Jakarta (Antara Megapolitan) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menargetkan jumlah pengunjung kawasan wisata hutan meningkat 40 persen.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Tachrir Fathoni di Jakarta, Selasa menyatakan, untuk mencapai target peningkatan jumlah wisatawan alam itu dilakukan kerja sama percepatan pengembangan wisata di kawasan hutan antara  Kementerian LHK dengan Kementerian Pariwisata.

Saat ini, jumlah pengunjung wisatawan domestik ke pariwisata berbasis kawasan hutan per tahunnya mencapai 4 juta orang dan mancanegara 300.000 orang.

"Melalui kerja sama ini, diharapkan akan meningkat 40 persen. Wisatawan domestik bisa mencapai 5,6 juta orang dan mancanegara bisa mencapai 420.000," katanya, saat menandatangani nota kesepahaman atau "memorandum of understanding" (MoU) antara antara Kementerian LHK dan Kementerian Pariwisata.

Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK mewakili Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya dan Kehutanan dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Menurut Tachrir, Kementerian LHK mengembangkan pariwisata alam di taman nasional dan taman wisata alam, dengan konsep "integrated based destination", yang terkoneksi di tiga klaster, yakni Lampung - Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Sementara itu Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, penandatanganan MoU dengan Kementerian LHK tersebut meliputi 13 taman nasional dan satu taman wisata alam, di antaranya Taman Nasional Gunung Tambora, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan Taman Wisata Alam Ijen.

"Kontribusi wisata berbasis hutan terhadap pariwisata nasional adalah 5 persen, disarankan dinaikan menjadi 10 persen," ucapnya.

Pada 2019, tambahnya, wisata hutan diharapkan bisa menarik wisatawan mancanegara hingga 2 juta orang dari target kunjungan sebanyak 20 juta orang.

Pada kesempatan itu Arief menegaskan bahwa sektor pariwisata adalah penggerak perekonomian nasional. Saat ini, posisi pariwisata sebagai penghasil devisa negara berada di urutan ke-5.

"Namun, ke depan posisi ini akan terus meningkat menggantikan sektor lain seperti minyak dan gas, batu bara, karet, serta tekstil yang memiliki karakter "non-renewable"," imbuhnya.

Menurut dia, jika alam semakin dilestarikan maka akan semakin mensejahterakan. Dibandingkan industri lain, pariwisata paling ramah lingkungan dan bisa mensejahterakan masyarakat.

"Betapa indahnya alam kita, namun promosinya belum ada," ujarnya.
 

Pewarta: Subagyo

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015