Siswi kelas XII Jakarta Intercultural School (JIS), Carolene Adeline menemukan kecintaannya dalam bidang sosial, hal ini dibuktikan dengan 2 tahun yang lalu, Carolene bekerja dengan Yayasan Helping Hands, Yayasan yang mendedikasikan diri untuk membantu penyandang disabilitas.

"Hal ini luar biasa untuk saya. Saya ingin terlibat banyak karena ingin bermanfaat untuk orang lain, setelah melakukan ini semua pun, saya menjadi lebih bersyukur," ungkap Carolene dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.

Jika saat ini generasi milenial mungkin dianggap acuh akan hal-hal seperti ini, Carolene membuktikan hal lain, bahwa, dunia akan lebih indah jika kita saling membantu.

Bermula dari awal pandemik, banyak penyandang disabilitas ini yang tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan, Carolene bersama temannya, Rionaldo, menginisiasi untuk memberikan sembako bantuan untuk Pak Nedi dan murid-murid penyandang disabilitasnya.

Setelah itu Carolene mendaftarkan diri untuk menjadi relawan di Yayasan Peduli Tuna Daksa, mereka membantu dan mengumpulkan donasi untuk pembuatan kaki prostetik/kaki palsu untuk disabilitas yang kurang mampu. 

Disitulah, Carolene terlibat langsung dengan banyak hal dari mulai mengukur kaki yang sudah diamputasi, membuat prostetik, hingga proses percobaan kaki palsu tersebut.

Dari pengalaman ini, Carolene berhasil membuatkan kaki baru untuk seorang Bapak penyandang disabilitas yang saat ini bekerja di perusahaan industri. "Senang sekali melihat Bapak sekarang sudah bisa bekerja, berjalan, dan terus mengembangkan karir dengan kaki barunya," tambahnya lagi.

Pengajar para penyandang disabilitas, Nedi yang mengajarkan keterampilan dalam memperbaiki gawai sehingga perlahan para penyandang disabilitas ini bisa memiliki kehidupan ekonomi yang lebih baik dan bisa hidup mandiri. 

Impian Carolene masih panjang, Carolene dan teman-teman merasa perlu memodifikasi prostetik menjadi bionics. Dengan bantuan tim Engineering PT Omron Manufacturing of Indonesia (Dwi Putra Effendi, Fathian Hafiz Aulia, Rizky Muhamad Ramadhan, dan Abraham Octama Halim), Carolene melanjutkan riset untuk membuat kaki palsu dengan lutut yang fleksibel sehingga bisa digunakan untuk beribadah (shalat), sehingga tidak ada masalah saat harus sujud, bagi yang muslim. 

Namun, tentunya ada permasalahan biaya yang cukup tinggi, untuk membuatnya bisa mencapai Rp25.000.000, walaupun masih lebih rendah dari yang ada di luar Indonesia, namun bagi penduduk Indonesia, nominal tersebut cukup tinggi. 

Disitulah, Carolene mulai melihat kemungkinan untuk mengembangkan banyak komponen untuk menciptakan visi misi serupa (kaki palsu yang fleksibel) namun dengan harga yang lebih murah. 

Untuk ini, Carolene berhasil menemukan dan membuat kaki palsu baru dengan harga yang lebih terjangkau. "Betul, kaki baru adalah hak untuk semua dan semua harus mampu memilikinya," kata Carolene. 

Indonesia mampu membuat terobosan baru, namun kadang terbentur kondisi dan harga, namun disitulah peran milenial seperti Carolene dan dengan bantuan tim Engineering PT Omron Manufacturing of Indonesia untuk bisa terus berinovasi.

Pewarta: Pewarta Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021