Penguatan sektor pertanian melalui program peningkatan produktivitas pertanian, terus dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan). Salah satu upaya yang dilakukan adalah  memaksimalkan petani dan penyuluh untuk memanfaatkan teknologi pertanian modern dan pemupukan berimbang. Hal ini ditekankan dalam Pelatihan Petani dan Penyuluh.  

Pelatihan Petani dan Penyuluh digelar 7 hingga 14 Agustus 2021 dan dilakukan dalam 18 gelombang.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo sangat konsen terhadap pengembangan SDM Pertanian sebagai motor penggerak utama sektor pertanian.

“Kalau lahan sudah ada dan baik, airnya sudah bisa dikendalikan dengan baik, varietasnya paling baik, teknologi dan mekanisasi sudah hadir, dan didukung kebijakan pemerintah, serta support financial dari perbankan, semua ini hanya bisa berarti jika SDM dan Petani muda yang kita miliki berkualitas tinggi,” ujarnya.

"Pertanian itu dibutuhkan hari ini, besok dan kapan saja dalam kondisi apa saja. Sebab pertanian itu bukan hanya makanan saja, tapi juga lapangan kerja dan menyentuh relung relung negara dan pemerintahan serta menghadirkan dimensi yang kuat seperti rasa gotong royong dan mengajak aspek sosial lain untuk berkembang baik," katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Ia mengungkapkan peningkatan kompetensi dan kemampuan SDM pertanian berkualitas  menjadi salah satu program  prioritas Kementan.

“Untuk mencapai target produktivitas tinggi harus didukung juga dengan SDM Pertanian yang mumpuni terutama inovasi dan teknologi yang kini makin berkembang. Tentunya hal ini untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” terang Dedi.

Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor menjadi salah satu UPT penyelenggara Pelatihan Petani dan Penyuluh Gelombang X, Kamis (12/8/2021). Kegiatan ini diikuti 1200 peserta melalui zoom dan 300 peserta melalui youtube yang tersebar di 73 BPP se-Maluku dan Maluku Utara.

Pada pembukaan pelatihan, Kepala BPPSDMP kembali mengingatkan kembali pada para peserta pelatihan  bahwa pertanian harus maju.

“Seluruh komponen seperti poktan, gapoktan, KWT, petani milenial, semua  harus mandiri. Ini pentingnya mampu mengubah mindset yang ada dalam petani. Jangan punya pikirian mau menjadi petani kalau mendapat subsidi pupuk dll. Ini artinya kita tidak mandiri,” tegas Dedi.

Untuk meningkatkan produktivitas, Dedi juga memaparkan bahwa kesuburan tanah  perlu diperhatikan dengan melakukan pemupukan yang tepat.

“Lakukan pemupukan sesuai permintaan tanaman. Jangan disamaratakan. Karena kebutuhan setiap tanaman itu berbeda,” ucapnya.

Pemupukan berimbang memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan.

Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan sekaligus menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.

Peningkatan dosis pemupukan di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein, akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi. Pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh dapat pula mengakibatkan menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P tanaman yang dipupuk P dan K saja tanpa disertai N, hanya mampu menaikkan produksi yang lebih rendah.

Lebih lanjut, Dedi menambahkan bahwa khusus untuk pupuk urea sebaiknya tidak ditabur begitu saja di atas tanah.

“Saya lihat masih banyak petani yang memberikan pupuk urea dengan cara menaburkan di atas tanah. Kalau terkena udara dan sinar secara langsung, urea akan langsung menguap membuat efek rumah kaca. Jika terkena hujan, dia akan meluber kemana-mana. Malah jadinya buang-buang uang,” imbuhnya.

Pewarta: Polbangtan Bogor (Ardianinda Wisda)

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021