Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng sejumlah mitra swasta dan asing untuk memperkuat penanganan penurunan prevalensi stunting.

“Kini masalah yang kita hadapi adalah ketika bangsa kita menghadapi bonus demografi, tapi di satu sisi kita punya angka stunting yang masih 24,4 persen,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam acara penandatanganan MoU BKKBN bersama Mitra di Jakarta, Jumat.

Kerja sama tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh BKKBN bersama Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development (USAID).

Hasto menuturkan kolaborasi berupa peningkatan edukasi masyarakat dan sebuah implementasi berupa program gizi yang terintegrasi untuk mengatasi stunting melalui penerapan intervensi gizi berbasis bukti, untuk memperkuat layanan gizi melalui sistem kesehatan dari tingkat nasional hingga lokal.

Ia menambahkan pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 terkait percepatan penurunan angka stunting, berupaya menyelesaikan masalah tersebut melalui intervensi sensitif yang berkaitan dengan lingkungan layak huni dan sanitasi atau air bersih, serta intervensi spesifik yang berhubungan dengan nutrisi anak dan ibu hamil.

Baca juga: BKKBN gunakan pendekatan keluarga untuk edukasi stunting
Baca juga: BKKBN sarankan jarak kehamilan ideal minimal tiga tahun guna cegah stunting

Dengan demikian, kolaborasi yang terjalin dengan semua pihak tersebut dapat mempercepat perbaikan kesehatan masyarakat dan mencegah perburukan terhadap aspek pendidikan akibat dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting, baik berupa menurunnya kemampuan kognitif anak, tumbuh kembang tidak optimal hingga mudah terkena penyakit metabolik di usia tuanya.

Hasto berharap kolaborasi dapat mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan pengurangan prevalensi stunting secara nasional berada pada angka 14 persen di tahun 2024.

“Kalau kita perangi stuntingnya saja, kita akan lelah, jadi kita harus mengambil akar permasalahannya. Kami ucapan terima kasih atas bantuan yang nantinya diberikan untuk mengimplementasikan program-program percepatan penurunan stunting,” ucap Hasto.

Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen menekankan lewat kerja sama seperti inilah intervensi yang bersifat sensitif maupun spesifik dapat berjalan dengan optimal mewujudkan target yang sudah pemerintah tetapkan.
 

“USAID gembira bisa memperkuat kemitraan dengan mitra sektor swasta untuk mendukung pencapaian sasaran Pemerintah Indonesia dalam menurunkan prevalensi stunting nasional pada tahun 2024,” kata Jeff.

Sementara itu, Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian A. Purbasari berharap kolaborasi beberapa pihak itu menghasilkan sebuah bukti nyata untuk meningkatkan kesehatan anak-anak bangsa, baik melalui pemberian nutrisi yang cukup maupun tumbuh di lingkungan yang layak serta suportif.

“Kami bangga menjadi bagian dari Program PASTI, untuk membantu mengatasi stunting melalui program strategis seperti penyediaan nutrisi, pembangunan kapasitas serta mendorong perubahan perilaku sosial ke arah yang lebih baik lagi,” ujar Dian.



 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Riza Harahap


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022