Bogor (Antara Megapolitan) - Jumlah angkot menggunakan bahan bakar gas di wilayah Bogor, Jawa Barat, terus bertambah dan hingga 2016, ada 325 unit angkot telah beralih menggunakan bahan bakar dari minyak ke bahan bakar gas (BBG).

"Hingga tahun ini total sudah ada 325 angkot yang menggunakan BBG, jumlah tersebut berasal dari kota maupun kabupaten," kata Wakil Sekretaris Organda Kota Bogor Yadi Indra Mulyadi kepada Antara di Bogor, Selasa.

Yadi yang juga penanggung jawab pemasangan BBG pada angkot mengatakan, 325 angkot BBG tersebut terdiri atas 250 angkot dari Kota Bogor dan sisanya 75 angkot berasal dari wilayah Kabupaten Bogor.

"Awal jumlah angkot yang menggunakan BBG sebanyak 50 unit, lalu bertambah menjadi 200 unit dan di 2016 ini ada tambahan 75 unit angkot dari wilayah Kabupaten Bogor," katanya.

Ia mengatakan, 75 unit angkot dari Kabupaten Bogor berasal dari trayek AKDP 08 Citereup dan 06 Parung. Sedangkan angkot dari Kota Bogor yang sudah menggunakan BBG berasal dari trayek 01,02, 10, 12, dan 15.

"Trayek yang paling banyak gunakan BBG angkot 15. Sudah ada juga angkot trayek 03, 04, 14, dan 08 yang menggunakan BBG jumlahnya paling cuma satu unit," katanya.

Menurut Yadi, penggunaan BBG di beberapa trayek angkot sebagai percontohan agar supir angkot paham ketika SPBG dibangun, mereka punya pengalaman sehingga mau beralih menggunakan bahan bakar alternatif pengganti fosil.

Yadi mengatakan, program angkot BBG telah dimulai sejak 2009, saat itu Pemerintah Kota Bogor memasang "converter kit" untuk 1.001 angkot. Tetapi program tersebut belum terlaksana karena belum tersedianya SPBG.

Tahun 2014, program angkot BBG kembali diinisiasi diawali dengan bantuan dana pertanggungjawaban sosial PGN yang membagikan "converter kit" untuk 50 unit angkot seiring telah berdirinya SPBG di Jl Merdeka.

"Total ada 52 angkot yang sudah menggunakan BBG. Sebanyak 50 angkot mendapat bantuan "converter kit" dari PGN melalui progam CSR, sedangkan dua unit angkot lainnya merupakan angkot milik Koperasi Organda "Kauber" yang dipasang secara mandiri tanpa bantuan dari pihak ketiga," katanya.

Ia menjelaskan, sebelum dioperasikan, Organda bersama DLLAJ dan PGN telah melakukan uji coba penggunaan angkot BBG sejak 14 Agustus 2014 lalu. Uji coba dilakukan kepada lima angkot yang melintasi wilayah sekitar Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) milik PGN yang terletak di Jl Merdeka, Kecamatan Bogor Tengah.

Angkot tersebut terdiri atas Trayek 01 (Cipinang Gading-Merdeka), trayek 10 (Bantar Kemang-Merdeka), trayek 12 (Cimanggu-Pasar Anyar) dan trayek 15 (Sidangbarang jero-Merdeka).

"Tahap awal kita fokus pada angkot yang melintasi rute sekitar SPBG agar lebih mudah melakukan pengisian bahan bakar," katanya.

Berdasarkan tahap uji coba tersebut, lanjut Yadi, terbukti penggunaan BBG untuk angkutan kota bisa dilakukan dan lebih murah dan hemat dari segi harga dibanding bahan bakar minyak (BBM).

Dijelaskannya, angkot yang sudah dipasang tabung "converter kit" BBG memiliki kapasitas enam LSP (liter skala premium) dimana harga per liternya Rp3.100. Untuk kapasitas enam LSP angkot bisa melakukan dua kali pulang pergi atau sebanyak 2,5 rit.

"Cukup hemat menggunakan BBG, dengan enam SLP bisa narik angkot sebanyak 2,5 rit atau setengah hari. Sehari angkot bisa mengisi empat kali pengisian di SPBG, karena kapasitas tabung cukup kecil," katanya.

Yadi mengatakan, setelah 52 angkot BBG dioperasikan, rencananya 1.001 angkot yang sudah terpasang "converter kit" di tahun 2009 akan diaktifkan kembali secara bertahap. Pemasangan ini akan diiringi dengan pembangunan SPBG di sejumlah titik yang telah diusulkan seperti Sukasari, dan Bubulak.

"Untuk tahap awal, dari 1.001 angkot itu, diaktifkan secara bertahap terlebih dahulu untuk 200 angkot. Total sampai saat ini sudah ada 250 unit angkot BBG yang sudah beroperasi," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016