Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi inti akan terdongkrak hingga 4,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun ini serta ekspektasi inflasi akan meningkat pula akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.

"Selain itu, inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food dan semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan juga mendorong perkiraan tersebut," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG BI Bulan Agustus 2022 di Jakarta, Selasa.

Dengan demikian, ia memperkirakan inflasi indeks harga konsumen (IHK) akan meningkat pula menjadi 5,24 persen (yoy) pada akhir tahun ini, yang didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global, serta kesenjangan pasokan.

Pada Juli 2022, inflasi IHK tercatat sebesar 4,94 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy).

Inflasi kelompok volatile food tercatat sangat tinggi mencapai 11,47 persen (yoy) pada periode tersebut, yang terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan.

Inflasi kelompok harga diatur pemerintah atau administered prices juga meningkat menjadi 6,51 persen (yoy) sejalan dengan kenaikan angkutan udara dan harga BBM non subsidi.

"Sementara itu, inflasi inti masih relatif rendah sebesar 2,86 persen (yoy) pada Juli 2022 didukung oleh konsistensi kebijakan BI dalam menjaga ekspektasi inflasi," ucap dia.

Perry menuturkan berbagai perkembangan tersebut diperkirakan dapat mendorong inflasi pada 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran dua persen sampai empat persen.

Oleh karenanya, diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan BI untuk langkah-langkah pengendalian peningkatan inflasi.

Baca juga: Pemkot Depok koordinasi dengan BI Jabar upaya kendalikan inflasi
Baca juga: BI: Harga Pangan Pengaruhi Inflasi
 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria

Editor : Riza Harahap


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022