Kerajinan tangan batu hias hasil karya kaum milenial asal Kota Sukabumi, Jawa Barat mampu menembus masuk pasar internasional.

"Beberapa negara yang sudah menjadi pelanggan produk batu hias yang bahan baku utamanya adalah fosil kayu dan batu lama antara lain Amerika Serikat, Inggris, China dan beberapa negara Asia," kata Rian Rinaldi kepada wartawan di Sukabumi, Senin.

Menurut Rian, usaha yang ditekuni sejak 2014 berawal hanya menjual batu alam secara mentah atau belum diolah menjadi kerajinan.

Seiring peningkatan permintaan bahkan banyak pelanggan yang menginginkan produknya dalam bentuk jadi atau sudah menjadi kerajinan maka ia pun mencoba mengembangkan.

Permintaan akan pernak-pernik hiasan dengan bahan dasar batu alam dan fosil kayu tersebut melonjak drastis, awalnya penjualan hanya tingkat lokal, kemudian regional, nasional hingga internasional.

Adapun produk kerajinan tangan hasil karya pemuda 28 tahun ini dan rekan-rekannya berupa manakara fosil, giok grape agate, fosil, petrifietwood, druzy, kecubung, kristal zebra, chysoprase, carnelian, fosil coral, ocean jasper dan lace agate.

Meskipun tempat produksi terlihat sederhana di Kampung Cimanggah, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi ini, tetapi omset perbulan sudah mencapai puluhan juta rupiah dan menjadi inspirasi bagi kaum milenial lain. 

Saat pandemi dia malah kebanjiran orderan untuk mengekspor batu jenis manakara ke Amerika Serikat. 

"Sebenarnya banyak peluang usaha yang bisa dimanfaatkan asalkan tekun dan terus berinovasi, saya pun mengajak kaum milenial di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini agar bisa menangkap peluang sekecil apapun, kreatif dan berinovasi untuk menyesuaikan permintaan pasar," katanya. 

Rian mengatakan untuk harga hiasan batu alam yang sudah diolah menjadi kerajinan harganya dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah tergantung jenis batu, tingkat kesulitan ukiran dan ukurannya. 

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022