Cibubur, Jakarta (Antara) - Generasi muda di Indonesia diharapkan dapat memahami mengenai isu-isu yang terkait dengan bonus demografi apalagi memiliki jumlah penduduk yang besar, kata seorang pegiat Koalisi Muda Kependudukan.

"Pengertian bonus demografi, intinya suatu kondisi jumlah penduduk di suatu negara yang tidak disangka-sangka dapat membawa berkah," kata Ketua Koalisi Muda Kependudukan (KMK) Kartini Laras Makmur di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) Kemenpora, Cibubur, Jakarta, Timur, Sabtu.

BKKBN mendefinisikan bonus demografi adalah suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.

Berbicara kepada 200 peserta Pesantren Kilat Ramadhan Kepemimpinan Pemuda se-Jabodetabek 2016, yang diikuti mahasiswa, pondok pesantren, SLTA, dhuafa dan yatim, ia menjelaskan bahwa pada 2030 akan ada 208 juta manusia usia produktif di Indonesia.

Pesantren Kilat Ramadhan yang digagas kolaboratif Kemenpora, Yayasan At-Tawassuth, dan portal berita antaramegapolitan sebagai media partner itu, pada Jumat (10/6) dibuka Staf Ahli Bidang Politik Menpora Yuni Poerwanti, dan selepas shalat Jumat juga mendapatkan pembekalan spirit nasionalisme oleh Menpora Imam Nachrawi.

Kegiatan itu mendapatkan dukungan dari mitra kerja sama yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa, Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kimia Farma, Maram Aquatiq, PT ANPA International, PCNU Kota Bogor, APRIL, Biofarma, Indofood, dan APP Sinar Mas.

Dalam paparannya, Kartini menyatakan bonus demograsi penduduk sebanyak itu pada 2030 kisaran usia generasi muda adalah pada 15-29 tahun, yang masuk dalam usia produktif.

Sumber daya manusia (SDM) sebanyak itu, kata dia, di satu sisi merupakan kekuatan produktif bangsa, seperti menjadi potensi ekonomi yang sangat besar. Namun, bila tidak memiliki kapasitas keilmuan yang cukup, dan malah tersandung pada soal-soal narkoba, itu justru menjadi ancaman.

"Karenanya, dalam isu bonus demografi, maka anak-anak muda mesti memiliki sekurangnya empat kemampuan, yakni cerdas, sehat, produktif dan rajin," katanya menegaskan.  

Dalam kaitan itu, Kartini mengajak generasi muda yang mengikuti Pesantren Kilat Ramadhan itu untuk membangun terus kapasitas dan kemampuannya, sesuai pendidikan yang dipilihnya, baik formal maupun non-formal.

"Kita siapkan diri kita dengan berbagai bekal keilmuan dan kemampuan lainnya, yang dapat memberdayakan guna menghadapai tantangan di masa depan," katanya.

Kegiatan Sanlat Ramadhan 2016, katanya, merupakan penyelenggaraan yang kelima kali secara berturut-turut melalui kerja kolaboratif.    

Pada 2012 diselenggarakan Sanlat Ramadhan Jurnalistik di YPI Ciawi, Bogor, diikuti 400 peserta, bekerja sama dengan Kementerian BUMN, dan Kementerian Koordinator Bidang Polkam. Saat itu, sanlat menghadirkan Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai pembicara kunci.

Tahun 2013, Sanlat Ramadhan bertema kewirausahaan di Aula SEAMEO BIOTROP, Tajur, Kota Bogor, menghadirkan Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat.

Sedangkan pada 2014 kegiatan Sanlat Ramadhan mengangkat tema Wawasan Kebangsaan dan Kearifan Lokal Sunda, serta pada 2015 mengetengahkan tema Bahaya Pornografi di Kalangan Generasi Muda yang menghadirkan Kepala Puspensos-Kemensos Dra Tati Nugrahati dan Literasi Media dan Jasa Keuangan Syariah dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (Ant).

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016