Sekitar 23 ribu kader lingkungan di Kota Surabaya, Jawa Timur, mendapat tugas memberikan edukasi kepada warga agar peduli terhadap lingkungan dan mengerti cara pemanfaatan sampah.

Kepala Bagian Administrasi Kerjasama Pemerintah Kota Surabaya Dewi Wahyu Wardani mengatakan kader lingkungan juga mengajak warga untuk melakukan gerakan perbaikan lingkungan hidup.

"Misalnya, mengelola sampah, ketahanan pangan mandiri, penghijauan, pengolahan air limbah, dan pemanfaatan air hujan, serta upaya penghematan energi," katanya.

Menurut dia, pemkot selama ini melakukan berbagai inovasi untuk pengelolaan sampah di Kota Surabaya, di antarannya program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan pengurangan dan pemilihan sampah mulai dari sumbernya.

Baca juga: 5 juta ton sampah plastik se-Indonesia tidak terkelola

Bahkan, lanjut dia, Pemkot Surabaya berkomitmen untuk mewujudkan program gerakan Surabaya Zero Waste (bebas sampah).

"Kami juga mengoptimalkan pemilahan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS), pengolahan limbah plastik, serta menggubah sampah menjadi energi listrik melalui Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo yang pada 6 Mei 2021 lalu diresmikan oleh Presiden RI," kata Dewi di Surabaya, Rabu (15/9)

Selain itu, kata dia, pemkot juga sudah menggandeng fasilitator lingkungan untuk mendorong peran aktif masyarakat dari berbagai lapisan dalam mengubah Kota Surabaya menjadi kota yang bersih, hijau, dan ramah lingkungan.

Baca juga: Peter Ghonta: Pendekatan ekonomi digital mendukung pelestarian lingkungan

Perwakilan Komunitas Nol Sampah Hermawan menyebut, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, sampah organik menyumbang 54 persen dari total sampah di Kota Surabaya. Oleh sebab itu, komunitas nol sampah mendorong masyarakat untuk mengurangi sampah sisa makanan.

"Kami fokus pendampingan untuk mengorganisir masyarakat di kampung, sekolah, dan kampus, serta kantor untuk menjadi masyarakat yang peduli dengan lingkungannya. Mereka punya kemampuan untuk mengangkat potensi-potensi di lingkungannya, terutama soal pengolahan sampah," katanya.

Baca juga: Limbah anorganik bisa diuangkan Rp250-Rp68 ribu perkilogram di bank sampah
Baca juga: Melihat perbedaan utama dari KPR hijau dengan KPR biasa yang kini jadi gaya hidup
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021