Bogor (Antara Megapolitan) - Taman Corat-coret yang dibangun Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menjadi sasaran vandalisme, beberapa tiang pondasi pembatas antara tembok dicoret dengan tulisan yang mencirikan vandalisme, sehingga merusak keindahan karya seni graffiti dan mural yang sudah tersedia.
"Kondisi Taman Corat-coret sekarang ada vandalisme, padahal baru diresmikan," kata Maulana siswa SMK Negeri 2 Bogor dalam acara sosialisasi relawan Bogoh Ka Bogor, di Aula Dinas Pendidikan Kota Bogor, Jumat.
Fakta ini disampaikan Maulana pada sesi diskusi kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto yang hadir sebagai pembicara dalam acara yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota.
Selain vandalisme, ia juga mengkritisi kondisi taman yang kini ramai dikunjungi warga tetapi tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menjaga taman tetap bersih dari sampah dan prilaku menyimpang lainnya.
"Di taman sudah ada tempat sampah organik dan an-organik, tetapi sampah masih berserakan di taman. Kalau malam, banyak yang memanfaatkan taman untuk berpacaran, belum lagi parkir liarnya," kata Maulana.
Menanggapi pertanyaan Maulana, Wali Kota Bogor mengaku belum menerima laporan ada vandalisme di Taman Corat-coret, ia bahkan menanyakan sudut mana yang menjadi sasaran vandalisme dan akan melakukan pengecekan di lapangan.
"Saya belum dapat laporan soal itu, ada juga yang melaporkan dinding luar sebelah taman ikut digambarin. Kalaupun ada yang mencoret di luar tembok yang sudah tersediakan memang sewaktu peresmian, ada salah satu komunitas yang gambarnya melebar ke luar tembok," kata Bima.
Saat meresmikan Taman Corat-coret pertengahan Januari lalu, Bima mengatakan, ide awal pembuatan Taman Corat-coret adalah untuk menangkal aksi vandalisme di Kota Bogor yang cukup marak. Kehadiran taman diharapkan dapat menampung bakat dan kreativitas generasi muda dalam seni gambar dinding.
"Silahkan corat-coret di sini (taman), kalau masih ada yang coret-coret di luar itu masuk tindakan kriminal," kata Bima.
Taman Corat-coret terletak di Jalan Adnan Wijaya, memiliki luas sekitar 440 meter persegi, berada di persimpangan persis di sudut lampu merah, sehingga mudah diakses. Tersedia 25 dinding atau tembok untuk corat-coret.
Ketua Komunitas Mata Kiri (Mural) Bogor, Raksa Nasution, mengatakan antara graffiti, mural dan vandalisme memiliki perbedaan. Mural dan graffiti merupakan seni jalanan memanfaatkan tembok sebagai media untuk dipercantik dan diperindah dengan lukisan atau gambar baik berisi pesan moral atau hanya sekedar keindahan.
"Sedangkan vandalisme itu aksi corat-coret yang cenderung merusak, mencoret di fasilitas publik, fasilitas pemerintah, rumah warga, tembok, trotoar, atau dimana saja. Dan coretan tidak memiliki nilai karya seni, biasanya mencoret nama sekolah, nama komunitas atau nama sendiri, atau hanya huruf yang menjadi identitas mereka," katanya.
Seperti tulisan SOTR atau sahur on the road yang sempat mencoret tembok Istana Bogor merupakan aksi vandalisme. Tulisan tersebut, banyak dijumpai di tembok-tembok rumah, ruko, atau pagar di beberapa ruas jalan di Kota Bogor.
"Graffiti dan Mural tujuannya adalah berkarya senin, tembok yang tadinya dibiarkan melompong berjamur, kita percantik dengan lukisan dalam seni graffiti atau mural. Tujuannya untuk mempercantik, atau menyampaikan kritik moral, berbeda dengan vandalisme yang mencoret asal-asalan tanpa ada nilai atau arti," katanya.
Sandhy Waskita, dari Komunitas Graffiti Bogor Rain City Strike, menambahkan, Graffiti adalah karya seni melukis dinding yang hanya menggunakan satu alat yakni cat semprot. Sedangkan Mural, karya seni melukis dinding yang menggunakan dua alat yakni cat semprot dan kuas.
Pantauan lapangan, terdapat dua tiang pondasi yang menjadi pembatas antara tembok corat-coret, dicoret menggunakan cat semprot berwarna kuning yang bertuliskan huruf konsonan dan vokal yang tidak memiliki arti maupun karya seni yang mencirikan vandalisme.
Aksi vandalisme dapat terlihat di sudut Kota Bogor seperti di Jalan A Yani, banyak tembok pagar atau trotoar yang di coret oleh pelaku vandalisme, seperti di Hutan Kota, dan Taman Air Mancur.
