Bogor (Antara Megapolitan) - Tragedi bom Sarinah, Jakarta, menjadi bahasan ceramah agama yang disampaikan oleh ustadz dalam Kultum atau kuliah tujuh menit di Masjid At Taqwa Balai Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.
"Banyak yang tidak paham istilah-istilah dalam Islam, dan salah mengartikannya. Kesalahan ini berakibat fatal, seperti istilah jihad, karena salah paham terjadilah kasus seperti bom di Sarinah," kata Ustad Subhan Syarief.
Ia mengatakan, hakekat dari jihad adalah memaksimalkan potensi diri dalam membela negara dan keimanan. Potensi tersebut tidak harus berperang mengangkat senjata melawan kaum kafir.
"Potensi diri dapat berupa harta kekayaan yang dimiliki, boleh jadi nyawa. Jadi, bukan jihad di medan perang melawan bangsa kafir," katanya.
Menurutnya, ada dua kemungkinan kenapa banyak umat yang salah mendefinisikan arti jihad yang sesungguhnya dalam Islam. Yakni karena pengajian yang dijalankan belum mendalam.
"Atau bisa jadi karena musuh-musuh Islam kaum zionis yang menyelewengkan istilah jihad dengan cara mengaburkannya, sehingga kita umat muslim salah mendefinisikannya," kata dia.
Ia mengatakan, cara zionis untuk menghamburkan informasi tentang istilah-istilah Islam terbukti dalam sebuah buku rujukan Islam yang diterbitkan oleh kaum kafir. Seperti yang tertulis dalam edisi "company of Islam".
"Karena umat Islam belum bisa membuat buku rujukan selengkap buatan zionis. Jadi konsekuensinya, banyak yang salah tentang ajaran Islam," katanya.
Seperti istilah jihad, lanjut dia, dalam buku rujukan terbitkan luar tersebut menyebutkan, jihad sebagai perang suci yang dilakukan umat Islam dalam membela agamanya.
"Implikasinya, belajar agama tapi salah mendefinisikan istilah-istilah Islam yang dipelajari dalam buku terbitan zionis. Puncaknya, seperti kejadian di Sarinah," katanya.
Dikatakannya, Islam mengajarkan tentang akhlak yang baik, tidak menyakiti siapa pun. Hal ini selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ia menceritakan salah satu akhlak Rasulullah yang terpuji, ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Khalifah Abu Bakar Siddiq mendatangi Aisyah RA (istri Nabi), dan bertanya kepadanya tentang apa saja perbuatan Nabi yang belum pernah dikerjakan oleh dirinya (Abu Bakar).
Lebih lanjut ia menceritakan, jawaban Aisyah kepada Abu Bakar tentang amalan Rasulullah yang sering dikerjakannya, yakni Rasul suka memberi makan pengemis buta yang ada di dekat pasar, yang setiap hari kerjaannya menghina Rasulullah.
Lalu Abu Bakar menjalankan kebiasaan Rasulullah itu, ketika ia menyuapi pengemis buta itu. Si pengemis bertanya, siapakah yang sudah menyuapinya. Karena caranya menyuapi berbeda dengan orang yang selama ini biasa memberinya makan.
Rasulullah menyuapi pengemis itu dengan penuh kelembutan, dan makanan yang diberikan lebih gurih. Abu Bakar menjawab, orang yang memberinya makan adalah Rasulullah yang sudah meninggal beberapa hari lalu.
"Mendengar hal itu, si pengemis menangis dan langsung menyatakan keislamannya. Seperti itulah akhlak Rasulullah, yang berbuat baik walau dirinya dicaci maki oleh musuh-musuhnya," kata Subhan.
Diakhir ceramahnya, Subhan menyampaikan, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian, kasih sayang dan kebijaksanaan.
"Salah besar jika Islam diidentikkan dengan kekerasan dan anarkisme. Maka itu, pentingnya mempelajari ajaran Islam yang hakiki dan memperbaiki akhlak dengan meningkatkan ibadah. Semakin banyak ibadah, semakin bijak akhlaknya. Jadilah muslim berakhlak mulia," katanya.
Ceramah agama Kultum digelar setiap hari di Masjid At Taqwa yang berada di lingkungan Balai Kota Bogor. Ceramah disampaikan oleh ustadz yang secara bergantian diundang setiap shalat Dzuhur. Kultum disampaikan oleh ustadz dengan tema yang disesuaikan dengan isu terkini yang terjadi di masyarakat.
"Kultum adalah program DKM Masjid At Taqwa yang digelar setiap hari sebelum Shalat Dzuhur. Tema ceramah yang disampaikan tidak tetap, sering pada isu terkini di masyarakat. Seperti Kultum kali ini disampaikan terkait tragedi Sarinah," kata Mufti Qudsi, petugas Administrasi DKM At Taqwa Balai Kota Bogor.
