Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berupaya memaksimalkan pengelolaan sektor pertanian dalam menghadapi isu krisis pangan global pada tahun 2023 mendatang.
"Perlu komitmen bersama dalam meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Bogor khususnya," kata Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor, Iwan Setiawan di Cibinong, Bogor, Senin.
Ia menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Bogor bahkan mengalokasikan secara khusus dana desa (DD) sebesar 20 persen untuk sektor ketahanan pangan. Sebanyak 20 persen dari dana desa tersebut akan dianggarkan untuk sektor ketahanan pangan seperti pertanian dan peternakan, dengan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) Desa.
"Intinya alokasi 20 persen ini untuk kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan ketahanan pangan," kata Iwan.
Baca juga: Pemkab Bogor ikut antisipasi krisis pangan dunia
Alokasi khusus untuk sektor ketahanan pangan itu merupakan kebijakan yang telah tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2021 tentang APBN.
"Bunyi perpresnya seperti itu. Maka kami pun sudah mulai melakukan sosialisasi di mana penggunaan DD 20 persennya itu untuk ketahanan pangan," ujarnya.
Iwan berharap Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor juga dapat meningkatkan berbagai capaian di bidang pertanian.
Salah satu capaian tersebut yaitu penjualan tanaman hias yang malah mengalami lonjakan saat pandemi. Hasil ekspor tanaman hias ke berbagai negara dari Kabupaten Bogor bisa menghasilkan devisa Rp700 juta per hari.
Baca juga: Presiden Jokowi dorong pelaku startup berani tangkap peluang bisnis sektor pangan
Terdapat 622 petani eksportir dari Kabupaten Bogor tergabung dalam 52 perusahaan yang mengeluarkan phythosanitary atau izin ekspor, dengan rata-rata devisa negara Rp500 juta hingga Rp700 juta per hari.
Kemudian, capaian lainnya di bidang pertanian yaitu produksi kopi robusta yang bisa menembus angka 4.151 ton dan jenis arabika sebanyak 473 ton selama tahun 2021.
Khusus jenis robusta, angka produksinya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2019, para petani kopi berhasil memproduksi biji robusta sebanyak 3.667 ton, dan selama tahun 2020 mencapai 4.004 ton.
Baca juga: FAO: Konflik dan dampak iklim jadi pendorong utama krisis pangan
Padahal, target produksi kopi robusta di Kabupaten Bogor telah diproyeksikan hingga tahun 2023, yaitu hanya sebanyak 3.726 ton dalam setahun.
Kini, Kabupaten Bogor merupakan daerah peringkat keempat secara nasional dan peringkat pertama dengan produksi kopi robusta terbanyak.
Kemudian, peringkat kedua daerah di Jawa Barat dengan produksi kopi robusta terbesar yaitu Kabupaten Kuningan sebanyak 1.531 ton per tahun, dan urutan ketiga Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1.188 ton per tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Perlu komitmen bersama dalam meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Bogor khususnya," kata Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor, Iwan Setiawan di Cibinong, Bogor, Senin.
Ia menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Bogor bahkan mengalokasikan secara khusus dana desa (DD) sebesar 20 persen untuk sektor ketahanan pangan. Sebanyak 20 persen dari dana desa tersebut akan dianggarkan untuk sektor ketahanan pangan seperti pertanian dan peternakan, dengan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) Desa.
"Intinya alokasi 20 persen ini untuk kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan ketahanan pangan," kata Iwan.
Baca juga: Pemkab Bogor ikut antisipasi krisis pangan dunia
Alokasi khusus untuk sektor ketahanan pangan itu merupakan kebijakan yang telah tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2021 tentang APBN.
"Bunyi perpresnya seperti itu. Maka kami pun sudah mulai melakukan sosialisasi di mana penggunaan DD 20 persennya itu untuk ketahanan pangan," ujarnya.
Iwan berharap Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor juga dapat meningkatkan berbagai capaian di bidang pertanian.
Salah satu capaian tersebut yaitu penjualan tanaman hias yang malah mengalami lonjakan saat pandemi. Hasil ekspor tanaman hias ke berbagai negara dari Kabupaten Bogor bisa menghasilkan devisa Rp700 juta per hari.
Baca juga: Presiden Jokowi dorong pelaku startup berani tangkap peluang bisnis sektor pangan
Terdapat 622 petani eksportir dari Kabupaten Bogor tergabung dalam 52 perusahaan yang mengeluarkan phythosanitary atau izin ekspor, dengan rata-rata devisa negara Rp500 juta hingga Rp700 juta per hari.
Kemudian, capaian lainnya di bidang pertanian yaitu produksi kopi robusta yang bisa menembus angka 4.151 ton dan jenis arabika sebanyak 473 ton selama tahun 2021.
Khusus jenis robusta, angka produksinya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2019, para petani kopi berhasil memproduksi biji robusta sebanyak 3.667 ton, dan selama tahun 2020 mencapai 4.004 ton.
Baca juga: FAO: Konflik dan dampak iklim jadi pendorong utama krisis pangan
Padahal, target produksi kopi robusta di Kabupaten Bogor telah diproyeksikan hingga tahun 2023, yaitu hanya sebanyak 3.726 ton dalam setahun.
Kini, Kabupaten Bogor merupakan daerah peringkat keempat secara nasional dan peringkat pertama dengan produksi kopi robusta terbanyak.
Kemudian, peringkat kedua daerah di Jawa Barat dengan produksi kopi robusta terbesar yaitu Kabupaten Kuningan sebanyak 1.531 ton per tahun, dan urutan ketiga Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1.188 ton per tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022