Tulisan-tulisan vandalisme juga ditemukan di Jalan Surya Kencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Kondisi Taman Corat-coret sekarang ada vandalisme, padahal baru diresmikan," kata Maulana siswa SMK Negeri 2 Bogor dalam acara sosialisasi relawan Bogoh Ka Bogor, di Aula Dinas Pendidikan Kota Bogor, Jumat.
Fakta ini disampaikan Maulana pada sesi diskusi kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto yang hadir sebagai pembicara dalam acara yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota.
Selain vandalisme, ia juga mengkritisi kondisi taman yang kini ramai dikunjungi warga tetapi tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menjaga taman tetap bersih dari sampah dan prilaku menyimpang lainnya.
"Di taman sudah ada tempat sampah organik dan an-organik, tetapi sampah masih berserakan di taman. Kalau malam, banyak yang memanfaatkan taman untuk berpacaran, belum lagi parkir liarnya," kata Maulana.
Menanggapi pertanyaan Maulana, Wali Kota Bogor mengaku belum menerima laporan ada vandalisme di Taman Corat-coret, ia bahkan menanyakan sudut mana yang menjadi sasaran vandalisme dan akan melakukan pengecekan di lapangan.
"Saya belum dapat laporan soal itu, ada juga yang melaporkan dinding luar sebelah taman ikut digambarin. Kalaupun ada yang mencoret di luar tembok yang sudah tersediakan memang sewaktu peresmian, ada salah satu komunitas yang gambarnya melebar ke luar tembok," kata Bima.
Saat meresmikan Taman Corat-coret pertengahan Januari lalu, Bima mengatakan, ide awal pembuatan Taman Corat-coret adalah untuk menangkal aksi vandalisme di Kota Bogor yang cukup marak. Kehadiran taman diharapkan dapat menampung bakat dan kreativitas generasi muda dalam seni gambar dinding.
"Silahkan corat-coret di sini (taman), kalau masih ada yang coret-coret di luar itu masuk tindakan kriminal," kata Bima.
Taman Corat-coret terletak di Jalan Adnan Wijaya, memiliki luas sekitar 440 meter persegi, berada di persimpangan persis di sudut lampu merah, sehingga mudah diakses. Tersedia 25 dinding atau tembok untuk corat-coret.
Ketua Komunitas Mata Kiri (Mural) Bogor, Raksa Nasution, mengatakan antara graffiti, mural dan vandalisme memiliki perbedaan. Mural dan graffiti merupakan seni jalanan memanfaatkan tembok sebagai media untuk dipercantik dan diperindah dengan lukisan atau gambar baik berisi pesan moral atau hanya sekedar keindahan.
"Sedangkan vandalisme itu aksi corat-coret yang cenderung merusak, mencoret di fasilitas publik, fasilitas pemerintah, rumah warga, tembok, trotoar, atau dimana saja. Dan coretan tidak memiliki nilai karya seni, biasanya mencoret nama sekolah, nama komunitas atau nama sendiri, atau hanya huruf yang menjadi identitas mereka," katanya.
Seperti tulisan SOTR atau sahur on the road yang sempat mencoret tembok Istana Bogor merupakan aksi vandalisme. Tulisan tersebut, banyak dijumpai di tembok-tembok rumah, ruko, atau pagar di beberapa ruas jalan di Kota Bogor.
"Graffiti dan Mural tujuannya adalah berkarya senin, tembok yang tadinya dibiarkan melompong berjamur, kita percantik dengan lukisan dalam seni graffiti atau mural. Tujuannya untuk mempercantik, atau menyampaikan kritik moral, berbeda dengan vandalisme yang mencoret asal-asalan tanpa ada nilai atau arti," katanya.
Sandhy Waskita, dari Komunitas Graffiti Bogor Rain City Strike, menambahkan, Graffiti adalah karya seni melukis dinding yang hanya menggunakan satu alat yakni cat semprot. Sedangkan Mural, karya seni melukis dinding yang menggunakan dua alat yakni cat semprot dan kuas.
Pantauan lapangan, terdapat dua tiang pondasi yang menjadi pembatas antara tembok corat-coret, dicoret menggunakan cat semprot berwarna kuning yang bertuliskan huruf konsonan dan vokal yang tidak memiliki arti maupun karya seni yang mencirikan vandalisme.
Aksi vandalisme dapat terlihat di sudut Kota Bogor seperti di Jalan A Yani, banyak tembok pagar atau trotoar yang di coret oleh pelaku vandalisme, seperti di Hutan Kota, dan Taman Air Mancur.
Tulisan-tulisan vandalisme juga ditemukan di Jalan Surya Kencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016