Konservasionis satwa liar Indonesia Tony Sumampau mengapresiasi program "nagari ramah harimau" yang digagas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bersama pemerintah daerah setempat.

"Saya sangat mengapresiasi warga Minang dalam melestarikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan konsep 'nagari ramah harimau' itu untuk menjaga kelestarian satwa langka yang terancam punah," katanya di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Tony Sumampau yang juga Koordinator Umum Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (FOKSI) itu mengakui bahwa harimau sumatera di habitatnya di Pulau Sumatera saat ini sudah kritis.

Masalah mendasar dari kondisi tersebut, kata dia,  adalah hutan -- sebagai habitat harimau sumatera -- banyak yang dirambah, dan lahan hutan dikonversi menjadi perkebunan, apakah perkebunan kopi, karet dan juga sawit.

Pada dasarnya, katanya, rumput di tanaman perkebunan banyak yang dimusnahkan memakai pestisida sehingga tanaman bertumbuh subur.

Namun, dengan tidak adanya rumput di sekitar perkebunan, maka satwa-satwa pemakan rumput atau daun-daunan hutan terancam harus keluar kawasan perkebunan.

"Sehingga harimau pun juga mencari mangsanya mendekat ke permukiman warga karena mengejar babi hutan maupun rusa, kijang dan lainnya," kata Sekjen Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) itu.

Apalagi, kata dia, perburuan babi hutan, rusa dan satwa-satwa lain di hutan alam di wilayah Sumatera juga sangat marak sehingga mempersulit bagi satwa seperti harimau mendapatkan mangsa.

Baca juga: Kepala TNKS-BKSDA Jambi lepasliarkan harimau Sumatera jantan

Selain itu, menurut pimpinan lembaga konservasi "ex-situ" (di luar habitat) satwa Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor itu, banyaknya gangguan aktivitas masyarakat kehutanan untuk mencari kayu dan lain-lain -- yang menyebabkan ekosistem tidak berjalan dengan baik -- juga menambah sulitnya mendapatkan habitat yg baik untuk harimau.

Karena itu, sekali lagi, Tony Sumampau menyambut baik program yang digagas BKSDA Sumbar dan pemda di daerah berjuluk "Ranah Minang" itu, sebagai upaya menjaga habitat harimau sumatera dari ancaman kepunahan, mengingat hingga kini masih terus terjadi fakta matinya harimau sumatera itu.

Kepala Balai KSDA Sumatera Barat Ardi Andono pada April lalu menjelaskan bahwa "nagari ramah harimau" yang diluncurkan pada Februari 2022 bertujuan agar masyarakat setempat bisa beradaptasi dan turut melestarikan satwa yang telah mulai punah tersebut.

Tiga nagari yang berstatus "ramah harimau" tersebut yaitu Sontang Cubadak di Kabupaten Pasaman, Nagari Baringin di Kabupaten Agam, dan Nagari Ujung Gading di Pasaman Barat.

Di "nagari ramah harimau", masyarakat setempat diberikan pengetahuan bagaimana berinteraksi dengan harimau termasuk bagaimana melakukan patroli, memasang kamera jebak hingga cara menangkap harimau.

Dalam "nagari ramah harimau" tersebut dikeluarkan surat keputusan (SK) oleh pemerintah provinsi dan sebenarnya seluruh kepala daerah berkewajiban untuk bersama-sama mewujudkannya.

"Pada nagari tersebut juga dibentuk patroli anak nagari (pagari) yang merupakan perangkat nagari secara rutin berkeliling melakukan patroli," demikian Ardi Andono.

Baca juga: Harimau kembali sambangi pemukiman warga di Maua Hilia Agam
Baca juga: Harimau Sumatera serang warga Kampar Riau


 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Konservasionis satwa apresiasi "nagari ramah harimau" di Sumbar

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Riza Harahap


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022