Pekalongan (Antara Megapolitan) - Volume ekspor rajungan dan kepiting selama 2014 mencapai 28.090 ton atau senilai 414,3 juta dolar Amerika Serikat, kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto.

"Adapun, volume ekspor rajungan yang dihasilkan oleh petambak di Jawa Tengah, mencaai 1.075 ton dengan nilai 22,3 juta dolar AS," katanya di Pekalongan, Rabu.

Menurut dia, ketergantungan produksi rajungan dan kepiting hasil penangkapan alam mengakibatkan menurunnya jumlah populasi rajungan maupun kepiting.

"Oleh karena itu, kami berharap masyarakat terus bisa memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara berkelanjutan dan perlu dilakukan beberapa upaya.  KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) berusaha 'me-restocking' dalam rangka menjaga populasi rajungan yang ada di perairan ini," katanya.

Ia mengatakan bahwa apabila penangkapan kepiting dan rajungan tidak diikuti dengan penebaran secara terencana dan terjadwal maka populasi rajungan akan turun.

"Kearifan lokal Desa Betahwalang yang dituangkan dalam perdes yang mengatur penangkapan rajungan berdampak positif bagi keberlanjutan usaha penangkapan rajungan," katanya.

Berdasarkan laporan pemerintah Desa Betahlawang, produksi rajungan mencapai 1,5 hingga lima ton  per hari.

"Hal ini membuktikan jika kita bisa mengelola dan arif dengan alam maka hasilnya akan sepadan dan perikanan budi daya ikut memperkaya sumber daya alam tersebut," katanya.

Dia menjelaskan KKP melalui DJPB akan menyiapkan pembenihan rajungan dalam skala rumah tangga di Desa Betahwalang agar masyarakat dapat secara kontinyu dan terjadwal melakukan penebaran benih ke alam secara mandiri dan tidak tergantung lagi dari program pemerintah.

"Selain masyarakat juga harus tetap menjaga lingkungan hutan mangrove yang berfungsi sebagai penyangga di kawasan itu," katanya.  
    

Pewarta: Kutnadi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015