PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - "Fikirkan anak-anak dalam perundingan anda" adalah pesan yang akan dikirim oleh Dana Anak PBB (UNICEF) kepada para pemimpin dunia yang akan menghadiri konferensi iklim mendatang di Paris.

Anak-anak rentan terhadap perubahan iklim di sini dan saat ini, kata seorang pejabat UNICEF kepada Xinhua dalam wawancara baru-baru ini sebelum Konferensi Perubahan Iklim COP21, yang dinantikan banyak pihak dan dijadwalkan diselenggarakan di Paris dari 30 November sampai 11 Desember.

"Jika kita tidak bertindak sekarang, dampak perubahan iklim akan terdapat pada anak-anak," demikian antara lain isi laporan baru UNICEF yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York, Selasa (24/11). Siaran pers tersebut merinci jenis resiko yang meningkat yang ditimbulkan oleh perubahan iklim pada anak-anak.

David Anthony, salah seorang penulis bersama laporan tersebut, mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang-- mengenai temuan laporan itu dan apa yang mereka harapkan dilakukan para pemimpin dunia saat mereka berunding di Paris.

"Perubahan iklim seringkali dibicarakan sebagai peristiwa masa depan tapi jenis resiko iklim yang dihadapi anak-anak sangat lazim saat ini," kata Anthony.

"Lebih dari 500 juta anak hidup di daerah yang sering dilanda banjir, dan ada 160 juta anak menghadapi resiko sangat besar atau tinggi kemarau. Jadi ini adalah resiko nyata buat anak-anak saat ini," katanya.

Dengan menyampaikan kembali komitmen mereka untuk menghadiri konferensi perubahan iklim kendati ada serangan di Paris belum lama ini, para pemimpin dunia telah memperlihatkan perhatian penting yang mereka berikan bagi konferensi tersebut.

PBB dan banyak pihak lain berharap semua negara akhirnya akan mencapai kecepatan dalam konfernesi mendatang itu mengenai cara mereka akan bekerjasama guna membatasi pemanasan global jadi dua derajat Celsius.

Dua derajat Celsius adalah batas ambang atas pemanasan yang biasanya disepakati di atas tingkat pra-era industri dan diperlukan untuk mencegah dampak bencana paling besar dari perubahan iklim.

Namun, meskipun para pemimp9in dunai membahas kemungkinan skenario masa depan, Anthony ingin mereka mengetahui bahwa anak paling miskin di dunia sangat rentan terhadap perubahan iklim, yang sudah terjadi.

"Anak-anak paling miskin lah yang hidup di negara termiskin, bagian paling sulit di negara itu, yang akan paling berat dan paling keras mengalami perubahan iklim," katanya.

Itu, sebagian, terjadi karena perubahan iklim akan menambah parah sebagian tantangan yang sudah mempengaruhi orang yang paling rentan di dunia. Anak-anak, misalnya, sudah menghadapi kondisi sangat sulit sebagai pengungsi, dan perubahan iklim tampaknya akan membuat makin banyak orang harus meninggalkan rumah mereka, demikian temuan laporan tersebut.

Dan sebagian penyakit paling mematikan di dunia --seperti malaria-- tampaknya akan menyebar lebih luas lagi akibat perubahan iklim, kata Anthony. Itu secara tidak adil akan mempengaruhi anak-anak yang berusia di bawah lima tahun, yang sudah menanggung dua-pertiga kematian global akibat malaria, kata laporan itu.

Laporan tersebut juga mengatakan kemunculan kembali malaria di Tiongkok telah dikaitkan dengan peningkatan curah hujan dan temperatur.

Penerjemah: Chaidar.

    

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015