Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat di tengah gejolak global termasuk adanya perang antara Rusia dan Ukraina.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat,” katanya dalam Konferensi Pers KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) di Jakarta, Rabu.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap kuat karena didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah.
Belanja negara sendiri hingga Februari 2022 mencapai Rp282,7 triliun atau 10,4 persen dari pagu APBN tahun ini serta membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi hingga 13 persen.
Membaiknya realisasi belanja negara didukung belanja pemerintah pusat yang terealisasi Rp172,2 triliun mencakup belanja operasional kementerian/lembaga (K/L) serta belanja program K/L terutama belanja infrastruktur dan bansos.
Penyaluran bansos dalam hal ini mengalami kenaikan berupa pelaksanaan bantuan Program Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan tahap pertama, dan pencairan bantuan Kartu Sembako.
Untuk belanja non K/L terealisasi mencapai Rp93,6 triliun terutama untuk pembiayaan subsidi energi yang meningkat.
Meski demikian, ia tak memungkiri terdapat sejumlah risiko rambatan dari kondisi global yang akan berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian dalam negeri.
Hal itu seiring eskalasi perang Ukraina dan Rusia yang telah menahan ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi global seiring meredanya COVID-19.
Perbaikan ekonomi global pun akan mengalami tekanan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani menegaskan APBN akan terus melakukan respon secara aktif dan memposisikan menjadi shock absorber dalam mengantisipasi dan menghadapi gejolak serta tekanan global yang berlangsung.
“APBN menjadi shock absorber dengan memberikan dukungan stabilitas harga dan mendukung daya beli termasuk kelompok paling rentan melalui bansos,” tegasnya.
Baca juga: Sri Mulyani sebut 60 persen PDB Indonesia bergantung pada perempuan
Baca juga: Menkeu: Belanja biaya perawatan pasien COVID-19 capai Rp30,1 triliun
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat,” katanya dalam Konferensi Pers KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) di Jakarta, Rabu.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap kuat karena didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah.
Belanja negara sendiri hingga Februari 2022 mencapai Rp282,7 triliun atau 10,4 persen dari pagu APBN tahun ini serta membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi hingga 13 persen.
Membaiknya realisasi belanja negara didukung belanja pemerintah pusat yang terealisasi Rp172,2 triliun mencakup belanja operasional kementerian/lembaga (K/L) serta belanja program K/L terutama belanja infrastruktur dan bansos.
Penyaluran bansos dalam hal ini mengalami kenaikan berupa pelaksanaan bantuan Program Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan tahap pertama, dan pencairan bantuan Kartu Sembako.
Untuk belanja non K/L terealisasi mencapai Rp93,6 triliun terutama untuk pembiayaan subsidi energi yang meningkat.
Meski demikian, ia tak memungkiri terdapat sejumlah risiko rambatan dari kondisi global yang akan berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian dalam negeri.
Hal itu seiring eskalasi perang Ukraina dan Rusia yang telah menahan ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi global seiring meredanya COVID-19.
Perbaikan ekonomi global pun akan mengalami tekanan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani menegaskan APBN akan terus melakukan respon secara aktif dan memposisikan menjadi shock absorber dalam mengantisipasi dan menghadapi gejolak serta tekanan global yang berlangsung.
“APBN menjadi shock absorber dengan memberikan dukungan stabilitas harga dan mendukung daya beli termasuk kelompok paling rentan melalui bansos,” tegasnya.
Baca juga: Sri Mulyani sebut 60 persen PDB Indonesia bergantung pada perempuan
Baca juga: Menkeu: Belanja biaya perawatan pasien COVID-19 capai Rp30,1 triliun
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022