Mufti menambahkan, Kultum diberikan untuk meningkatkan wawasan umat dengan saling mengingatkan dalam kebaikan dan hak.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Banyak yang tidak paham istilah-istilah dalam Islam, dan salah mengartikannya. Kesalahan ini berakibat fatal, seperti istilah jihad, karena salah paham terjadilah kasus seperti bom di Sarinah," kata Ustad Subhan Syarief.
Ia mengatakan, hakekat dari jihad adalah memaksimalkan potensi diri dalam membela negara dan keimanan. Potensi tersebut tidak harus berperang mengangkat senjata melawan kaum kafir.
"Potensi diri dapat berupa harta kekayaan yang dimiliki, boleh jadi nyawa. Jadi, bukan jihad di medan perang melawan bangsa kafir," katanya.
Menurutnya, ada dua kemungkinan kenapa banyak umat yang salah mendefinisikan arti jihad yang sesungguhnya dalam Islam. Yakni karena pengajian yang dijalankan belum mendalam.
"Atau bisa jadi karena musuh-musuh Islam kaum zionis yang menyelewengkan istilah jihad dengan cara mengaburkannya, sehingga kita umat muslim salah mendefinisikannya," kata dia.
Ia mengatakan, cara zionis untuk menghamburkan informasi tentang istilah-istilah Islam terbukti dalam sebuah buku rujukan Islam yang diterbitkan oleh kaum kafir. Seperti yang tertulis dalam edisi "company of Islam".
"Karena umat Islam belum bisa membuat buku rujukan selengkap buatan zionis. Jadi konsekuensinya, banyak yang salah tentang ajaran Islam," katanya.
Seperti istilah jihad, lanjut dia, dalam buku rujukan terbitkan luar tersebut menyebutkan, jihad sebagai perang suci yang dilakukan umat Islam dalam membela agamanya.
"Implikasinya, belajar agama tapi salah mendefinisikan istilah-istilah Islam yang dipelajari dalam buku terbitan zionis. Puncaknya, seperti kejadian di Sarinah," katanya.
Dikatakannya, Islam mengajarkan tentang akhlak yang baik, tidak menyakiti siapa pun. Hal ini selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ia menceritakan salah satu akhlak Rasulullah yang terpuji, ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Khalifah Abu Bakar Siddiq mendatangi Aisyah RA (istri Nabi), dan bertanya kepadanya tentang apa saja perbuatan Nabi yang belum pernah dikerjakan oleh dirinya (Abu Bakar).
Lebih lanjut ia menceritakan, jawaban Aisyah kepada Abu Bakar tentang amalan Rasulullah yang sering dikerjakannya, yakni Rasul suka memberi makan pengemis buta yang ada di dekat pasar, yang setiap hari kerjaannya menghina Rasulullah.
Lalu Abu Bakar menjalankan kebiasaan Rasulullah itu, ketika ia menyuapi pengemis buta itu. Si pengemis bertanya, siapakah yang sudah menyuapinya. Karena caranya menyuapi berbeda dengan orang yang selama ini biasa memberinya makan.
Rasulullah menyuapi pengemis itu dengan penuh kelembutan, dan makanan yang diberikan lebih gurih. Abu Bakar menjawab, orang yang memberinya makan adalah Rasulullah yang sudah meninggal beberapa hari lalu.
"Mendengar hal itu, si pengemis menangis dan langsung menyatakan keislamannya. Seperti itulah akhlak Rasulullah, yang berbuat baik walau dirinya dicaci maki oleh musuh-musuhnya," kata Subhan.
Diakhir ceramahnya, Subhan menyampaikan, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian, kasih sayang dan kebijaksanaan.
"Salah besar jika Islam diidentikkan dengan kekerasan dan anarkisme. Maka itu, pentingnya mempelajari ajaran Islam yang hakiki dan memperbaiki akhlak dengan meningkatkan ibadah. Semakin banyak ibadah, semakin bijak akhlaknya. Jadilah muslim berakhlak mulia," katanya.
Ceramah agama Kultum digelar setiap hari di Masjid At Taqwa yang berada di lingkungan Balai Kota Bogor. Ceramah disampaikan oleh ustadz yang secara bergantian diundang setiap shalat Dzuhur. Kultum disampaikan oleh ustadz dengan tema yang disesuaikan dengan isu terkini yang terjadi di masyarakat.
"Kultum adalah program DKM Masjid At Taqwa yang digelar setiap hari sebelum Shalat Dzuhur. Tema ceramah yang disampaikan tidak tetap, sering pada isu terkini di masyarakat. Seperti Kultum kali ini disampaikan terkait tragedi Sarinah," kata Mufti Qudsi, petugas Administrasi DKM At Taqwa Balai Kota Bogor.
Mufti menambahkan, Kultum diberikan untuk meningkatkan wawasan umat dengan saling mengingatkan dalam kebaikan dan hak.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016