Jakarta (Antara Megapolitan) - Dokter ahli bedah saraf dari Mayapada Hospital dr Roeslan Yusni Hasan, Sp Bs mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan otak selama berpuasa dan jangan sampai terjadi dehidrasi sehingga secara keseluruhan kesehatan jasmani dan rohani terpelihara.
"Maklum setelah berpuasa pola makan berubah, ingin banyak makan. Padahal kerusakan otak banyak dipengaruhi cara makan dan perilaku tak sehat seperti merokok," katanya di Jakarta, Kamis.
Roeslan berbicara pada buka puasa bersama yang diselenggarakan oleh Mayapada Hospital dan mempresentasikan kajian ilmiah bertema "Mempertahankan Fungsi Kerja Otak yang Sehat Selama Berpuasa".
Ia mengingatkan otak adalah identitas manusia yang tidak bisa tergantikan, berbeda dengan organ tubuh lain.
"Lever Pak Dahlan Iskan diganti dengan lever orang lain tetap Dahlan Iskan, jantung Pak Setiawan Djodi diganti jantung orang lain tetap menjadi dirinya, tetapi kalau otak diganti maka tak akan bisa menjadi diri sendiri," kata dokter yang juga ahli ilmu agama itu.
Untuk dapat bekerja optimal, katanya, otak hanya membutuhkan dua, yakni glukosa dan oksigen. Glukosa dari semua zat pada makanan seperti protein, karbohidrat dan sebagainya.
"Selama berpuasa glukosa akan menurun, berdampak pada asupan ke otak sehingga bisa mengganggu kerja otak. Untuk itu kesehatan otak harus dijaga dengan mengonsumsi makanan sehat saat berbuka puasa," katanya.
Ia mengatakan, orang yang sedang berpuasa biasanya bau mulut karena kekurangan glukosa yang tergantikan dengan lemak. "Lemak yang tercium itu ya seperti bau mulut itu," katanya.
Sedangkan merokok, katanya, sangat mengurangi kesehatan otak sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak.
"Tetapi banyak perokok yang mencari-cari alasan dengan menyatakan bahwa merokok adalah menyehatkan. Itu salah besar," katanya.
Ia juga mengingatkan selama berpuasa untuk menghindari terjadinya dehidrasi.
"Dehidrasi dapat mengganggu aliran darah. Aliran darah terganggu maka aliran oksigen ke otak juga terganggu," katanya.
Roeslan menegaskan, kesehatan otak sangat dipengaruhi oleh pola makanan dan perilaku. "Karena itu konsumsi makan yang sehat dan perilaku hidup yang sehat," katanya. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Maklum setelah berpuasa pola makan berubah, ingin banyak makan. Padahal kerusakan otak banyak dipengaruhi cara makan dan perilaku tak sehat seperti merokok," katanya di Jakarta, Kamis.
Roeslan berbicara pada buka puasa bersama yang diselenggarakan oleh Mayapada Hospital dan mempresentasikan kajian ilmiah bertema "Mempertahankan Fungsi Kerja Otak yang Sehat Selama Berpuasa".
Ia mengingatkan otak adalah identitas manusia yang tidak bisa tergantikan, berbeda dengan organ tubuh lain.
"Lever Pak Dahlan Iskan diganti dengan lever orang lain tetap Dahlan Iskan, jantung Pak Setiawan Djodi diganti jantung orang lain tetap menjadi dirinya, tetapi kalau otak diganti maka tak akan bisa menjadi diri sendiri," kata dokter yang juga ahli ilmu agama itu.
Untuk dapat bekerja optimal, katanya, otak hanya membutuhkan dua, yakni glukosa dan oksigen. Glukosa dari semua zat pada makanan seperti protein, karbohidrat dan sebagainya.
"Selama berpuasa glukosa akan menurun, berdampak pada asupan ke otak sehingga bisa mengganggu kerja otak. Untuk itu kesehatan otak harus dijaga dengan mengonsumsi makanan sehat saat berbuka puasa," katanya.
Ia mengatakan, orang yang sedang berpuasa biasanya bau mulut karena kekurangan glukosa yang tergantikan dengan lemak. "Lemak yang tercium itu ya seperti bau mulut itu," katanya.
Sedangkan merokok, katanya, sangat mengurangi kesehatan otak sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak.
"Tetapi banyak perokok yang mencari-cari alasan dengan menyatakan bahwa merokok adalah menyehatkan. Itu salah besar," katanya.
Ia juga mengingatkan selama berpuasa untuk menghindari terjadinya dehidrasi.
"Dehidrasi dapat mengganggu aliran darah. Aliran darah terganggu maka aliran oksigen ke otak juga terganggu," katanya.
Roeslan menegaskan, kesehatan otak sangat dipengaruhi oleh pola makanan dan perilaku. "Karena itu konsumsi makan yang sehat dan perilaku hidup yang sehat," katanya. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016