Depok, (Antara Megapolitan) -  Kota Depok Jawa Barat meraih penghargaan peringkat keempat sebagai Kota Cerdas untuk kategori kota berpenduduk di atas satu juta jiwa di Indonesia. 

Pengumuman penganugerahan Kota Cerdas 2015 berlangsung di Grand Ballroom Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis (13/8) malam yang dihadiri Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.

Berturut-turut peraih penghargaan Kota Cerdas di Indonesia adalah Surabaya, Tangerang, Bandung, Depok, dan Semarang. 

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok, M Fitriawan, mengungkapkan rasa syukurnya atas pemberian penghargaan tersebut. Ia berjanji akan terus meningkatkan pelayanan pemerintahan Kota Depok secara lebih baik yang berbasis teknologi informasi. 

Ia juga mengajak seluruh warga Depok untuk bersama-sama secara cerdas menyelesaikan berbagai persoalan perkotaan.

Penghargaan Kota Cerdas merupakan puncak rangkaian penyusunan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 yang telah diluncurkan pada 24 Maret 2015. 

Penyusunan IKCI 2015 dilatarbelakangi semakin banyaknya penduduk di perkotaan dan kompleksnya permasalahan kota. 

Kondisi tersebut kemudian melahirkan tantangan bagaimana mengelola kota dengan cerdas dan bertujuan akhir meningkatkan kesejahteraan serta kualitas hidup penduduknya.

 Perbaikan-perbaikan dan penerapan konsep kota cerdas pun muncul, termasuk di Indonesia. 

Inovasi yang berhasil memperbaiki kualitas hidup warga inilah yang kemudian patut diapresiasi lewat penyusunan IKCI 2015 dan kegiatan penganugerahan Kota Cerdas 2015.

Penghargaan ini diberikan untuk menghargai daerah yang sudah berhasil sekaligus mendorong kota-kota lain untuk ikut bergerak bersama menerapkan konsep kota cerdas. 

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan IKCI 2015 meliputi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Sebuah kota dianggap bisa menerapkan konsep cerdas dalam ekonomi apabila ditopang perekonomian yang berjalan dengan baik.

Termasuk kegiatan industri, dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, terutama manusia sebagai aset dan aktor utama penggerak ekonomi.

Dalam aspek sosial, sebuah kota dinilai berhasil jika warganya bisa menikmati keamanan, kemudahan, dan kenyamanan di kota tersebut. Warga mendapatkan layanan kesehatan, transportasi, serta layanan publik lainnya yang mudah diakses dan layak.

Kota dengan lingkungan yang cerdas adalah kota yang bisa menyediakan hunian yang sehat, pengelolaan energi dengan prinsip hemat, dan kesesuaian tata ruang. 

Pengelolaan ekonomi, sosial, dan lingkungan tersebut harus didukung dengan teknologi informasi komunikasi, tata kelola, dan peran sumber daya manusia (SDM) yang baik. 

Ketiga hal yang disebut terakhir ini merupakan aspek enabler yang juga dipertimbangkan dalam penilaian. Aspek enabler adalah hal-hal yang dianggap bisa mempercepat munculnya inovasi dan solusi cerdas.

Seluruhnya ada 93 kota di Indonesia yang mendapat penilaian. 

Penilaian masing-masing aspek diberikan oleh 15 akademisi dan profesional yang terkait dengan Kota Cerdas. Pendapat masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan pada penilaian IKCI 2015. 

Hasil survei masyarakat dan olahan data sekunder yang diverifikasi dikombinasikan dan menjadi dasar pemeringkatan kota dalam IKCI 2015.

Penganugerahan yang digelar di Grand Ballroom, Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (13/8) dihadiri Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.

 Penghargaan Kota Cerdas merupakan puncak rangkaian penyusunan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 yang telah diluncurkan pada 24 Maret 2015. 

Penyusunan IKCI 2015 dilatarbelakangi semakin banyaknya penduduk di perkotaan dan kompleksitas permasalahan kota. 

Kondisi inilah yang kemudian melahirkan tantangan bagaimana cara mengelola kota dengan cerdas dan bertujuan akhir meningkatkan kesejahteraan serta kualitas hidup penduduknya. 

Perbaikan-perbaikan dan penerapan konsep kota cerdas pun muncul, termasuk di Indonesia.

