Palembang (Antara Megapolitan) - Jumlah titik panas atau "hotspot" di wilayah Provinsi Sumatera Selatan memasuki  musim pancaroba Oktober 2015 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya yang mencapai lebih dari 500 titik panas.

"Jumlah titik panas di wilayah provinsi ini dalam beberapa hari terakhir terpantau berkurang drastis, berdasarkan data hari ini jumlah titik panas mencapai 163 titik," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama di Palembang, Senin.

Dia menjelaskan memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan sekarang ini, berdasarkan pemantauan melalui satelit, titik panas di wilayah provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu tersebar di sembilan kabupaten.

Titik panas tersebut terbanyak terdeteksi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mencapai 100 titik panas, kemudian di Musirawas 26 titik panas, dan Kabupaten Muaraenim terdapat 13 titik panas.

Sementara Kabupaten Musi Banyuasin yang beberapa pekan sebelumnya terdeteksi titik panas terbanyak nomor dua di Sumsel kini mengalami penurunan drastis yakni hanya terdeteksi 11 titik panas.

Sedangkan daerah lainnya seperti Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) terdeteksi delapan titik panas, Lahat enam titik panas, Musirawas Utara lima titik panas, serta Kabupaten OKU Timur dan OKU Selatan masing-masing terdeteksi satu titik panas, katanya.    
Menurut dia, jumlah titik panas tersebut diprakirakan dalam beberapa hari ke depan terus mengalami penurunan karena beberapa daerah mulai terdapat hujan dan gencarnya operasi tim gabungan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Meskipun titik panas mengalami penurunan drastis, masyarakat yang berada di daerah yang kini terpantau terdapat titik panas, diimbau agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan bisa dicegah terjadinya kebakaran hebat yang dapat menimbulkan kerugian materi serta bencana kabut asap berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat, menimbulkan gangguan penerbangan, pelayaran, serta aktivitas masyarakat lainnya seperti yang terjadi dalam dua bulan terakhir, kata Indra.

Sebelumnya, Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan Yulizar Dinoto menjelaskan bahwa pihaknya saat ini berupaya meningkatkan kegiatan operasi darat dan udara untuk melakukan pemadaman terutama pada lahan gambut di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Akhir-akhir ini jumlah titik panas masih cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya meminimalkan dan menghilangkan "hotspot" itu serta memadamkan kebakaran hutan/lahan yang kini asapnya masih mengganggu berbagai aktivitas seperti penerbangan serta banyak masyarakat yang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Tim Indonesia bersama beberapa negara yang tergabung dalam satgas penanggulangan bencana kabut asap Sumatera Selatan saat ini fokus memadamkan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Tim satgas gabungan saat ini fokus melakukan operasi pemadaman terutama melalui udara menggunakan helikopter dan pesawat milik BNPB dan beberapa negara sahabat seperti Singapura, Malaysia, dan Australia yang memiliki kemampuan melakukan pengeboman air "water bombing" dengan kapasitas 6.000-15.000 liter air pada lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang paling banyak terdapat titik panas," ujarnya. 

Pewarta: Yudi Abdullah

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015