Bogor, (Antara Megapolitan) - Musim kemarau yang menyebabkan terjadinya kekeringan di sejumlah wilayah dikhawatirkan dapat memicu terjadinya penyebaran bakteri yang berasal dari aktivitas penyembelihan hewan kurban.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Dr drh Deni Widaya Lukman, mengatakan, di musim kering saat ini akan merepotkan panitia untuk membuang darah atau jeroan.

"Biasanya selama ini dibuang di selokan atau sungai, ini akan mencemari lingkungan sekitar," katanya di Bogor, Selasa.

Deni mengatakan, di beberapa daerah masih ada yang menggunakan selokan sebagai saluran pembuangan darah atau pun jeroan hewan kurban yang telah disembelih, ada juga yang membuang di sungai. Di musim kemarau saat ini, banyak selokan kering dan debit air menyusut.

"Kalau selokan kering dan limbah hewan kurban ini tetap dibuang, ini akan mencemari lingkungan. Bau akan mencemari udara, juga mencemari air di sekitar, bisa berubah warna kuning, dan menimbulkan penyakit karena mengundang lalat," katanya.

Untuk menghindari hal itu, lanjut Deni, dapat dilakukan dengan membangun bak penampungan atau saptic tank khusus baik secara permanen maupun untuk sementara.

"Lebih baik permanen, karena tidak perlu repot-repot lagi menggali setiap kali Idul Adha," katanya.

Lebih lanjut dijelaskan Chusnul Choliq Dosen Klinik Veteriner FKH IPB, bak penampungan darah dan jeroan permanen memiliki manfaat di antaranya, darah terlokalisasi, kurangi kontaminasi, bersih atau higienis, aman tersimpan dan tanpa penanganan khusus terhadap darah.

"Tinja yang dihasilkan saat berkurban terlokasi, tidak mencemari lingkungan, aman tersimpan, tidak menimbulkan bau, dan penanganan khusus bisa untuk memproduksi pupuk kandang," katanya.

Ia mengatakan, bak penampungan sebaiknya dibuat dua lubang dengan diameter 90 dengan kedalaman dua meter. Dinding plester agar tidak mencemari atau merusak resapan air. Bagian dasar dibuarkan saja atau bisa dikasih ijuk, agar limbah yang masuk meresap ke bawah tanah.

"Setengah tahun limbah ini bisa jadi pupuk," katanya.

Untuk membangun bak penampungan limbah ini, lanjut Choliq hendaklah memperhatikan lokasinya, sebaiknya berada di area masjid, berjarak sekitar 10 meter dari sumber mata air terdekat.

"Jadi jangan membuang darah atau jeroan ke sungai, ini akan menjadi sumber penyakit. Sungai sudah tercemar jangan lagi ditambah dengan cemaran limbah kurban," kata Choliq.

Choliq menambahkan, hampir setiap Idul Adha pihaknya bersama mahasiswa melakukan pengukuran kualitas air sungai, dan hasilnya sungai tercemari limbah dari pemotongan hewan kurban.

"Dikhawatirkan jika sungai tersebut masih dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan rumah tangga, seperti cuci kakus," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015