Samarinda (Antara Megapolitan) - Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak akan mendampingi Presiden RI Joko Widodo ke Rusia guna menindaklanjuti keseriusan Pemprov Kaltim dan investor asal Rusia untuk membangun rel kereta api di Kaltim.

"Kedatangan kami ke Rusia pada 18-20 Mei karena saya diundang Pak Presiden untuk bersama-sama ke Rusia guna meyakinkan investor Russian Railways bahwa pembangunan rel kereta api di Kaltim tidak ada masalah," kata Gubernur di Samarinda, Rabu.

Menurutnya, keberangkatan tim dari Kaltim atas nama Pemerintah RI yang dipimpin langsung oleh Presiden, karena selain membicarakan mengenai pembangunan rel kereta api juga ada agenda utama, yakni menghadiri Forum Bisnis Rusia dengan 10 negara yang tergabung dalam ASEAN.

Selain Gubernur, pejabat lain yang akan berangkat adalah Bupati Kutai Timur, Bupati Kutai Barat, Bupati Kutai Kartanegara, Bupati Mahakam Ulu, Wali Kota Samarinda dan beberapa anggota DPRD Kaltim.

Diajaknya empat bupati ke Rusia karena jalur rel kereta api tersebut melintasi di empat kabupaten tersebut, sehingga masing-masing kepala daerah diharapkan memiliki komitmen dalam kaitan lahan yang akan dilalui rel, pembangunan statsiun, maupun sejumlah infrastruktur pendukungnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Akan Ke Rusia Melihat Sukhoi.

Sedangkan alasan Wali Kota Samarinda juga diajak ke Rusia karena dari 150 mahasiswa jurusan perkeretaapian yang kuliah di Rusia, sebagian besar merupakan mahasiswa asal Samarinda.

Total panjang rel kereta api yang akan dibangun mencapai 420 kilometer yang melintas pada dua jalur yakni jalur utara sepanjang 217 km mulai dari Tabang hingga Bengalon, kemudian jalur selatan mulai Kutai Barat hingga Penajam Paser Utara.

Untuk pembangunan stasiun, telah ditetapkan empat lokasi yang disiapkan oleh investor, yakni di Kecamatan Tabang, Muara Ancalong, Muara Wahau dan Lubuk Tutung.

Termasuk rencana stasiun yang akan dibangun di Maloy, Kabupaten Kutai Timur.

Sedangkan untuk pembebasan lahan, di jalur utara lebih diuntungkan karena ada dua perusahaan yang menguasai kawasan tersebut, yakni PT Gunung Bayan Resources dan PT Bhakti Energi Persada (BEP) Coal.

Untuk jalur itu diyakini bisa terbangun lebih cepat dibanding wilayah selatan, karena sebagian besar lahan di Gunung Bayan sudah dibebaskan, apalagi di jalur tersebut telah tersedia pelabuhan yang dimiliki Gunung Bayan Resources sehingga tinggal melakukan pengembangan.

"Jadi kedatangan kami ke Rusia bukan untuk plesiran, tetapi untuk kemajuan Kaltim karena Rusia berani menanam investasi sangat besar yang mencapai 50.000 miliar dolar atau setara dengan Rp72 triliun. Ini merupakan nilai yang luar biasa, jarang ada investor berani menanamkan modal sebesar itu," kata Awang Faroek. (Ant). 

Pewarta: M Ghofar

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016