Anggota Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi  mengajak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ikut terlibat meningkatkan potensi sentra pembuatan ikan pindang di Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, agar produksi dan pendapatan pemindang meningkat.

"Kami akan mendorong KKP untuk memperhatikan potensi sentra pindang di Karawang," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi saat kunjungan kerja ke sentra ikan pindang di Cicinde Utara, Kecamatan Banyusari, Karawang, Rabu.

Ia menyampaikan dari kunjungan tersebut ada beberapa hal yang telah dirumuskan untuk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan para pemindang di wilayah Banyusari, Karawang.

Baca juga: Capaian konsumsi ikan di Jabar masih kurang

"Yang pertama kita ingin adanya perubahan tata kelola pemindangan. Jadi akan diarahkan agar memiliki sanitasi IPAL komunal sehingga tidak ada lagi pembuangan bekas pencucian ikan ke saluran air," katanya.

Dia mengatakan selama ini setiap rumah yang memproduksi pindang membuang air sisa produksi, seperti darah ikan ke saluran drainase.

Namun ke depan diharapkan seluruh rumah produksi akan terintegrasi melalui sambungan pipa ke IPAL komunal untuk pembuangan sisa produksi.

Dedi mengusulkan KKP menggulirkan bantuan pembuatan "bandeng" atau panci pengolahan ikan pindang.

Baca juga: Anggota DPR Dedi Mulyadi ajak KKP tangani abrasi pantai utara Karawang

"Kita dorong agar memakai 'bandeng' yang terbuat dari 'stainless' karena selama ini mereka masih menggunakan plastik," katanya.

Dedi yang memimpin rombongan kunjungan kerja mengusulkan agar KKP memberikan bantuan mobil angkutan berpendingin untuk mengangkut ikan dari Jakarta ke Cicinde sehingga kualitas ikan tetap terjaga.

Ia meminta agar kementerian terkait membantu permodalan karena selama ini pemindang banyak terjerat utang ke rentenir atau biasa dikenal bank "emok" di wilayah tersebut.

Baca juga: Anggota DPR Dedi Mulyadi sebut jaga ketahanan pangan berarti ikut menjaga negara

"Bank 'emok' ini masih kuat di masyarakat karena mereka mempunyai kecepatan. Saya minta Dirjen yang menangani untuk mendorong permodalan dengan mempertimbangkan kecepatan pelayanan sehingga tidak kalah dengan bank 'emok'. Masa pemerintahan kalah sama bank 'emok'?," ujarnya.

Untuk diketahui bank "emok" atau rentenir masih menjadi pilihan pemindang dalam bantuan permodalan. Meski bunga dan potongan besar, namun bank "emok" tetap menjadi primadona karena minim persyaratan dan uang pinjaman yang cepat didapat. 

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022