Bogor, (Antara Megapolitan) - Kader muda Nahdlatul Ulama hendaknya memakmurkan masjid karena masjid merupakan tempat membangun peradaban, demikian disampaikan Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani dalam dakwah kebangsaan "Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olympiad (Nusantara) 2015" di Bogor, Jawa Barat.

"Fungsi masjid begitu hebat, tempat manusia membangun peradaban," kata KH Abdul.

KH Abdul mengatakan, pada masa Rasulullah SAW masjid menjadi bukti eksistensi umat muslim memiliki tanah kelahiran. Ketika Nabi Muhammad SAW terusir dari kampung halamannya Makkah, terpaksa berhijrah ke Kota Yastrib, menjadi penanda tahun baru Islam Hijriah.

"Yang pertama kali dibangun oleh Rasul adalah Masjid. Yakni Masjid Quba, sebagai eksistensi Nabi punya tanah air. Lalu memandang pembangunan Masjid Nabawi dan mengganti nama Yastrib menjadi Madinah," katanya.

Pemikiran Rasulullah membangun masjid sebagai simbol memiliki Tanah Air. Karena yang tidak punya tanah air, tidak mempunyai sejarah. Dan yang tidak mempunyai sejarah maka negara itu akan dilupakan.

Dari masjid, Rasulullah menyebarkan Islam hingga ke pelosok negeri. Termasuk Indonesia, ajaran Islam masuk dibawa oleh pedagang Gujarat. Mereka membangunkan masjid dari Sabang sampai ke Marauke.

Masjid di Indonesia, lanjut KH Abdul, berjumlah sekitar satu juta baik masjid maupun surau. Sekitar 80 persen masjid tersebut dibangun oleh warga NU.

"NU gemar membangun masjid, tapi sayang belum memakmurkannya. Belum menjadi pusat peradaban bangsa dan umat," katanya.

Kondisi ini, lanjut dia, membuat masjid banyak yang kecurian, atau berubah nama karena sertifikatnya diubah, dan digadaikan. Belum lagi persoalan kebersihan yang jauh dari ajaran Islam yang menyebutkan kebersihan sabagian dari iman.

"Masjid di Indonesia selain kotor, WC nya bau, pintu rusak diganti spanduk. Lebih Islami orang Jepang, mereka sangat menjaga kebersihan," katanya.

Menurut KH Abdul, memakmurkan masjid merupakan pemakmuran bangsa. Berbicara kebangsaan, memakmurkan masjid sudah mengamankan bangsa.

"Ada saja satu masjid satu pemuda yang mengamankan. Satu masjid satu pemuda penggerak, satu kecamatan satu penggerak, ini sudah bagus. Inilah tugas rumah KMNU menjadi penggerak untuk memakmurkan masjid," katanya.

KH Abdul mengatakan, masjid harus menjadi pusat keilmuan. Masjid di kampus perguruan tinggi dijadikan tempat mengaji, dan masjid di masyarakat diperuntukkan untuk tempat bimbingan belajar.

Dikhawatirkan saat ini marak tempat bimbingan belajar terdapat di pusat perbelanjaan, ketika selesai belajar mereka banyak menghabiskan waktu di mal bukan di masjid.

"Masjid banyak diisi pensiunan, pemuda jarang ke masjid lebih ramai di mall," katanya.

KH Abdul mengingatkan agar kader muda NU yang tergabung dalam KMNU untuk menjadi penggerak memakmurkan masjid. Masjid sebagai gerakan pemberdayaan perekonomian, sebagai gerakan pusat pertaubatan, gerakan sosial, dan juga untuk menjaga bangsa.

"Itulah Islam nusantara yang sudah didialogkan dengan budaya. Islam tanpa budaya menjadi keras, budaya tanpa Islam akan menjadi kering," katanya.

Dakwah kebangsaan yang disampaikan Ketua PBNU merupakan puncak acara "Nahdlatul Ulama Science and Cultural Art Olympiad (Nusantara) 2015" yang diselenggarakan Presedium Nasional KMNU.

Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari 16 hingga 18 Oktober bertempat di Kampus IPB. Sekitar 200 kader KMNU dari 12 perguruan tinggi se-Nusantara menghadiri kegiatan ini termasuk KMNU dari Malaysia.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015