Pelaksana Tugas Bupati Bogor Iwan Setiawan mengingatkan masyarakat selalu waspada karena wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.

"Kalau cuaca ekstrem, hujan deras dan lainnya harus waspada ya. Kami juga harus mengedukasi warga, jangan sampai setelah kejadian baru bergerak apalagi cuaca akhir tahun ini kemungkinan hujan terus setiap hari," katanya saat meninjau lokasi longsor di Desa Gunung Geulis, Sukaraja, Bogor, Kamis.

Ia menyebutkan hingga kini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor dan instansi terkait terus memonitor titik-titik kejadian bencana.

Dari berbagai bencana alam yang terjadi di Kabupaten Bogor dalam sepekan terakhir, tercatat baru satu kejadian yang menimbulkan korban jiwa, yakni peristiwa hanyutnya empat pelajar Kota Depok di Curug Kembar, Cisarua, pada Rabu (12/10).

Tim SAR Gabungan berhasil mengevakuasi tiga korban hanyut dalam kondisi meninggal dunia pada Rabu petang hingga malam sedangkan satu korban lain hingga kini masih dalam proses pencarian.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Yani Hassan menyebutkan bahwa Kabupaten Bogor sudah menetapkan siaga bencana hingga akhir tahun sejak apel kesiapsiagaan bencana pada akhir September 2022.

"Melalui apel siaga kita mantapkan kesiapan, mengingat curah hujan yang tinggi di Oktober dan November ini," kata Yani.

Menurut dia, BPBD mencatat sebanyak 524 bencana di Kabupaten Bogor hingga akhir Agustus 2022. Bencana tersebut terdiri atas 228 tanah longsor, 165 angin kencang dan 71 bencana banjir.

Sebelumnya, Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebutkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.

Menurut dia, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor mendominasi kawasan Jabodetabek, terutama pada Kabupaten Bogor.

"Kabupaten Bogor ini adalah dengan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia, tidak hanya di Jabodetabek," kata Abdul.

Sementara itu, secara historis banjir Jabodetabek per kabupaten/kota dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.

Abdul mengatakan frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa, lebih dari dua kali lipat dari kabupaten/kota lainnya.

"Ini menjadi perhatian kita untuk melihat kembali bagaimana bentang lahan kita saat ini, karena pastinya kalau kita berbicara hidrometeorologi basah tidak lepas dari daya dukung, daya tampung lingkungan," ujar Abdul.

Selain itu, secara historis korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek tercatat paling tinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 65 jiwa.

"Karena eskalasi banjir sebenarnya tidak terlalu banyak cakupan wilayahnya, tetapi tinggi airnya naik dengan cepat dan cukup signifikan sehingga banyak warga yang terjebak atau terkena sengatan listrik dan lain-lain," ujarnya.

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022