Depok, (Antara Megapolitan) - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua Guru Besar yaitu Prof.Dr.Amy Yayuk Sri Rahayu M.Si dan Prof. Mari Elka Pangestu, Ph.D di Balai Sidang UI, Kota Depok, Jawa Barat.

"Kedua profesor tersebut menambah jumlah Guru Besar yang dimiliki UI yang kini mencapai 300 profesor. Prof. Amy Yayuk merupakan Guru Besar Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI (FISIP UI) ke-24 dan merupakan Guru Besar Perempuan dari FISIP UI ke-5," kata Kepala Humas dan KIP Universitas Indonesia, Rifelly Dewi Astuti di Kampus UI Depok, Sabtu.

Sedangkan Prof. Mari Elka adalah Guru Besar Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (FEB UI) ke-57 dan merupakan Guru Besar Perempuan dari FEB UI ke-7.

Prof. Amy menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul "Meritokrasi dan Revolusi Mental: Fenomena Perubahan Birokrasi Pelayanan Publik di Indonesia. The Global Competitiveness Index (2013-2014) menyatakan bahwa terdapat sejumlah faktor paling problematis yang menghambat `doing business` di Indonesia yaitu korupsi (19.3 persen).

Selain itu juga Birokrasi pemerintah yang tidak efisien (15 persen), ketidakmampuan dukungan infrastruktur (9.1 persen), akses terhadap pembiayaan (6.9 persen), dan undang-undang ketenagakerjaan yang ketat (6.3 persen).

Dari indeks tersebut terlihat bahwa birokrasi memiliki peran cukup kuat di dalam menghambat pertumbuhan bisnis di Indonesia.

Birokrasi merupakan bagian penting dalam struktur organisasi yang disebut Negara. Reformasi Birokrasi (RB) menjadi salah satu agenda penting yang tengah dijalankan pemerintahan saat ini.

Kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu kunci keberhasilan RB. Melalui penerapan meritokrasi dan revolusi mental diharapkan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dapat tercapai. Lintasan perjalanan reformasi birokrasi (RB) pelayanan publik di Indonesia telah menunjukkan sejumlah fenomena perubahan.

Sementara itu dalam pidato ilmiahnya dengan judul, "Globalisasi, Kekuatan Ekonomi Baru dan Pembangunan Berkelanjutan: Implikasi bagi Indonesia", Prof. Mari menyampaikan bahwa ekonomi kreatif, adalah kekuatan baru ekonomi Indonesia untuk menjawab tantangan globalisasi dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Mari menguraikan bahwa tantangan global yang dihadapi Indonesia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi global selama 3-5 tahun kedepan, untuk itu, Indonesia perlu diversifikasi ekspor dan memupuk sumber daya saing dan pertumbuhan baru.

"Indonesia memang memiliki keunggulan komparatif yang berbasis sumber daya alam maupun yang padat karya, namun jika hanya mengandalkan hal tersebut maka akan dengan mudah tertinggal," katanya.

Untuk itu katanya dibutuhkan diversifikasi dan membangun kekuatan kedepan antara lain melalui keterampilan sumber daya manusia, teknologi, dan kreativitas.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015