Depok, (Antara Megapolitan) - Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah menyatakan pemimpin dalam menjalankan amanah rakyatnya perlu bekerja dengan hati agar berjalan dengan lancar dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.
"Jadi pemimpin harus bekerja dengan hati dan juga jujur agar dipercaya oleh rakyat sehingga apapun program yang kita canangkan akan didukung rakyat," kata Nurdin Abdullah ketika menjadi pembicara dalam acara Talkshow yang bertajuk `Inspiring Leader` Membangun Indonesia dari Kabupaten di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Rabu.
Selain Nurdin Abdullah sebagai pembicara adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Pengamat Politik dari LIPI Syamsuddin Haris dan Pakar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk.
Nurdin menceritakan ketika pertama kali memimpin salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan tersebut merupakan daerah yang rawan banjir, pembangunan infrastruktur yang sangat kurang dan tinggiya angka kemiskinan.
"APBD Kabupaten Bantaeang pada awal saya memimpin (2008) sangat kecil hanya Rp231 miliar, sehingga banyak yang tak tertarik untuk membangun daerah tersebut," katanya.
Nurdin menjelaskan Bantaeng dulu termasuk daerah tertinggal di Indonesia. Tiap tahun dilanda banjir dengan infrastruktur dan layanan kesehatan yang buruk. "Saya harus putar otak untuk mengatasai semua ini. Pengedalian banjir dengan membuat pengendali banjir dan waduk-waduk. Tentunya dilakukan dengan melakukan kajian terlebih dahulu," katanya.
Sekarang lanjut dia daerah tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan didaerah lain dan juga mengairi lahan pertanian.
Dalam bidang kesehatan juga meningkatkan mutu akses kesehatan masyarakat dan membentuk brigadi siaga bencana dengan menyiapkan mobil ambulans yang siap siaga selama 24 jam.
"Cukup telepon 113, maka dokter, perawat hadir di rumah dan semuanya dilayani gratis," katanya.
Sementara itu Bupati Purwakarta Dedi Mulayadi mengatakan dalam tahun pertama pemerintahannya yang dilakukan adalah membangun infrastruktur bukan `mindset` karena bisa menimbulkan kontroversi.
"Batasi anggaran dengan cara penghematan dan rakyat harus terlibat dalam pembangunan tersebut. Belanja publik didahulukan," katanya.
Ia juga mengatakan Purwakarta memiliki kebijakan yang mengharuskan mengacu pada kearifan Sunda. Jadi kalau kita membangun perumahan harus dengan nama yang identik dengan Sunda.
"Kita tak perlu ikut kebarat-baratan," katanya.
Menanggapi dua pemimpin daerah tersebut Hamdi Muluk menilai kedua pemimpin daerah tersebut bisa menjadi inspirasi bagi daerah lainnya di Indonesia agar terpacu menjadi daerah yang maju.
"Saya mengapresiasi kerja keras, dedikasi, semangat dan ketulusan dari tokoh pemimpin yang telah memajukan daerahnya," katanya.
Konsistensi dan dedikasi murni yang dicurahkan untuk membangun dan menata daerahnya ini yang patut kita hargai, karena tidak semua pemimpin mempunyai karakters tersebut.
Sedangkan Syamsuddin Haris mengatakan negara Indonesia yang sangat luas ini membutuhkan pemimpin-pemimpin daerah yang mumpuni sehingga harapannya antar tidap daerah dapat saling bersinergi untuk membangun Indonesia tercinta kearaha yang lebih baik.
"Jika semua pemimpin menerapkan semangat dan komitmen yang sama, maka bukan tak mungkin untuk meraih negara Indonesia sebagai negara demokrasi yang mengusung nilai-nilai luhur bukanlah hal yang mustahil," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Jadi pemimpin harus bekerja dengan hati dan juga jujur agar dipercaya oleh rakyat sehingga apapun program yang kita canangkan akan didukung rakyat," kata Nurdin Abdullah ketika menjadi pembicara dalam acara Talkshow yang bertajuk `Inspiring Leader` Membangun Indonesia dari Kabupaten di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Rabu.
Selain Nurdin Abdullah sebagai pembicara adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Pengamat Politik dari LIPI Syamsuddin Haris dan Pakar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk.
Nurdin menceritakan ketika pertama kali memimpin salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan tersebut merupakan daerah yang rawan banjir, pembangunan infrastruktur yang sangat kurang dan tinggiya angka kemiskinan.
"APBD Kabupaten Bantaeang pada awal saya memimpin (2008) sangat kecil hanya Rp231 miliar, sehingga banyak yang tak tertarik untuk membangun daerah tersebut," katanya.
Nurdin menjelaskan Bantaeng dulu termasuk daerah tertinggal di Indonesia. Tiap tahun dilanda banjir dengan infrastruktur dan layanan kesehatan yang buruk. "Saya harus putar otak untuk mengatasai semua ini. Pengedalian banjir dengan membuat pengendali banjir dan waduk-waduk. Tentunya dilakukan dengan melakukan kajian terlebih dahulu," katanya.
Sekarang lanjut dia daerah tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan didaerah lain dan juga mengairi lahan pertanian.
Dalam bidang kesehatan juga meningkatkan mutu akses kesehatan masyarakat dan membentuk brigadi siaga bencana dengan menyiapkan mobil ambulans yang siap siaga selama 24 jam.
"Cukup telepon 113, maka dokter, perawat hadir di rumah dan semuanya dilayani gratis," katanya.
Sementara itu Bupati Purwakarta Dedi Mulayadi mengatakan dalam tahun pertama pemerintahannya yang dilakukan adalah membangun infrastruktur bukan `mindset` karena bisa menimbulkan kontroversi.
"Batasi anggaran dengan cara penghematan dan rakyat harus terlibat dalam pembangunan tersebut. Belanja publik didahulukan," katanya.
Ia juga mengatakan Purwakarta memiliki kebijakan yang mengharuskan mengacu pada kearifan Sunda. Jadi kalau kita membangun perumahan harus dengan nama yang identik dengan Sunda.
"Kita tak perlu ikut kebarat-baratan," katanya.
Menanggapi dua pemimpin daerah tersebut Hamdi Muluk menilai kedua pemimpin daerah tersebut bisa menjadi inspirasi bagi daerah lainnya di Indonesia agar terpacu menjadi daerah yang maju.
"Saya mengapresiasi kerja keras, dedikasi, semangat dan ketulusan dari tokoh pemimpin yang telah memajukan daerahnya," katanya.
Konsistensi dan dedikasi murni yang dicurahkan untuk membangun dan menata daerahnya ini yang patut kita hargai, karena tidak semua pemimpin mempunyai karakters tersebut.
Sedangkan Syamsuddin Haris mengatakan negara Indonesia yang sangat luas ini membutuhkan pemimpin-pemimpin daerah yang mumpuni sehingga harapannya antar tidap daerah dapat saling bersinergi untuk membangun Indonesia tercinta kearaha yang lebih baik.
"Jika semua pemimpin menerapkan semangat dan komitmen yang sama, maka bukan tak mungkin untuk meraih negara Indonesia sebagai negara demokrasi yang mengusung nilai-nilai luhur bukanlah hal yang mustahil," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016