Kantor PBB untuk HAM pada Rabu (2/3) mengonfirmasikan bahwa sebanyak 227 warga sipil tewas dan 525 yang terluka di Ukraina hingga 1 Maret menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Di Washington, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa serangan Rusia memusnahkan target non-militer, namun tidak langsung menuding Moskow sengaja menargetkan warga sipil.

"Kami memantau secara saksama apa yang terjadi di Ukraina saat ini, termasuk apa yang terjadi pada warga sipil. Kami mempertimbangkan itu, kami mendokumentasikannya dan kami ingin memastikan, salah satunya, bahwa ada pertanggungjawaban atas itu (semua)," kata Blinken kepada awak media.

Baca juga: Jepang siap menampung pengungsi Ukraina
Baca juga: WHO: Ukraina kehabisan persediaan oksigen medis di tengah situasi perang

Kantor PBB untuk HAM melalui pernyataan mengatakan bahwa sebagian besar korban disebabkan oleh penggunaan senjata peledak, "termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncur roket multiple serta serangan udara. Akibatnya, area terdampak pun meluas.

Pihaknya mengaku yakin bahwa jumlah korban tewas sesungguhnya dalam konflik kedua negara itu "jauh lebih tinggi", terutama di wilayah kekuasaan pemerintahan, karena laporan di sejumlah area pertempuran sengit tertunda.

Invasi Rusia belum mencapai tujuan Presiden Vladimir Putin yang ingin menggulingkan pemerintahan Ukraina.

Baca juga: Konvoi pasukan dan tank Rusia bergerak menuju Kiev

Namun, invasi tersebut telah membuat lebih dari 870.000 orang menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga sekaligus mengguncang ekonomi global saat negara-negara dan perusahaan antre untuk mengisolasi Moskow.


Sumber: Reuters

Pewarta: Asri Mayang Sari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022