Bogor, (Antara Megapolitan) - Situs Pasir Keramat Gunung Salak alias Situs Calobak yang terletak di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor, merupakan jejak peninggalan peradaban era megalitikum yang memiliki nilai besar bagi sejarah perjalanan bangsa.

Ketua Yayasan Serambi Nusantara, Bogor, Ahmad Fahir, yang sedang melakukan penelitian budaya mengenai situs-situs megalitikum menyebut keberadaan Situs Calobak semakin memperkaya warisan peradaban megalitikum di kawasan Gunung Salak yang tersebar di kaki, lereng maupun puncak gunung itu.

Pada Sabtu (3/10), Ahmad Fahir beserta sejumlah pecinta warisan cagar budaya menyambangi Situs Pasir Keramat Gunung Salak, untuk melakukan studi terhadap keberadaan situs-situs megalitikum yang tersebar di kawasan gunung berketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut itu.

Istilah "Pasir Keramat", kata dia, berasal dari bahasa Sunda, yang berarti tanah keramat yang berada di dataran tinggi (puncak). Adapun Calobak berarti lubang di dalam batu.

Situs Calobak terletak di lereng timur laut Gunung Salak. Lokasi situs ini terbilang sulit diakses publik. Tidak heran bila jarang ada pengunjung yang menyambangi.

Posisi situs ini terletak di puncak salah satu anak Gunung Salak. Dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam berjalan kaki untuk mendaki menuju lokasi ini dengan menyusuri jalan tanah setapak dan semak belukar sepanjang 3 kilometer.

Di kawasan Pasir Keramat Gunung Salak terdapat tiga titik situs Pada titik pertama, terdapat makam kuno "Uyut Esih" serta bangunan dari batu.

Pada titik kedua, ditemukan makam kuno "Uyut Tolok", juga ditemukan hamparan bebatuan yang tersusun rapi.

Sedangkan di titik ketiga, yang berada di lokasi paling puncak, terdapat bangunan "punden berundak", tempat suci untuk digunakan beribadah oleh manusia zaman purba.

Selain itu, di titik ketiga juga ditemukan pula tiga makam tokoh Sunda kuno, yakni "Eyang Raksa Bumi", "Mamak Haji Ali Sakti", dan "Mamak Haji Anta Ajimah".

Cagar Budaya Berbeda dengan Situs Arca Domas, serta Situs Cibalay, yang terletak di lereng barat laut Gunung Salak yang sudah diteliti oleh para ilmuwan dunia sejak tahun 1820, Situs Calobak hingga kini belum diteliti oleh pakar arkeologi.

Namun, sejak tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah menetapkan situs itu sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang.

Pemkab Bogor memasang dua buah plang sebagai penanda situs, yang ditempatkan di Jalan Raya Tamansari, serta di titik ketiga alias lokasi punden berundak.

Kendati belum ada penelitian secara ilmiah, diyakini Situs Pasir Keramat Gunung Salak itu memiliki hubungan erat dengan situs-situs megalitikum yang tersebar di kawasan Tenjolaya.

Antara lain dapat dilihat dari kemiripan bebatuan yang digunakan untuk bangunan punden berundak, yang notabene sebagai tradisi megalitikum.

Merujuk pada ahli prasejarah, arkeolog dan etnolog dari Wina, Austria, sekaligus guru besar di Iranian Institute dan School for Asiatic Studies, New York, R.von Heine-Geldem (1926), tradisi membuat benteng-benteng batu, batu tegak (menhir), juga punden termasuk tradisi megalitikum tua yang dimulai kira kira pada masa 2.500 - 1.500 tahun sebelum Masehi.

Selain sebagai warisan peradaban era megalitikum diperkirakan, setelah era Masehi, "punden berundak" Calobak digunakan sebagai tempat ibadah raja-raja Sunda, mengingat posisi penting Bogor pada masa silam sebagai pusat kerajaan-kerajaan kuno Sunda.

Selain itu, masyarakat Sunda dikenal kuat dalam merawat tradisi dan warisan leluhur.

Menurut Fahir, situs ini juga sebagai jejak eksistensi kerajaan-kerajaan Sunda yang berpusat di Bogor, yakni mulai era Kerajaan Salaka Nagara abad 1 M, Kerajaan Taruma Nagara, Kerajaan Sunda Galuh hingga Kerajaan Pajajaran abad ke-16 M.

Kawasan sekitar Calobak, sejak era Kerajaan Sunda kuno, dikenal sebagai pusat "kabuyutan sepuh".

Kampung Budaya Sindang Barang, yang berjarak beberapa kilometer dari Calobak, di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, sebagai tempat lain yang dihormati.

Sementara itu, juru pelihara Situs Pasir Keramat, Sain, menambahkan keberadaan situs-situs purba di kawasan Calobak, dirawat secara turun temurun oleh warga setempat sejak dua abad silam.

"Situs ini telah dirawat oleh sesepuh masyarakat Calobak sejak tahun 1800-an," katanya.

Masyarakat sekitar menyebutnya Pasir Keramat Gunung Salak.

Namun oleh Pemkab Bogor diberi nama Situs Calobak, karena berada di Kampung Calobak.

Sain mengungkapkan, pihaknya tidak terlalu hafal secara rinci riwayat sejarah situs ini.

Selain belum ada tim ahli yang meneliti, ia juga mengaku tidak banyak mendapatkan cerita dari "kasepuhan" setempat.

"Saya hanya merawat, karena di kawasan situs ini selain terdapat 'punden berundak' juga ada lima makam tokoh Sunda kuno.
Mereka adalah leluhur masyarakat Bogor. Karena itu, situs ini kami jaga sebagai amanah dan bentuk penghormatan kepada pembesar masa silam," kata Sain.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : M.Ali Khumaini


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015