Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerja sama dengan Enesis Grup sukses menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Pengembangan Aromaterapi Indonesia yang menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi, praktisi kesehatan, maupun pemerintahan.

Pembicara itu adalah Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed; Dra. apt. Trikoranti Mustikawati, Kepala Balai Besar POM di Serang; dan dr. Estelita Liana, dokter praktisi Kesehatan di RS Puri Indah dan RS Pondok Indah Jakarta.

Webinar yang digelar Jumat ini dimoderatori oleh Ketua Pusat Kajian Bahan Alam Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Dr. apt. Yesi Desmiaty, M.Si.

Ketua Panitia Webinar Diah Kartika Pratami dalam keterangannya, Jumat mengungkapkan bahwa kekayaan alam Indonesia yang tinggi merupakan potensi Indonesia sebagai pemasok minyak atsiri di dunia sehingga mampu dikembangkan menjadi produk aromaterapi.

Henry Irawan, Pharma Head Enesis Grup bersama produknya Plossa aromaterapi dan Amunizer mendukung penuh webinar ini untuk dapat saling membantu menghadapi virus corona dan wabah yang belum selesai.  

“Pertama mengembangkan industri hilir berbasis minyak atsiri, kemudian mengembangkan usaha tematik atsiri, mengembangkan komoditas atsiri eksotis, mengembangkan komoditas atsiri substitusi impor dan mengupayakan penyediaan benih unggul dan budidaya yang teruji serta tertandarisasi," kata Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Prof. Shirly Kumala.
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerja sama dengan Enesis Grup sukses menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Pengembangan Aromaterapi Indonesia. (ANTARA/Humas UP)

Prof Shirly mengungkapkan bahwa Akademisi merupakan bagian yang penting pada model Triple Helix bahkan saat ini sudah Penta Helix, dimana akademisi sebagai konseptor yang melakukan standarisasi proses bisnis, riset dan pengembangan serta inovasi produk aromaterapi, menghasilkan keterampilan sumber daya manusia dari insan muda yakni mahasiswa-mahasiswi.

“Contohnya dengan adanya kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tematik aromaterapi. Mahasiswa sudah dibekali ilmu konsep dasar mengenai aromaterapi kemudian membuat prototipe sediaan berbahan dasar dari alam dijadikan bentuk aromaterapi. Penta helix atau multipihak dimana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan inovasi pengetahuan yang memiliki potensi untuk dapat ditransformasi menjadi produk maupun jasa.” ungkapnya.

Dra. apt. Trikoranti Mustikawati, Kepala Balai Besar POM di Serang, menjelaskan mengenai Regulasi Penggunaan minyak atsiri pada produk kosmetik, Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan Registrasi Produk. Penggunaan minyak atsiri yang dapat didaftarkan sebagai kosmetik seperti: sediaan pijat (massage oil); sediaan wangi-wangian (eau de toilette, eau de parfume, eau du cologne); sediaan mandi (sabun, bath oil, bath salt, shower gel); masker wajah; sediaan pembersih rias wajah (Face toner); dan sediaan perawatan tubuh (body lotion).

Praktisi Kesehatan, dr. Estelita Liana menelaah secara terperinci pemanfaatan aromaterapi sebagai pengobatan alternatif. Walaupun perlu penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme kerja aromaterapi, namun beberapa studi menunjukkan jika aromaterapi memiliki efek positif sebagai terapi komplimenter untuk mengurangi kecemasan, stress, membuat tidur lebih nyenyak dan memberikan rasa nyaman.

Kegiatan ini dibuka oleh rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Edie Toet Hendratno, S.H., M.Si., FCBArb dan ditutup oleh Dr. apt. Novi Yantih, M.Si, selaku Wakil Rektor Universitas Pancasila dan dosen Fakultas Farmasi UP. "Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan wawasan bagi mahasiswa, masyarakat dan sejawat apoteker", ungkap Novi Yantih

Webinar ini disaksikan melalui aplikasi zoom dan kanal youtube official Fakultas Farmasi Universitas Pancasila: https://www.youtube.com/watch?v=UEQ6VdxP-7s&t=1780s oleh kurang lebih 2000 pendaftar dari kalangan apoteker, mahasiswa, dan umum yang tersebar di 33 provinsi dan 240 Kota/Kabupaten di Indonesia.

Peserta berhak memperoleh sertifikat 3 SKP IAI, sebagai bentuk Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)

Pewarta: Pewarta Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022