Jakarta (Antara Megapolitan) - Menteri Perindustrian Saleh Husin menantang desainer dan pengusaha mebel kelas premium untuk meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan membawa merek lokal ke kancah internasional.
"Rekan-rekan pasti sudah jago bikin desain dan memasarkan produk, nah sekarang giliran bikin produk kita naik kelas," katanya saat membuka Pameran Tunggal '22 Years Experience' yang digelar Da Vinci Indonesia di Jakarta, Rabu.
Dalam siaran pers yang diterima Antara, Saleh juga menyatakan ingin para desainer menyerap dan memodifikasi corak tradisional dalam desain produk, serta mampu menyesuaikan dengan selera pasar global untuk meningkatkan daya saing industri mebel dan kerajinan nasional.
"Indonesia juga diuntungkan dengan melimpahnya sumber bahan baku alami berupa kayu, rotan maupun bambu. Itu turut menjadi keunggulan dan memperkuat daya saing industri mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global," katanya.
Sementara itu, lanjutnya, tren mebel dunia yang terus berubah dan berkembang menuntut perhatian para pelaku industri ini, karena itu upaya menumbuhkan kesadaran inovasi itu perlu, diantaranya karya kreatif furnitur baru dengan inspirasi budaya lokal.
Saleh menambahkan, pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri ini antara lain melalui kebijakan pelarangan ekspor bahan baku kayu diatur dalam Permendag Nomor 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor.
Sementara pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag Nomor 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
Pada kesempatan ini, Saleh juga mengunjungi pameran Exclusive Furniture Show 2015 di yang juga digelar kompleks JCC.
"Ajang ini merupakan momentum emas bagi produk lokal untuk unjuk gigi dan bertemu dengan konsumen ritel maupun pelanggan korporat seperti hotel dan perusahaan properti lainnya," ujarnya.
Pada triwulan II/ 2015, industri mebel tumbuh 7,93 persen, lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,74 persen.
Sementara itu, ekspor komoditas mebel sampai Juni 2015 sebesar 361,03 juta dollar AS dan impor komoditas mebel periode yang sama sebesar 77,86 juta dollar AS.
Alhasil, neraca perdagangan komoditas furnitur hingga pertengahan 2015 tercatat surplus, yakni 283,17 juta dollar AS.
Secara total pada 2013, nilai ekspor mebel kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dollar AS dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2,2 miliar dollar AS.
Diprediksi, nilai ekspor mebel kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai 5 miliar dolar AS.
Industri ini turut mendorong kinerja pertumbuhan industri nasional. Industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 5,27 persen, lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Triwulan II tahun 2015 sebesar 4,67 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Rekan-rekan pasti sudah jago bikin desain dan memasarkan produk, nah sekarang giliran bikin produk kita naik kelas," katanya saat membuka Pameran Tunggal '22 Years Experience' yang digelar Da Vinci Indonesia di Jakarta, Rabu.
Dalam siaran pers yang diterima Antara, Saleh juga menyatakan ingin para desainer menyerap dan memodifikasi corak tradisional dalam desain produk, serta mampu menyesuaikan dengan selera pasar global untuk meningkatkan daya saing industri mebel dan kerajinan nasional.
"Indonesia juga diuntungkan dengan melimpahnya sumber bahan baku alami berupa kayu, rotan maupun bambu. Itu turut menjadi keunggulan dan memperkuat daya saing industri mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global," katanya.
Sementara itu, lanjutnya, tren mebel dunia yang terus berubah dan berkembang menuntut perhatian para pelaku industri ini, karena itu upaya menumbuhkan kesadaran inovasi itu perlu, diantaranya karya kreatif furnitur baru dengan inspirasi budaya lokal.
Saleh menambahkan, pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri ini antara lain melalui kebijakan pelarangan ekspor bahan baku kayu diatur dalam Permendag Nomor 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor.
Sementara pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag Nomor 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
Pada kesempatan ini, Saleh juga mengunjungi pameran Exclusive Furniture Show 2015 di yang juga digelar kompleks JCC.
"Ajang ini merupakan momentum emas bagi produk lokal untuk unjuk gigi dan bertemu dengan konsumen ritel maupun pelanggan korporat seperti hotel dan perusahaan properti lainnya," ujarnya.
Pada triwulan II/ 2015, industri mebel tumbuh 7,93 persen, lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,74 persen.
Sementara itu, ekspor komoditas mebel sampai Juni 2015 sebesar 361,03 juta dollar AS dan impor komoditas mebel periode yang sama sebesar 77,86 juta dollar AS.
Alhasil, neraca perdagangan komoditas furnitur hingga pertengahan 2015 tercatat surplus, yakni 283,17 juta dollar AS.
Secara total pada 2013, nilai ekspor mebel kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dollar AS dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2,2 miliar dollar AS.
Diprediksi, nilai ekspor mebel kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai 5 miliar dolar AS.
Industri ini turut mendorong kinerja pertumbuhan industri nasional. Industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 5,27 persen, lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Triwulan II tahun 2015 sebesar 4,67 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015