Bogor, 4/6 (ANTARA) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Lukman Hakim mengapresiasi kepedulian Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda dalam bidang konservasi lingkungan.

"Tidak banyak pemimpin seperti Bupati Kuningan yang begitu konsen mendukung konservasi lingkungan melalui program-program kerjanya," kata Lukman, seusai membuka acara Diklat Perkebunrayaan untuk kelas Manajemen dan Teknis di Gedung Konservasi Kebun Raya Bogor, Senin.

Menurut Lukman, Bupati Kuningan merupakan pemimpin langka yang jarang ditemukan. Kebijakan bupati dalam konservasi dengan membangun Kebun Raya menjadikan Kuningan sebagai kabupaten pertama yang memiliki kebun raya di Jawa.

Lukman mengatakan, dibutuhkan sosok pemimpin yang berkomitmen dan konsisten dalam kebijakannya untuk mengembangkan konservasi.

"Kita berharap, Bupati Kuningan bisa merangkul pemerintah daerah lainnya untuk mengoptimalkan pembangunan kebun raya di setiap daerah. Pak Aang nanti kita berikan kesempatan memaparkan kebijakan-kebijakannya agar bisa menjadi referensi pemerintah lain," kata Lukman.

Lukman mengatakan, idealnya Indonesia membutuhkan 45 kebun raya, yang tersebar di setiap wilayah. Rencana pembangunan kebun raya daerah ini sedang diupayakan melalui Peraturan Presiden nomor 93 tahun 2011 tentang perkebunrayaan yang diharapkan menjadi upaya percepatan pembangunan kebun raya di daerah.

Pembangunan kebun raya daerah masuk dalam salah satu program prioritas nasional ke-9 pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-2 tahun 2010-2014.

"Kehadiran kebun raya sebagai salah satu upaya penyelamatan lingkungan, mengkaji dan memanfaatkan tumbuhan Indonesia di kawasan ex-situ agar semakin strategis," katanya.

Ia menyebutkan, saat ini baru ada 22 kebun raya di Indonesia. Kehadiran kebun raya di berbagai daerah di Indonesia tidak hanya berperan penting bidang konservasi tumbuhan secara ex situ, pendidikan, penelitian dan wisata tapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam jasa lingkungan.

Ia menambahkan, pembangunan kebun raya baru diharapkan dapat memacu pencapaian The Global Strategy for Plant Conservation tentang daftar jenis tumbuhan yang dapat diakses, konservasi tumbuhan terancam punah, pendidikan masyarakat, jumlah staf terlatih, dan komunikasi.

Sementara itu, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor, Mustaid Siregar menyebutkan, diperlukan sosok pemimpin seperti Bupati Kuningan yang berkomitmen penuh dalam upaya konservasi.

"Komitmen Bupati Kuningan ini perlu di apresiasi. Kepeduliannya dalam bidang konservasi patut dikembangkan di daerah lain," katanya.

Bupati Kuningan, Aang Hamid Suganda mengatakan, menjadikan Kuningan sebagai kabupaten konservasi merupakan impiannya selama memimpin.

Sejak Februari 2006, ia telah mencanangkan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten konservasi.

Upaya menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten konservasi diwujudkan dengan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan seperti Perda nomor 12 tahun 2011 tentang konsevasi, dan Perdan nomo 10 tahun 2009 tentang pelestarian hewan burung dan ikan.

Tidak hanya itu, lanjut Aang, selama kepemimpinannya, ia juga melakukan berbagai program kerja seperti Seruling atau siswa baru peduli lingkungan, Pepeling (penganten peduli lingkungan) dan Apel (aparat peduli lingkungan).

"Saya berharap Bupati pengganti saya nanti bisa berkomitmen yang sama terhadap konserbasi," katanya.

Menurut Aang, upaya konservasi yang dilakukannya berdampak positif terhadap pembanguna di Kabupaten Kuningan. Selain bertambah hijau, Kuningan juga menjadi sumber air bersih bagi sejumlah daerah yang berbatasan langsung dengannya, serta peningkatan PAD dibidang pariwisata.

Aang yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKSI) menambahkan melalui program konservasi yang dikembangkannya telah menjadikan Kuningan lebih hijau dan sejuk, hal ini mendorong wisatawan domestik dan mancanegara datang berwisata ke Kuningan.

"Potensi wisata inilah yang mendorong peningkatan PAD. Semua ini berawal dari konservasi," katanya.


Laily R

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012