Jakarta (Antara Megapolitan) - Nahdlatul Ulama menawarkan solusi yang mampu meredakan konflik berkepanjangan di sejumlah negara di kawasan Timur Tengah (Timteng) melalui konsep Islam Nusantara yang dianggap menjadi inspirasi bagi peradaban dunia.

Saat menjadi pembicara utama dalam "International Summit of the Moderate Islamic Leaders" (ISOMIL) di Jakarta, Senin, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj menilai bahwa konflik di Timteng terus berulang karena tidak ada rumusan yang bisa mempertemukan antara agama dan negara.

"Para ulama di Timteng memiliki konsep titik temu antara agama dan negara," ujarnya dalam acara yang dihadiri sejumlah ulama dan cendekiawan dari 40 negara di Timteng, Eropa, Amerika, dan Asia itu.

Dalam pidato berbahasa Arab tersebut, Said mengisahkan tentang prinsip kebangsaan yang dipraktikkan pendiri NU, Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari. "Kiai Hasyim memiliki rumusan yang tepat, antara agama dan negara, antara prinsip Islam dan kebangsaan. Konsep 'hubbul wathan minal iman', cinta tanah air sebagian dari iman, berasal dari renungan Kiai Hasyim," ujarnya.

Pesan pendiri NU tersebut, jelas dia, bahwa orang-orang yang tidak berjuang untuk menjaga negara dan bangsanya, maka tingkat keimanannya belum sempurna.

Ia juga memaparkan makna Pancasila, dasar negara yang sesuai dengan ajaran Islam. "Pancasila itu merupakan dasar negara kami. Dengan kapal yang bernama Pancasila, Insya Allah warga Indonesia akan damai, sejahtera, dan aman," tegasnya berapi-api.

Dalam kesempatan itu pula Said menyatakan keprihatinan yang mendalam atas konflik agama dan politik yang terjadi di beberapa negara di Timteng sehingga secara tidak langsung merusak citra agama Islam. Bahkan dia juga menyesali para ulama di Timteng yang tidak berdaya menghadapi konflik-konflik internal agama yang menghancurkan kehidupan rakyatnya.

"Wahai orang Arab, kenapa kalian berat sekali mengatakan Islam merupakan agama kemanusiaan? Karena di negeri kalian sendiri, masih terjadi perang saudara. Ulama tidak berdaya menghadapi ISIS," kata alumni Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi, itu.

Oleh sebab itu, dia mengajak para ulama dan pemerintah di Timteng untuk menerapkan konsep Islam Nusantara yang digagas Nahdlatul Ulama tersebut.

"Jika muslim Timur Tengah atau warga Eropa mau belajar tentang Islam yang ramah dan damai, datanglah ke Indonesia. Belajarlah kepada kami," ujar Said yang bermukim di Arab Saudi selama 13 tahun itu.

ISOMIL merupakan forum pertemuan antarulama yang digagas PBNU sebagai tindak lanjut dari KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hadir pula mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, beberapa menteri, pimpinan partai politik, ulama, dan akademisi.

Melalui kegiatan itu, PBNU mendorong perdamaian dunia di tengah konflik sektarian, agama, dan sengketa ideologi beberapa negara. (Ant).

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016