Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Universitas Trilogi, Prof. Dr. Arissetyanto Nugroho, berupaya memperkuat ketahanan dari ancaman radikalisme, dengan memberikan penguatan pada nilai-nilai Pancasila.
"Mari kita junjung tinggi nilai Pancasila sebagai bagian dari moderasi beragama," ujar Arissetyanto menyampaikan ajakan usai Webinar Nasional "Strategi Mencegah Paham Radikalisme dan Upaya Moderasi Beragama" Universitas Trilogi bekerja sama dengan Kodam Jaya, Jakarta, Selasa.
Ia mempunyai strategi tersendiri dalam penanganan radikalisme di perguruan tinggi, yakni sikap tenggang rasa "teposeliro", guyub, gotong royong, terciptanya ruang dialog bersama dengan baik.
"Kita terapkan nilai luhur bangsa sesuai dengan Pancasila dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Mari kita rapatkan barisan sesama bangsa, rekatkan persatuan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang adil makmur sesuai UUD 45," katanya.
Pangdam Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto saat menjadi Keynote Speech mengapresiasi Universitas Trilogi dalam menyelenggarakan Webinar tersebut. Menurutnya, seluruh civitas akademika perlu waspada dan mendeteksi masuk paham radikalisme.
Untuk itu, lanjutnya, salah satu upaya untuk mencegah tersebar paham radikalisme adalah sosialisasi nilai-nilai konsensus dasar kebangsaan. Yaitu: Pancasila, UUD 45, bhinneka tunggal Ika, Kesatuan NKRI.
"Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menangkal paham radikalisme adalah melalui pendidikan moderasi agama. Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Al-alamin, menjaga tempat ibadah dari penyebar paham radikal, pembinaan bela negara dan lainnya. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Koordinator Staffsus Kementerian Agama Adung Abdul Rahman. Menurutnya, paham radikalisme tidak selalu dari agama. Pasalnya, dalam agama mengajarkan cinta damai dan kasih sayang. Untuk itu, lanjutnya, moderasi beragama diyakini sebagai upaya menangkal paham radikalisme.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa," katanya.
Ia menyebutkan indikator moderasi beragama diantaranya: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan tradisi budaya lokal. Dirinya mengatakan, upaya menangkal paham radikalisme melalui beragam strategi.
Diantaranya: penguatan cara pandang moderasi agama, harmoni dalam kehidupan, penyelarasan moderasi agama. "Salah satu upaya menangkal radikalisme yakni meningkatkan kualitas beragama. Penguatan pemberdayaan masyarakat yang bisa mengurangi pengaruh bujukan kelompok radikal,"jelasnya.
Direktur Klinik Pancasila Dr. Dodi Susanto, SH, M.Si mengungkapkan perlu mewaspadai serangan dari gerakan dan paham radikalisme. Menurutnya, penguatan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa bisa menjadi penangkal paham rumah.
Ia mengatakan, Pancasila harus dijadikan sebagai ilmu pengetahuan agar terus berkembang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebinekaan harus diterapkan dalam gerakan.
"Seperti kegiatan webinar kali ini harus sering dilakukan tidak hanya setahun sekali, tapi bisa sebulan sekali. Penguatan nilai pancasila dan wawasan kebangsaan yang kuat bisa mempertahankan dari serangan radikalisme," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Mari kita junjung tinggi nilai Pancasila sebagai bagian dari moderasi beragama," ujar Arissetyanto menyampaikan ajakan usai Webinar Nasional "Strategi Mencegah Paham Radikalisme dan Upaya Moderasi Beragama" Universitas Trilogi bekerja sama dengan Kodam Jaya, Jakarta, Selasa.
Ia mempunyai strategi tersendiri dalam penanganan radikalisme di perguruan tinggi, yakni sikap tenggang rasa "teposeliro", guyub, gotong royong, terciptanya ruang dialog bersama dengan baik.
"Kita terapkan nilai luhur bangsa sesuai dengan Pancasila dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Mari kita rapatkan barisan sesama bangsa, rekatkan persatuan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang adil makmur sesuai UUD 45," katanya.
Pangdam Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto saat menjadi Keynote Speech mengapresiasi Universitas Trilogi dalam menyelenggarakan Webinar tersebut. Menurutnya, seluruh civitas akademika perlu waspada dan mendeteksi masuk paham radikalisme.
Untuk itu, lanjutnya, salah satu upaya untuk mencegah tersebar paham radikalisme adalah sosialisasi nilai-nilai konsensus dasar kebangsaan. Yaitu: Pancasila, UUD 45, bhinneka tunggal Ika, Kesatuan NKRI.
"Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menangkal paham radikalisme adalah melalui pendidikan moderasi agama. Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Al-alamin, menjaga tempat ibadah dari penyebar paham radikal, pembinaan bela negara dan lainnya. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Koordinator Staffsus Kementerian Agama Adung Abdul Rahman. Menurutnya, paham radikalisme tidak selalu dari agama. Pasalnya, dalam agama mengajarkan cinta damai dan kasih sayang. Untuk itu, lanjutnya, moderasi beragama diyakini sebagai upaya menangkal paham radikalisme.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa," katanya.
Ia menyebutkan indikator moderasi beragama diantaranya: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan tradisi budaya lokal. Dirinya mengatakan, upaya menangkal paham radikalisme melalui beragam strategi.
Diantaranya: penguatan cara pandang moderasi agama, harmoni dalam kehidupan, penyelarasan moderasi agama. "Salah satu upaya menangkal radikalisme yakni meningkatkan kualitas beragama. Penguatan pemberdayaan masyarakat yang bisa mengurangi pengaruh bujukan kelompok radikal,"jelasnya.
Direktur Klinik Pancasila Dr. Dodi Susanto, SH, M.Si mengungkapkan perlu mewaspadai serangan dari gerakan dan paham radikalisme. Menurutnya, penguatan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa bisa menjadi penangkal paham rumah.
Ia mengatakan, Pancasila harus dijadikan sebagai ilmu pengetahuan agar terus berkembang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebinekaan harus diterapkan dalam gerakan.
"Seperti kegiatan webinar kali ini harus sering dilakukan tidak hanya setahun sekali, tapi bisa sebulan sekali. Penguatan nilai pancasila dan wawasan kebangsaan yang kuat bisa mempertahankan dari serangan radikalisme," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022