Sukabumi (Antara Megapolitan) - Pusat Pelayanan Terpadau Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat dalam kurun waktu lima tahun terakhir menangani kasus 532 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Kasus tersebut di Jabar masih tinggi, apalagi pada 2015 lalu jumlah kasus seperti kekerasan anak sebanyak 79 kasus, KDRT sebanyak 28 kasus dan human trafficking atau pedagangan manusia sebanyak 21 kasus," kata Ketua P2TP2A Jabar, Netty Prasetyani Hermawan di Sukabumi, Selasa.

Menurutnya, data tersebut merupakan laporan dari pengurus P2TP2A tingkat kota dan kabupaten, bahkan dari hasil pendataan ternyata kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT setuap tahunnya terus meningkat, jika dibandingkan dengan human trafficking ada penurunan jumlah kasus.

Tingginya kasus KDRT ini karena masyarakat masih menganggap kekerasan di keluarga bukanlah merupakan kasus kriminal atau hiden crime, sehingga baik anak, istri maupun suami yang menjadi korban tidak melapor dan baru melapor setelah sudah tidak bisa lagi menahan kekerasan yang diterimanya ataupun diketahui pihak lain yang peduli.

Selain itu, terjadinya kasus kekerasan ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi warga dan keluarga, sehingga dengan kondisi ekonomi yang lemah akan mudah tersulut emosi dan terbujuk untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi tanpa didasari pengetahuan dan pendidikan sehingga banyak warga yang menjadi korban perdagangan manusia.

"Untuk KDRT mayoritas penelantaran orangtua terhadap anak yang disebabkan ibu dan ayahnya tidak mengetahui cara menjalankan peran dan fungsinya masing-masing," tambahnya.

Netty mengatakan dari hasil penelitian kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat 70 persen dilakukan oleh keluarga sendiri dan 10 orang terdekat seperti tetangga atau lingkungan, 10 persen lagi dilakukan oleh orang dikenal dan 10 persen disebabkan lain-lain.

Dengan data tersebut, pihaknya berupaya melakukan penyuluhan terhadap keluarga rawan seperti yang berlatar belakang tidak mampu atau ekonomi lemah.

Bahkan, yang dikhawatirkan pihaknya adalah korban KDRT bermetamorfosis menjadi pelaku karena rasa trauma yang dialaminya. Maka dari itu, setiap korban kekerasan selalu mendapatkan perhatian intensif dari pihaknya dengan tujuan untuk menghilangkan trauma dan tidak punya rasa ingin balas dendam.

"Peran komunikasi di keluarga sangat berpengaruh, jangan sampai khususnya anak salah jalan sehingga terjerumus ke dunia narkoba, seks bebas maupun berperilaku kriminal," kata istri dari Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016