Bogor, (Antara Megapolitan) - Puluhan peneliti di negara Asia Tenggara berkumpul di Kota Bogor, Jawa Barat, dalam acara "2nd International Conference on Tropical Biology" untuk membahas tentang tantangan, kemajuan dan arah masa depan restorasi ekologi.

"Ekosistem kita mulai mengalami kerusakan, lambat laun sudah semakin cepat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Teknologi untuk restorasi sudah banyak dihasilkan tetapi belum semua sampai ke lapangan," kata Direktur SEAMEO Biotrop Dr Irdika Mansur usai pembukaan ajang tersebut di SEAMEO Biotrop, Kota Bogor, Senin.

Irdika mengatakan kerusakan lingkungan tidak lepas dari kegiatan manusia termasuk juga masalah pertambahan penduduk dan arus urbanisasi sehingga konsekuensi masalah lingkungan seharusnya menjadi perhatian semua pihak.

"Beruntung kita memiliki cendekiawan dan praktisi di bidang restorasi ekologi untuk memperbaiki ataupun mengembalikan fungsi ekosistem terpadu untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang sangat pesat," katanya.

Menurut Irdika, konferensi yang diselenggarakan oleh SEAMEO Biotrop itu menjadi wadah bagi berkumpulnya para ilmuwan dan praktisi untuk menanggapi permasalahan kerusakan lingkungan.

"Diharapkan konferensi ini dapat menjadi forum bagi kaum cendekiawan dan praktisi untuk saling berbagi ilmu pengetahuan yang pada kahirnya mampu mengidentifikasi adanya `gap` (jarak) antara pengetahuan tentang teknik restorasi dengan pendekatan kebijakan baru," katanya.

Konferensi internasional tentang biologi tropis menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di sebagian besar negara Asia terutama Asia Tenggara, tetapi hal tersebut dicapai dengan mempertaruhkan keutuhan lingkungan, menstimulasi kerusakan produk dari alam dan keutuhan ekosistem.

Asian Development Bank (ADB) tahun 2012 melaporkan bahwa Asia sedang dihadapkan dengan permasalahan lingkungan hidup yang cukup serius diantaranya adalah ancaman pelemahan pertumbuhan di masa depan, kerawanan pangan dan stabilitas regional.

Lebih lanjut disampaikan bahwa wilayah Asia Tenggara kini sedang menghadapi kemungkinan berkurangnya pasokan dari sumber daya alam yang diperlukan guna mendukung semakin meningkatnya permintaan disebabkan pertumbuhan populasi yang cukup pesat dan urbanisasi.

Disamping pertumbuhan populasi yang pesat, degradasi ekosistem juga disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya meningkatnya permintaan pasar untuk produk-produk kehutanan, eksploitasi lahan-lahan pertanian, tata kelola yang buruk dan sebagainya.

Ilmu pengetahuan dan praktek restorasi ekologi dinilai dapat memberikan dampak signifikan dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut karena diharapkan mampu memperbaiki manajemen sumber daya alam dan konservasi keragaman biologi, mendorong penggunaan pengetahuan ekologi tradisional, meningkatkan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim serta menciptakan kehidupan yang berkelanjutan.

Koordinator Teknik Konferensi Internasional tentang Biologi Tropis kedua Ellyn K Damayanti mengatakan konferensi dihadiri oleh 124 peserta terdiri atas 27 peserta dari luar negeri yakni Afghanistan, Australia, Belgia, Republik Rakyat Tiongkok, Kenya, Malaysia, Nepal, Filiphina, Thailand, Inggris Amerika Serikat dan Indonesia.

Mereka yang hadir adalah para peneliti, akademisi, pemerintah maupun kalangan nonpemerintahan.

"Hasil dari konferensi ini akan ada `proceeding` (panduan) yang akan mendorong arah kebijakan pemerintah. Disini juga kita menghadirkan Food and Agriculture Organization of The United Nation (FAO) yang diharapkan bisa menggerakkan pemerintah terkait restorasi ekologi ini," katanya.

Salah satu pembicara kunci Patrick Durst dari FAO regional Asia Pasifik Thailand sangat mengapresiasi pengalaman dan hasil penelitian yang dikembangkan para peneliti maupun praktisi dari sejumlah negara di Asia termasuk Asia Tenggara terkait restorasi ekologi.

"Apa yang dihasilkan dalam forum konferensi ini, baik itu teknologi, kebijakan yang terpenting akan kita tindak lanjuti dan mengadopsinya untuk tingkat regional," katanya.

Konferensi Internasional tentang Bilogi Tropis kedua ini diselenggarakan oleh SEAMEO Biotrop bekerja sama dengan FAO yang didukung oleh IPB, Internasional Union of Forest Research Organization (IUFRO), Biotropica Australia, Chiang Mai University Forest Restoration Research Unit (CMU-FORRU), Bangor University, British Council, dan Australia National University (ANU).

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yakni mulai 12 hingga 13 Oktober.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015