Bogor (Antara Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat mengajak masyarakat untuk mewaspadai penularan virus zika dengan menyosialisasikan informasi tentang penyakit yang penularannya melalui vektor nyamuk aedes aegypti.

"Setiap kepala bidang sudah bergerak, menginformasikan dan mensosialisasikan tentang virus zika, agar masyarakat dapat waspada, apabila ada gejala mengarah ke zika segera diantisipasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Bogor Rubaeah, di Bogor, Kamis.

Ia mengatakan, virus zika dikategorikan dalam penyakit menular.

Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Ratna Yunita mengatakan, seluruh kader kesehatan di tingkat kelurahan dikerahkan untuk menyebarluaskan informasi tentang virus zika, seperti apa virusnya, cara penularannya, siapa yang beresiko dan gejala yang ditimbulkannya.

"Virus zika itu memiliki kesamaan dengan virus dengue (DBD), berasal dari kelompok arbovirus (nyamuk)," katanya.

Dijelaskannya, cara penularan virus tersebut melalui gigitan nyamuk aedes aegypty untuk daerah tropis, aedes africanus di Afrika, dan aedes albopictus pada beberapa daerah lainnya.

"Nyamuk ini aktif di siang hari, dan dapat hidup dalam maupun luar ruangan. Virus zika bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janin selama masa kehamilan," katanya.

Dikatakannya, siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus zika memiliki resiko untuk terinfeksi termasuk ibu hamil. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus zika yakni satu di antara lima orang yang terinfeksi virus zika menunjukkan gejala, demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, kelemahan dan terjadi peradangan kongjungtiva.

"Pada beberapa kasus zika dilaporkan terjadi gangguan syaraf dan komplikasi outoimun. Gajala ini menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama dua sampai tujuh hari," katanya.

Menurutnya, penyakit ini kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.

"Virus ini berbahaya pada ibu hamil karena dapat menularkan kepada janinya selama masa kehamilan. Tetapi tidak menyebabkan kematian seperti DBD," katanya.

Untuk mengantisipasi penularan virus zika pada ibu hamil, pemeriksaan yang dilakukan yakni pada minggu pertama demam, virus dapat dideteksi dari serum dengan pemeriksaan RT-PCR.

"Memang belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, tetapi pengobatan berfokus pada gejala yang ada," katanya.

Ratna mengatakan, apabila masyarakat terinfeksi virus zika dapat melakukan beberapa hal yakni istirahat yang cukup, konsumsi air yang cukup untuk mencegah dehidrasi, minum obat-obatan yang dapat mengurangi deman atau nyeri, jangan mengkonsumsi aspirin atau obat-obatan NSAID (non stereoid anti inflmation) lainnya.

"Jika gejala masih terasa, cari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat," katanya.

Cara pencegahan penularan virus zika, lanjut dia, dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan nyamuk, melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau melakukan daur ulang barang bekas, ditambah dengan melakukan kegiatan pencegahan lainnya seperti menabur bubuk larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.

"Lakukan pengawasan jentik dengan melibatkan peran aktif masyarakat melalui gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik), meningkatkan daya tahan tumbuh melalui PHBS, seperti diet seimbang, dan berolah raga secara rutin," katanya.

Untuk ibu hamil atau berencana hamil, lanjut dia, harus melakukan perlindungan ekstra terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus zika selama masa kehamilan.

"Misalnya dengan memakai baju yang menutup sebagian besar permukaan kulit, berwarnah cerah, menghindari pemakaian wewangian yang dapat menarik perhatian nyamuk seperti parfum dan deodoran," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus waspada. Beberapa negara yang pernah melaporkan keberadaan penyakit zika yakni Barbados, Bolivia, Brasil, Cap Verde, Colombia, Dominican Republic, Ecuador, El Salvador, French Guiana, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Mexico, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, Venezuela, dan Yap.

"Selama ini belum ada bukti yang kuat ibu hamil lebih beresiko atau mengalami penyakit lebih berat selama masa kehamilan. Selain itu juga belum diketahui ibu hamil lebih beresiko terhadap sindrom guillan barre," katanya.

Dikatakannya, belum terbukti secara ilmiah apakah ada hubungan infeksi virus zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi yang dilahirkan, namun bukti ke arah tersebut semakin kuat.

"Ibu hamil yang harus diperiksa untuk virus zika adalah yang memiliki riwayat perjalanan dari area terjangkit dan memiliki dua atau lebih gejala dari infesi virus," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016