Washington (Antara/Reuters/Antara Megapolitan) - Lebih dari 70 ribu pelanggan American Airline ketinggalan pesawat tahun ini dan 40 ribu tas gagal diangkut pada penerbangan terjadwal karena penundaan pemeriksaan di bandara, kata eksekutif maskapai itu kepada panel kongres AS, Kamis.

Kekurangan pegawai dan lonjakan wisatawan udara telah menciptakan skenario mimpi buruk bagi Pihak Berwenang Keamanan Transportasi Amerika Serikat (TSA), dengan waktu tunggu di bandara seperti Chicago mundur selama lebih dari dua jam.

Para pelanggan yang berjumlah 70 ribu itu hanya sebagian kecil dari 63 juta perjalanan pada penerbangan terjadwal dari American Airlines, maskapai terbesar dunia, pada April, tetapi jumlah perjalanan yang gagal kemungkinan lebih besar jika melibatkan maskapai besar pesaing mereka, Delta, United dan Southwest.

TSA mengatakan pada Rabu bahwa sekalipun telah mengambil langkah-langkah untuk mempersingkat antrian dengan mempekerjakan lebih banyak petugas penuh waktu, pihaknya tetap kekurangan pegawai untuk menangani puncak perjalanan pada musim panas kali ini.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson, yang mengawasi TSA, mengatakan pada Kamis telah meminta dana sebesar 28 juta dolar AS kepada Kongres untuk meningkatkan jumlah pegawai di 20 bandara tersibuk Amerika Serikat.

Tapi wisatawan tambahan dan pesawat yang lebih penuh akan membuat maskapai kesulitan untuk menemukan kursi kosong guna mengakomodasi pelanggan yang ketinggalan penerbangan mereka.

"Untuk mengatakan pelanggan gelisah terlalu meremehkan," kata  Kerry Philipovitch, wakil presiden senior American Airlines urusan pelanggan, kepada subkomite Komite Keamanan Dalam Negeri parlemen.

Amerika Airlines ingin TSA membuat peran internal senior yang fokus pada kekhawatiran wisatawan, kata Philipovitch.

Permintaan itu muncul beberapa hari setelah Administrator TSA Peter Neffenger mengguncang manajemen TSA, dengan mengganti kepala operasi keamanan, Kelly Hoggan.

TSA telah diproyeksikan akan memeriksa 740 juta orang di bandara AS tahun ini, sekitar 15 persen lebih dari pada tahun 2013 meskipun mengurangi 12 persen pegawainya.

Philipovitch juga merekomendasikan agar TSA pertimbangkan mengembalikan program pemeriksaan berbasis risiko seperti yang  dibatalkan tahun lalu karena penyimpangan tingkat tinggi.

Dalam program ini, petugas dilatih untuk mendeteksi perilaku tidak teratur dan memeriksa wisatawan mencuriga secara acak dalam "pemeriksaan pendahuluan" yang dapat memproses orang lebih cepat, karena mereka tidak membuka sepatu dan barang-barang lainnya.

Mengatasi masalah yang diangkat oleh bandara kecil, Komite Keamanan Dalam Negeri memperkenalkan sebuah rancangan undang-undang pada Kamis untuk membiarkan TSA lokal membuat keputusan kepegawaian, daripada menunggu persetujuan dari pihak yang lebih tinggi sebelum menambah atau mengatur ulang jajarannya.

Penerjemah: G.N.C. Aryani/M. Anthoni.
    

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016