Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia (UI) terus memupuk kebersamaan dalam menjalankan ibadah Salat Tarawih, meskipun masih dalam suasana pandemi COVID-19, tetap semangat  berjamaah.

"Ketika diumumkan bahwa Salat Tarawih akan dilakukan 20 rakaat, saya merasa adanya suasana perubahan. Perubahan jumlah rakat ini mencerminkan adanya kearifan pengelola masjid UI, sehingga memberikan kesempatan pada kelompok yang berbeda (yang melakukan tarawih 20 rakaat) untuk memimpin Salat Tarawih," kata Kepala Makara Art Center UI Ngatawi Al-Zastrouw dalam keterangan di Kampus UI, Kota Depok, Selasa.

Pelaksanaan ibadah ini tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, dan belum dibuka secara penuh untuk umum.

Menurut dia Masjid Ukhuwah Islamiyah UI berlokasi di area teduh, menciptakan rasa tenang saat menjalankan ibadah, namun ada yang lebih menarik dan menyejukkan, yaitu salat tarawih yang dilaksanakan dengan sikap dewasa dan kearifan para jemaah dalam menyikapi perbedaan. 

Jelang salat tarawih dimulai, disampaikan pengumuman kepada jemaah tentang jumlah rakaat salat yang akan dilaksanakan dan beberapa imbauan kepada jemaah agar salat bisa dilaksanakan secara khusyuk.

Pada tahun-tahun sebelumnya, masjid Ukhuwah Islamiyah UI melaksanakan shalat tarawih delapan rakaat dan witir tiga rakaat. Berbeda dengan kali ini, Masjid Ukhuwah Islamiyah mengumumkan akan melaksanakan salat tarawih 20 rakaat dan witir tiga rakaat.

"Yang lebih menarik adalah sikap toleran dari jamaah. Ketika salat tarawih sudah mencapai delapan rakaat, ada beberapa jemaah yang keluar dari shaf (barisan)," katanya.

Di antara mereka yang keluar ada yang langsung melaksanakan salat witir secara sendiri (munfarid) ada juga yang duduk-duduk di dalam masjid sambil berdzikir. Sedangkan beberapa jemaah lainnya meneruskan salat tarawih bersama imam sampai 20 rakaat. 

Setelah jemaah dan imam selesai tarawih 20 rakaat, orang-orang yang duduk dan berdzikir kemudian berdiri dan mengikuti salat witir secara berjamaah bersama dengan jamaah lain yang tarawih 20 rakaat.

Hal ini mencerminkan sikap kedewasaan dan kearifan para jemaah dalam menyikapi perbedaan. Mereka tidak lagi memperdebatkan jumlah rakaat atau mengedepankan pemahaman mereka dalam melaksanakan praktik ibadah. Sebaliknya, para jemaah memiliki caranya sendiri dalam menghadapi perbedaan.

Zastrouw  berharap tradisi menyikapi perbedaan dengan sikap toleran dan moderat terus dipertahankan dan jamaah semakin banyak, agar ketenteraman dan kedamaian dapat semakin dirasakan banyak orang, sehingga wajah Islam menjadi semakin teduh, sejuk, dan menarik karena dapat menebar kebahagiaan pada semua orang.

 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022