Inovasi yang berhasil memperbaiki kualitas hidup warga inilah yang kemudian patut diapresiasi lewat penyusunan IKCI 2015 dan kegiatan penganugerahan Kota Cerdas 2015. 

Penghargaan ini diberikan untuk menghargai daerah yang sudah berhasil, sekaligu mendorong kota-kota lain untuk ikut bergerak bersama menerapkan konsep kota cerdas.

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan IKCI 2015 meliputi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. 

Sebuah kota dianggap bisa menerapkan konsep cerdas dalam perekonomian apabila kota tersebut ditopang perekonomian yang berjalan dengan baik, termasuk kegiatan industri, dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, terutama manusia sebagai aset dan aktor utama penggerak ekonomi. 

Sementara dalam segi pengelolaan aspek sosial, sebuah kota dinilai berhasil jika masyarakat bisa menikmati keamanan, kemudahan dan kenyamanan di kota tersebut. Warga mendapatkan layanan kesehatan, transportasi, serta layanan publik lainnya yang mudah diakses dan layak.

Pengelolaan lingkungan yang cerdas juga dapat digambarkan sebagai kota yang bisa menyediakan hunian yang sehat, pengelolaan energi dengan prinsip hemat, dan kesesuaian tata ruang. 

Bobot penilaian

Pengelolaan ekonomi, sosial, dan lingkungan tersebut harus didukung oleh teknologi informasi komunikasi, tata kelola, dan peran sumber daya manusia (SDM) yang baik. 

Ketiga hal yang disebut terakhir ini merupakan aspek enabler yang juga dipertimbangkan dalam penilaian. Aspek enabler adalah hal-hal yang dianggap bisa mempercepat munculnya inovasi dan solusi cerdas, juga dinilai. 

Indikator di dalam masing-masing aspek diberi bobot dengan nilai bobot diperoleh dari pendapat 15 akademisi dan profesional yang terkait dengan kota cerdas. Agar semakin sesuai dengan kondisi perkotaan di Indonesia, isu-isu strategis nasional yang dirujuk dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional juga dimasukkan dalam pertimbangan penyusunan bobot. 

Pada tahap awal, data sekunder dari 93 kota otonom yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan enabler dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan juga ditambah dengan data dari pemerintah kota diolah. 

Hasilnya, muncul 15 kota nomine yang terbagi dalam tiga kelompok, yakni 5 kota untuk kategori kota berpenduduk sampai dengan 200.000 jiwa, 5 kota dengan penduduk di atas 200.000 sampai dengan 1 juta jiwa, dan 5 kota dengan penduduk lebih dari 1 juta jiwa. 


Survei

Untuk mendapatkan penilaian dari masyarakat, Litbang Kompas melakukan survei tatap muka kepada 6.000 responden di 15 kota tersebut. 

Sebanyak 755 tenaga lapangan lepas terlibat dalam survei ini. Pendapat masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penilaian IKCI 2015. 

Masyarakat memiliki peranan sentral dalam proses pengindeksan karena berhak memberikan penilaian langsung terhadap kinerja pelayanan birokrasi dan berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah kota. Sementara, tim dari ITB juga melakukan verifikasi terhadap data-data sekunder yang sebelumnya sudah dikumpulkan, terutama aspek enabler. 

Hasil survei masyarakat dan olahan data sekunder yang diverifikasi dikombinasikan dan menjadi dasar pemeringkatan kota dalam IKCI 2015. 

Ke-15 kota nomine kemudian menduduki peringkat pertama hingga kelima Kota Cerdas Indonesia 2015 yang terbagi dalam tiga kategori kota, yakni kelompok kota berpenduduk sampai dengan 200.000 jiwa, kota berpenduduk di atas 200.000 sampai dengan 1 juta jiwa, dan kota berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa. 

Hasil penilaian juga memunculkan kota-kota yang unggul di aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kota yang mendapatkan nilai terbesar sehingga layak menjadi kota terbaik di antara 3 kategori kota juga akan disampaikan. 

Menariknya, hasil survei membuahkan tingkat kematangan kota yang duduk di peringkat pertama hingga kelima di masing-masing kategori. Tingkat kematangan kota memperlihatkan sejauh mana konsep kota cerdas telah diterapkan oleh kota tersebut bidang ekonomi, sosial, lingkungan, serta aspek enabler.

Pewarta: Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015