Sukabumi (Antara Megapolitan) - Badan Narkotika Nasional (BNN) menargetkan pada 2016 ini bisa mengungkap 60 jaringan besar pengedar narkoba tingkat nasional dan internasional.

"Target tersebut dipastikan bisa tercapai bahkan, kami yakin bisa mengungkap mafia-mafia pengedar narkoba yang beraksi di Indonesia baik jaringan nasional maupun internasional," kata Kepala Bagian Humas BNN, Slamet Pribadi kepada Antara, Senin.

Menurutnya, pada 2015, pihaknya mengungkap kasus peredaran narkoba dengan barang bukti narkoba yang tidak sedikit mulai dari ekstasi, sabu, heroin, putaw dan lain-lain. Bahkan dalam pengungkapan kasus tersebut, BNN berhasil menemukan beberapa jenis baru narkoba yang jumlahnya mencapai 41 jenis.

Namun, untuk tahun ini pihaknya masih merekap jumlah kasus yang sudah diungkapnya. Peredaran narkoba yang dilakukan oleh bandar dan mafia ini sudah semakin canggih dan rapih dengan tujuan untuk mengelabui petugas.

Tapi, berkat kerjasama seluruh pihak dari tingkat daerah hingga pusat usaha penyelundupan barang haram ini kerap diungkapnya walaupun masih ada yang lolos.

"Ancaman hukuman mati bagi para pelaku pengedar narkoba, tidak membuat jera si pelaku. Sehingga yang harus dilakukan adalah pencegahan dini yang dimulai dari keluarga, karena jika pangsa pasarnya kurang dengan perlahan bisnis narkoba ini akan hancur ataupun sebaliknya," tambahnya.

Di sisi lain, terkait Narcoterrorism, perwira polisi berpangkat Komisaris Besar (Kombes) ini mengatakan hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus bisnis narkoba yang digunakan untuk membiayai aksi terorisme di Indonesia. Namun, Indonesia bisa diserang dengan sampah berupa narkoba dan ini bisa menimbulkan teror bagi Indonesia.

Teror yang terjadi akibat penyalahgunaan narkoba ini seperti ada kecemasan di keluarga seperti anak bunuh orang tua atau sebaliknya, pencurian dan lain-lain.

Untuk itu, narkoba adalah sumber dari berbagai kejahatan, karena akibat dari penggunaanya ada kejahatan pengiring atau ikutan, sehingga bisa dikatakan narkoba adalah salah satu bentuk aksi terorisme yang dilakukan tidak dengan menyerang secara sporadis, tetapi menyerang warga atau generasi penerus bangsa dengan cara merusak mentalnya.

"Sudah banyak contohnya akibat kecanduan narkoba tersebut pecandunya terlibat kriminal, kemudian terjadi kasus kecelakaan dan lain-lain. Karena orang yang menggunakan narkoba akan berhalusinasi dan sensitif," kata Slamet.

Slamet menambahkan walaupun belum pernah terbukti adanya bisnis narkoba digunakan untuk membiayai aksi teroris, tapi pihaknya pernah mendapatkan informasi hal tersebut yang terjadi di Aceh, tetapi sumber informasi tersebut dari Mantan Kepala BNN Gories Mere," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016