Sebanyak 23 wisudawan Universitas Indonesia (UI) meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yaitu dengan nilai 4.

"Saya merasa sangat terhormat dan senang sekali dengan pencapaian ini. Dulu, tidak pernah terpikir untuk kuliah hingga S3 apalagi di UI," kata salah seorang peraih IPK 4, Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi dalam keterangannya, Selasa.

Namun lanjut Ida Ayu, kehendak Tuhan membukakan jalan yang luar biasa, sehingga saya mendapatkan beasiswa S2–S3 sekaligus di UI, menyelesaikan studi tepat waktu dengan IPK terbaik, dan bisa menyandang gelar doktor pada usia 26 tahun.  

Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi merupakan mahasiswa jenjang doktor pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik (FT).

Wisudawan lainnya I Wayan Gede Krisna Arimjaya merupakan mahasiswa jenjang magister pada Program Studi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang juga meraih IPK sempurna 4.

Keduanya merupakan putra-putri daerah asal Bali yang mampu membuktikan bahwa kesempatan belajar dapat diperoleh siapa saja, tanpa memandang asal, suku, ras, dan agama.

Baca juga: Ketua MWA UI Saleh Husin berbaur bersama ribuan wisudawan

Keberhasilannya menyelesaikan program doktor dalam waktu singkat bukan hal yang mudah mengingat kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring.

Selama masa pandemi, Ida sempat mengalami kemunduran perkembangan penelitian di laboratorium, karena beberapa bulan kampus ditutup total. Padahal, sebagai mahasiswa teknik dengan riset eksperimen, bekerja di lab adalah hal yang sangat penting baginya. 

Ia pun memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan UI, seperti jurnal internasional yang dapat diakses secara gratis, referensi buku yang banyak di perpustakaan, fasilitas uji similaritas jurnal gratis, aplikasi microsoft student gratis, dan fasilitas lain untuk mendukung proses perkuliahan dan riset. “Selain pemanfaatan fasilitas, komunikasi dengan pembimbing juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan riset.  

Ida Ayu berharap dapat mengembangkan hasil penelitian dalam skala yang lebih luas dan bisa diaplikasikan, sehingga dapat memberikan sumbangsih wawasan untuk masalah energi yang ada, khususnya di Indonesia. 

Baca juga: Novita Furia Putri terpilih jadi wisudawan terbaik UI 2022

Sedikit berbeda dari Ida Ayu, I Wayan justru merasa bahwa kuliah daring yang dijalaninya justru memudahkannya selama menempuh pendidikan di UI. Sejauh ini saya melihat kuliah online justru memudahkan, karena resource seluruhnya online, tugas lapangan pun dilakukan sendiri di daerah masing-masing sehingga seluruh proses lebih sederhana. Ada waktu mobilisasi yang dipangkas sehingga dapat dimanfaatkan untuk melalukan kegiatan yang lebih produktif.

Melalui tesisnya yang berjudul “Pemodelan Spasial Berbasis Skenario Interval Kalibrasi, Studi Kasus: Perubahan Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036”, I Wayan meneliti permasalahan deforestasi di Kalimantan Timur yang perlu dikendalikan melalui pemodelan perubahan tutupan lahan. 

Ia menganalisis klasifikasi dan validasi peta penutup lahan multi temporal, menganalisis investigasi model optimal, dan menyintesis prediksi tutupan lahan tahun 2036 serta analisis pola spasial perubahan tutupan lahan 2016–2036. 

Dari penelitian tersebut, I Wayan menemukan adanya penurunan luas tutupan hutan dari tahun 2016 hingga 2021 dengan laju deforestasi 651 km2/tahun. Diprediksi luas tutupan hutan tahun 2036 tersisa 69.203 km2. Topografi merupakan variabel yang paling berpengaruh mendorong perubahan tutupan lahan di Kalimantan Timur. 

Baca juga: UI gelar acara wisuda tatap muka pertama sejak pandemi

Laju deforestasi tidak bersifat linear sepanjang waktu prediksi. Diduga faktor topografi menjadi variabel pendorong utama perubahan tutupan lahan sekaligus sebagai variabel penghambat. Oleh karena itu, I Wayan berharap penelitiannya dapat dilanjutkan untuk melihat hubungan perubahan tutupan lahan dengan faktor topografi, dikaitkan dengan penggunaan variabel yang bersifat statis dan dinamis.

"Saya berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi pemerintah, terutama pada proses pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan. Selama proses studi dan riset ini, pada prinsipnya, ada satu nilai yang selalu saya pegang, yaitu upayakan untuk selalu memberi nilai tambah pada pihak terkait," ujarnya.

I Wayan mengatakan, ketika seseorang dikasih tugas apa pun, berikanlah lebih dari yang mampu dilakukan. Jika diminta satu, kita beri dua. "Jika ada tugas yang dikumpulkan esok hari, upayakan hari ini sudah selesai. Itu akan memberi nilai lebih pada setiap proses dan usaha yang kita lakukan,” kata I Wayan.
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022