Pakar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia menyatakan tragedi Stadion Kanjuruhan menggambarkan lemahnya budaya K3.

Ahli Keselamatan Kerja Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI yang juga Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) UI Prof. Dra. Fatma Lestari, M.SI., Ph.D di Depok, Selasa, mengatakan tragedi Kanjuruhan harus diinvestigasi secara mendalam secara independen dengan melibatkan semua unsur termasuk para ahli K3, ahli kedaruratan, perancang stadion, dan pihak lainnya.

"Hasil investigasi dan pembelajaran terpetik dari tragedi tersebut harus disosialisasikan agar kecelakaan serupa dapat dicegah dan menjadi pembelajaran bersama," katanya.

Baca juga: Kompolnas: Tidak ada perintah dari Kapolres Malang penggunaan gas air mata di Kanjuruhan

Ia mengatakan dalam rangka menjamin keselamatan masyarakat sangat diperlukan sebuah sistem dan prosedur keselamatan. Hal tersebut dapat dimulai dari kajian risiko keselamatan, manajemen risiko, hingga prosedur keadaan darurat. Perlu diidentifikasi juga berbagai risiko yang mungkin dihadapi ketika dalam pertandingan sepak bola.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan manajemen risiko agar kecelakaan terhindari, terminimalisir hingga tidak terjadi. Termasuk di dalamnya ada tindakan seperti apa saja yang harus dilakukan saat terjadi keadaan darurat seperti di Stadion Kanjuruhan beberapa hari lalu.

Disamping mengemukakan pentingnya sebuah sistem dan kepedulian dari seluruh stakelholder, Prof. Fatma Lestari pun menyentuh para pecinta sepak bola untuk turut memahami pentingnya langkah keselamatan.

Baca juga: Ada 33 anak meninggal dalam tragedi Kanjuruhan

"Untuk para pecinta pertandingan dan permainan sepak bola, ayo, senantiasa mematuhi aturan dan prosedur keselamatan di stadion. Jangan lupa untuk menghindari berbagai tindakan berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain, ketahui prosedur keadaan darurat dan rute evakuasi stadion dimana anda menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung," ungkap Prof. Fatma Lestari.

Hal senada juga dikatakan oleh ahli keselamatan kerja Departemen K3 FKM UI DR. Zulkifli Djunaedi mengatakan tidak memadainya fasilitas dan sarana emergency menjadi faktor kritis pada kejadian multiple fatalities tersebut.

Baca juga: Viking: Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang jadi pelajaran berharga bagi suporter

"Apakah prosedur emergency response disiapkan oleh panitia? Kenapa gas air mata digunakan dalam meredam amukan massa, padahal sudah jelas dalam regulasi FIFA no 19 bahwa gas air mata dan senjata tajam tidak boleh digunakan dalam pengamanan massa di stadion," kata DR. Zulkifli Djunaedi.

Pertandingan sepak bola sejatinya adalah pertandingan rakyat dan pesta rakyat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dimana seringkali dihadiri oleh ribuan orang. Tanpa adanya induksi keselamatan, sistem, prosedur, sarana & prasarana K3 semua itu berpotensi merenggut nyawa manusia.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022