Jakarta (Antara Megapolitan) - Indonesia mengekspor telur tetas ayam  ke Myanmar sebanyak 348.905 butir hingga akhir 2015 untuk memenuhi kebutuhan negara itu.

Ekspor telur ayam tetas yang dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia tersebut, menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Muladno Basar di Jakarta, Selasa, membanggakan karena mampu menembus kendala persyaratan yang ditetapkan Myamar.

"Myamar mensyaratkan bahwa impor hanya bisa dilakukan dari negara yang sudah dinyatakan bebas AI (avian influenza/flu burung) oleh OIE (Badan Kesehatan Hewan Internasional)," katanya saat melepas ekspor perdana hatching egss ke Myanmar di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Dirjen menyatakan, keyakinan Myamar untuk mengimpor dari tanah air karena keberhasilan Indonesia dalam menangani AI yang mana kasusnya menurun dari 2.751 pada 2007 menjadi 56 kasus hingga Mei 2015.

Komitmen pemerintah Myamar untuk mengimpor dari Indonesia diawali kehadiran delegasi mereka ke tanah air pada 30 Juni 2015 yang dipimpin langsung Deputi Menteri Peternakan, Perikanan dan Pembangunan Desa Aung Myat Oo.

Hasil kunjungan delegasi tersebut memberikan persetujuan bagi Japfa untuk melakukan ekspor PS hatching eggs ke Myamar yang rencananya akan direalisasikan pada 2015, dilanjutkan pada 2016 dan 2017.

"Kami sangat mendorong perusahaan untuk mengekspor sebanyak-banyaknya, tidak hanya ke satu negara namun juga ke negara-negara lain. Tidak hanya Japfa saja tapi juga oleh perusahaan-perusahaan lainnya," kata Muladno.

Dirjen menyatakan, dengan keberhasilan ekspor ke Myamar tersebut diharapkan akan diikuti ke negara-negara lain yang lebih maju lagi.

Sementara itu Head of Marketing Breeding Farm PT Japfa, Harwanto menyatakan,  pada tahun depan pihaknya akan mengekspor sebanyak 704.982 butir telur tetas, setara 195.500 ekor PS betina sedangkan pada 2017 sebanyak 808.329 butir setara 221.000 ekor PS betina.

Dia menyatakan, pihaknya mampu menjawab persyaratan yang ditetapkan Myamar dengan melakukan kompartementalisasi secara vertikal di tingkat breeding farm, hatchery, commercial farm dan RPA dan cara audit dan monitoring secara berkala.

"Saat ini GP Farm dan Hatchery kami telah ditetapkan sebagai kompartemen bebas AI oleh pemerintah Indonesia," katanya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina  Pertanian Sujarwanto menyatakan, selama 11 tahun terakhir Indonesia menghentikan ekspor produk unggas akibat kasus AI di tanah air beberapa tahun lalu.

"Akhirnya kita kembali bisa mengekspor produk unggas. Ini hal yang membanggakan bagi Indonesia dan merupakan kepercayaan yang besar dari negara lain," katanya.

Dia menyatakan, sertifikasi karantina yang akan dikeluarkan merupakan jaminan produk yang diekspor ini aman dan dapat diterima negara tujuan.

"Kami akan memfasilitasi agar ekspor terus berkembang ke negara lain oleh perusahaan-perusahaan yang lainnya juga," katanya.

Pewarta: Subagyo

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015