Jakarta (Antara Megapolitan) - Lembaga "World Wide Fund for Nature" (WWF) mengajak wisatawan dan operator wisata bahari membuat paket wisata bahari secara bijak, ramah lingkungan dan ramah dengan satwa laut.

"Ekosistem laut merupakan objek vital dalam bisnis pariwisata bahari," kata Sunda Banda Seascape (SBS) dan Fisheries Leader WWF-Indonesia Imam Musthofa dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia menyadari bahwa wisata bahari memang menjadi tumpuan pengembangan pariwisata di Indonesia, selaras dengan target devisa Kementerian Pariwisata sebesar 4 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun 2019.

Dari wisata di Indonesia, ebanyak 60 persen dari wisata bahari adalah wisata pantai, 25 persen merupakan wisata bentang laut seperti cruise, yacht dan 15 persen wisata bawah laut yaitu snorkeling dan menyelam.

Dalam aktivitasnya, wisatawan tentu kerap kali sangat senang mengamati dan berinteraksi dari jarak dekat dengan satwa laut seperti burung laut, penyu, dan lumba-lumba.

Pengamatan dan interaksi yang dilakukan tanpa memperhatikan sensitifitas mereka terhadap gangguan bisa menyebabkan perubahan perilaku, cidera bahkan kematian.    

"Sering ditemui kasus dimana satwa laut terluka dan mati akibat terkena baling-baling kapal. Pengamatan satwa yang berlebihan juga dapat menyebabkan stres pada induk satwa yang berakibat terpisahnya induk dari anak-anaknya, hal ini akan menurunkan daya tahan hidup anak-anaknya tersebut," ucapnya.

Untuk itu, WWF-Indonesia juga telah menerbitkan panduan yang berjudul "Mengamati dan Berinteraksi dengan Satwa Laut", yang dapat dibaca sebagai referensi bagi operator wisata dan wisatawan.

Dengan memahami panduan ini, wisatawan akan memiliki informasi memilih operator dan paket wisata yang tidak mengancam turunnya populasi satwa maupun rusaknya kondisi ekosistem laut.

Dalam panduan tersebut, operator wisata diingatkan akan aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar wisata bahari yang diselenggarakan tidak berdampak negatif, misalnya teknik pengoperasian kapal dari sisi kecepatan dan jarak untuk pengamatan dan interaksi satwa laut.

"WWF Indonesia berharap dengan adanya panduan ini pelaku wisata, baik wisatawan maupun operator wisata akan mampu mempraktikkan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab, untuk menahan laju degradasi ekosistem laut akibat aktivitas manusia," kata Imam Musthofa.

Panduan ini secara simbolis diluncurkan bertepatan dengan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) yang jatuh setiap tanggal 5 November, dan merupakan bagian dari Kampanye #BeliYangBaik yang telah diluncurkan WWF.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015