Bogor, (Antara Megapolitan) - Produsen baso di Kabupaten Bogor, Jawa Barat memperkecil ukuran baso untuk menyiasati harga daging sapi dan ayam yang mahal agar usahanya tetap berjalan.

"Satu-satunya cara ya ukuran diperkecil. Kalau naikkan harga, pembeli bisa kabur," kata Arif Pramana, seorang produsen baso bakar di Kampung Babakan, Desa Tarikolot, Bogor, Jumat.

Arif mengatakan saat harga normal, lima kilogram gilingan daging baso bisa mendapatkan 1.000 tusuk. Seteleh memperkecil ukuran, dengan berat daging giling yang sama, ia bisa mendapat 1.300 tusuk baso bakar.

Baso bakar yang diproduksi secara rumahan dipasarkan ke sejumlah koperasi yang ada di wilayah Citereup, Ciluar, sekolah di Sukaraja, dan koperasi di kantor pemerintahan yang ada di Cibinong.

"Sehari saya produksi 1.500 tusuk baso bakar. Setiap koperasi atau sekolah saya pasok 100 tusuk. Saya juga melayani pesanan untuk pernikahan, kalau ada pesanan produksi lebih dari 1.500 tusuk," katanya.

Sejak harga daging sapi dan daging ayam melambung, ia kewalahan menyiasati usaha yang baru dirintisnya selama enam bulan. Ongkos produksi menjadi naik seperti upah giling daging Rp270 ribu kini naik menjadi Rp350 ribu.

"Harga daging ayam sekarang masih Rp40 ribu sampai ada yang jual Rp50 ribu per kg. Kalau daging sapi ada yang jual Rp115 ribu dan Rp120 ribu per kg," kata Arif.

Ia mengatakan aksi mogok yang dilakukan pedagang daging sapi dan ayam berimbas kepada usahanya.

Harga daging dan kebutuhan pokok yang mahal mengakibatkan biaya produksi meningkat yang biasanya berkisar antara Rp450 -Rp500 ribu kini menjadi Rp700 ribu.

"Harga cabai juga ikutan mahal, bumbu dan sayuran juga," katanya.

Dengan situasi harga kebutuhan pokok saat ini yang kurang menentu, ia pun sangat selektif untuk menjaga kualitas produksi baso bakarnya.

Ia harus membeli sendiri daging ayam dan sapi untuk digiling karena khawatir daging yang sudah disediakan di tempat penggilangan kurang bagus.

"Kalau dulu tinggal beli daging giling saja di penggilangan. Sekarang kita harus beli sendiri dan memilih daging yang akan digiling. Khawatir dagingnya kurang bagus berpengaruh pada kualitas baso," katanya.

Arif menambahkan, memperkecil ukuran baso menjadi salah satu solusi untuk tetap bertahan berjualan di tengah situasi harga kebutuhan pokok yang tidak menentu

"Kalau minggu lalu pusing karena mahal dan daging hilang dipasaran, sekarang masih pusing karena harga belum normal," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015