuk menari bersama merayakan kemenangan yang penting dan bersejarah ini.

Gelandang serang yang lain yaitu Hakim Ziyech, juga pantas dicontoh. Ia mendermakan seluruh penghasilannya dan bonusnya di Piala Dunia untuk berbagi kebahagiaan bersama kaum dhuafa di tanah airnya. Ziyech berhak atas penghasilan sekitar Rp 4,3 milyar selama berlaga di Qatar. Bukan hanya kepada orang yang tidak mampu, Ziyech juga membagi bonusnya kepada para official yang setia membantu para pemain tim nasional Maroko.

Penulis adalah Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Orwilsus Bogor

Pewarta: Naufal Mahfudz

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022