Bogor (Antara Megapolitan) - Sekitar 150 pengendara ojek berunjuk rasa di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin, memprotes kebijakan "Green Campus" yang terapkan oleh perguruan tinggi negeri tersebut.
Ratusan pengendara ojek tersebut menolak karena merasa dirugikan tidak bisa beroperasi lagi di dalam Kampus IPB terhitung sejak 1 Maret. Petugas keamanan telah memberlakukan pembatasan dengan memortal sejumlah ruas jalan utama.
"Katanya IPB kampus rakyat, tapi apa buktinya. Jalan di portal, ada tiga desa tidak bisa melintas karena harus memutar jauh," kata Herman salah satu pengemudi ojek yang berunjuk rasa.
Koordinator aksi ojek Kampus IPB, Sapri menyebutkan, tidak hanya pengendara ojek yang dirugikan, tetapi warga yang berdagang di sekitar kampus juga terbatasi.
"IPB musuh rakyat sekarang," katanya.
Aksi unjuk rasa pengendara ojek tersebut mendapat pengawalan dari 175 personel gabungan dari jajaran Polres Bogor, Polsek Dramaga, Koramil, dan pengamanan dalam Kampus IPB.
Menurut Kapolsek Dramaga, AKP Syarifuddin Gayo, tuntutan para pengendara ojek adalah memperbolehkan ojek tetap beroperasi di dalam kampus, meminta pihak kampus agar mengembalikan jalur kendaraan bermotor seperti semula, dan membuka portal yang ada di lingkungan kamus.
"Masa kami persilahkan untuk menyampaikan aspirasinya. Sejak pukul 09.00 sampai dengan 16.00 WIB mereka sudah harus bubar," kata Gayo.
Gayo mengatakan, kebijakan "green campus" telah dicanangkan oleh IPB sejak September 2015, juga telah dilakukan sosialisasi, serta uji coba kebijakan selama hampir tiga bulan.
"Kebijakan ini juga sudah disosialisasikan kepada pengendara ojek. Pihak kampus juga sudah menawarkan solusi kepada ojek untuk beralih profesi bekerja mengelelola green transportasi, seperti penjaga sepeda, parkir, dan pengendara bus dan mobil listrik," kata Gayo.
Ia mengatakan, beberapa pengendara ojek sudah ada yang beralih dan bekerja di IPB sebagai supir bus, mobil listrik dan penjaga sepeda. Sedangkan sebagian lagi masih ada yang bertahan dan menolak beralih profesi.
"Mereka yang berdemo ini yang menolak untuk beralih profesi, padahal rektorat siap memberikan peluang kerja dengan gaji Rp1,5 juta," katanya.
Unjuk rasa yang dilakukan pengendara ojek berlangsung kondusif, aparat keamanan mempersalahkan mereka berunjuk rasa di Gedung Graha Widya Wisuda. Aksi protes juga sempat dilakukan oleh mahasiswa dan BEM IPB Kamis (10/3) lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Ratusan pengendara ojek tersebut menolak karena merasa dirugikan tidak bisa beroperasi lagi di dalam Kampus IPB terhitung sejak 1 Maret. Petugas keamanan telah memberlakukan pembatasan dengan memortal sejumlah ruas jalan utama.
"Katanya IPB kampus rakyat, tapi apa buktinya. Jalan di portal, ada tiga desa tidak bisa melintas karena harus memutar jauh," kata Herman salah satu pengemudi ojek yang berunjuk rasa.
Koordinator aksi ojek Kampus IPB, Sapri menyebutkan, tidak hanya pengendara ojek yang dirugikan, tetapi warga yang berdagang di sekitar kampus juga terbatasi.
"IPB musuh rakyat sekarang," katanya.
Aksi unjuk rasa pengendara ojek tersebut mendapat pengawalan dari 175 personel gabungan dari jajaran Polres Bogor, Polsek Dramaga, Koramil, dan pengamanan dalam Kampus IPB.
Menurut Kapolsek Dramaga, AKP Syarifuddin Gayo, tuntutan para pengendara ojek adalah memperbolehkan ojek tetap beroperasi di dalam kampus, meminta pihak kampus agar mengembalikan jalur kendaraan bermotor seperti semula, dan membuka portal yang ada di lingkungan kamus.
"Masa kami persilahkan untuk menyampaikan aspirasinya. Sejak pukul 09.00 sampai dengan 16.00 WIB mereka sudah harus bubar," kata Gayo.
Gayo mengatakan, kebijakan "green campus" telah dicanangkan oleh IPB sejak September 2015, juga telah dilakukan sosialisasi, serta uji coba kebijakan selama hampir tiga bulan.
"Kebijakan ini juga sudah disosialisasikan kepada pengendara ojek. Pihak kampus juga sudah menawarkan solusi kepada ojek untuk beralih profesi bekerja mengelelola green transportasi, seperti penjaga sepeda, parkir, dan pengendara bus dan mobil listrik," kata Gayo.
Ia mengatakan, beberapa pengendara ojek sudah ada yang beralih dan bekerja di IPB sebagai supir bus, mobil listrik dan penjaga sepeda. Sedangkan sebagian lagi masih ada yang bertahan dan menolak beralih profesi.
"Mereka yang berdemo ini yang menolak untuk beralih profesi, padahal rektorat siap memberikan peluang kerja dengan gaji Rp1,5 juta," katanya.
Unjuk rasa yang dilakukan pengendara ojek berlangsung kondusif, aparat keamanan mempersalahkan mereka berunjuk rasa di Gedung Graha Widya Wisuda. Aksi protes juga sempat dilakukan oleh mahasiswa dan BEM IPB Kamis (10/3) lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016